Klasifikasi Kawasan Permukiman Kumuh.

63

2.6 Sistem Aktivitas

Adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi di tempat asal menyebabkan timbulnya pergerakan antara dua atau lebih lokasi guna lahan yang berbeda pada suatu kawasan perkotaan Bourne, 1982:250. Pola guna lahan di daerah perkotaan mempunyai hubungan yang erat dengan pola pergerakan penduduk. Pola guna lahan akan mempengaruhi pola pergerakan dan jarak. Gerak manusia kota dalam kegiatannya adalah dari rumah ke tempat kerja, ke pasar, ke toko, ke tempat hiburan, kemudian bagi penduduk menjembatani jarak antara berbagai pusat kegiatan disebut aksesbilitas Jayadinata, 1999: 156. Sistem pergerakan sistem aktivitas terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas yang dilakukan dengan didukung oleh tersedianya sistem jaringan tranportasi. Sistem aktivitas merupakan fungsi dari penduduk dengan segala kegiatannya seperti perumahan, perkantoran, perdagangan, dan sebagainya. Sedangkan sistem jaringan transportasi merupakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung terjadinya pergerakan misalnya jaringan jalan, kereta api, pesawat terbang, terminal, pelabuhan, dan sebagainya agar tercipta suatu sistem pergerakan yang lancar, aman, cepat, nyaman dan murah sesuai dengan lingkungannnya.

2.7 Landasan Operasional Pelaksanaan Pendidikan Non Formal

2.7.1 Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai 64 golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat IPM hingga mencapai posisi sama dengan atau lebih baik dari peringkat IPM sebelum krisis. Beberapa kebijakan dan program strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 7 –15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak atau belum terlayani di jalur pendidikan formal untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan di jalur non formal; 2. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Perluasan kesempatan bagi penduduk buta aksara dilakukan dengan menjalin berbagai kerjasama dengan stakeholder pendidikan, seperti organisasi keagamaan, organisasi perempuan, dan organisasi lain yang dapat menjangkau lapisan masyarakat, serta perguruan tinggi; 3. Perluasan Pendidikan Wajar pada Jalur Non-Formal; termasuk kebijakan strategis untuk mendukung program Wajar. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi APMAPK dikdas melalui program Paket A dan B. Program ini sangat strategis untuk menjangkau peserta didik yang memiliki berbagai keterbatasan untuk mengikuti pendidikan formal,