Peranan Institusi Terkait dengan Pendidikan Non Formal

108 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi terus melakukan pembinaan dalam usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan baik formal dan non formal di Jakarta Pusat. Khusus untuk pendidikan non formal, pemerintah memberikan bantuan biaya operasional untuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebesar Rp. 3 juta setiap bulan yang kegunaannya adalah untuk, biaya alat tulis, biaya penggandaan, dan telepon air listrik. Untuk lembaga kursus lainnya, pemerintah berusaha melakukan peningkatan mutu dengan mengadakan ujian kelayakan sertifikasi kepada lembaga kursus. Ujian ini dilakukan secara kontinyu setiap 3 bulan sekali dengan program keahlian yang berbeda-beda. Disamping itu pemerintah juga memberikan stimulus berupa bahan peraga praktek dan alat peraga kepada lembaga kursus yang mempunyai prestasi tertentu. 3.8. Permasalahan Masyarakat Kawasan Kumuh dalam Bidang Pendidikan non Formal dan Usulan Solusinya Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat enam permasalahan umum yang dihadapi masyarakat kawasan kumuh dalam bidang pendidikan non formal di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Permasalahan dapat diklasifikasikan setelah ditelusuri, sampai ditemukan akar atau inti masalahnya. Tabel III.11 merinci keenam permasalahan tersebut dengan masing- masing karakteristiknya. Namun demikian, urut-urutan nomor dari keenam permasalahan tersebut belum menunjukkan urutan prioritas permasalahannya. 109 TABEL III.11 PERMASALAHAN UMUM MASYARAKAT KAWASAN KUMUH KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT TERHADAP KEBERADAAN PENDIDIKAN NON FORMAL No. Permasalahan Umum 1 Sebagian besar lembaga pendidikan non formal yang ada di kawasan kumuh, membuka program yang berhubungan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan ibu-ibu PKK yang dianggap kurang bermutu. 2 Lembaga pendidikan non formal yang mempunyai program sesuai dengan kebutuhan masyarakat kawasan kumuh berada jauh dari pemukiman kumuh. 3 Waktu pelaksanaan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan waktu senggang masyarakat pada kawasan kumuh, sehingga masyarakat tidak bisa mengikuti program tersebut. 4 Kurang kesiapan lembaga pendidikan untuk membuka program sekaligus menyesuaikan waktu pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 5 Tingginya biaya kursus yang diminta oleh lembaga pendidikan non formal yang ada. 6 Belum tersedia, lembaga pendidikan non formal yang memiliki program yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Sumber: Analisis Peneliti, 2008 Untuk mengatasi permasalahan masyarakat terhadap keberadaan pendidikan non formal di kawasan kumuh di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat banyak pihak mengemukakan solusi. Solusi tersebut menyangkut kebijakan, kelembagaan, fasilitas termasuk usulan penyesuaian sistem pendidikan non formal dengan kondisi masyarakat pada kawasan kumuh di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Solusi terhadap permasalahan masyarakat kawasan kumuh di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat terhadap kondisi pendidikan non formal yang dikemukakan beberapa pihak terkait disajikan pada Lampiran 1. Adapun analisis terhadap solusi ini akan dibahas pada Bab IV. 110

BAB IV ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN NON FORMAL PADA

KAWASAN KUMUH DI KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

4.1. Analisis Permasalahan Masyarakat Kawasan Kumuh Terhadap

Pendidikan Non Formal Permasalahan yang terangkum dalam Tabel III.11 belum menunjukkan permasalahan utama, atau bahkan bukan merupakan permasalahan. Karena permasalahan tersebut berasal dari pendapat narasumber setelah diadakan wawancara. Berdasarkan urutan prioritas masalah dari narasumber, setelah dihitung frekuensi dan prosentase terhadap skor maksimum kemudian dibuat lima skala prioritas permasalahan. Kriteria prioritas permasalahannya adalah sebagai berikut: 0 – 20 = permasalahan prioritas V, 20 – 40 = permasalan prioritas IV, 40 – 60 = permasalahan prioritas III, 60 – 80 = permasalahan prioritas II 80 – 100 = permasalahan prioritas I. Dari hal tersebut maka dapat diketahui tingkat permasalahan umum sebenarnya yang terjadi pada masyarakat kawasan kumuh di Kemayoran Jakarta Pusat terhadap pendidikan non formal. TABEL IV.1 PRIORITAS MASALAH PENDIDIKAN NON FORMAL PADA KAWASAN KUMUH KEMAYORAN JAKARTA PUSAT No Model jawaban frek bobot 1 Sebagian besar lembaga pendidikan non formal yang ada di kawasan kumuh, membuka program yang berhubungan dengan perkembangan teknologi seperti komputer, jaringan LAN, service handphone serta garmen dan kecantikan. 96 61.9 2 Lembaga pendidikan non formal yang mempunyai program sesuai dengan kebutuhan masyarakat kawasan kumuh seperti menyulam, anyaman, bengkel, kerajinan dari barang bekas berada jauh dari pemukiman kumuh 3 1.9 111 No Model jawaban frek bobot 3 Waktu pelaksanaan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan waktu senggang masyarakat pada kawasan kumuh, yaitu antar jam 16.00-22.00 WIB sehingga masyarakat tidak bisa mengikuti program tersebut 68 43.9 4 Kurang kesiapan lembaga pendidikan untuk membuka program sekaligus menyesuaikan waktu pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 36 23.2 5 Tingginya biaya kursus yang diminta oleh lembaga pendidikan non formal yang ada satu program keahlian berkisar antara Rp.300.000 – Rp.1.500.000 59 38.1 6 Belum tersedia, lembaga pendidikan non formal yang memiliki program yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat seperti anyaman, menyulam, bengkel, kerajinan dari barang bekas. 188 85.8 Sumber: Hasil Analisis, 2008 Mengacu pada skala Likert, hasil perhitungan lampiran 2 menunjukkan bahwa keenam permasalahan masyarakat kawasan kumuh terhadap pendidikan non formal adalah sebagai berikut: permasalahan prioritas pertama adalah permasalahan nomor 6, permasalahan prioritas kedua adalah permasalahan nomor 1, permasalahan prioritas ketiga adalah permasalahan nomor 3, permasalahan prioritas ke empat adalah permasalahan nomor 4 dan 5. Sedangkan yang dianggap permasalahan prioritas kelima adalah permasalahan nomor 2. Gambar 4.1.