66 berlandaskan pada penjaminan mutu, standarisasi, akreditasi uji, profesi dan
sertifikasi serta beorientasi pada peluang tenaga kerja yang bermutu, relevan dan berdaya saing Dirjen PLS, 2007.
2.7.3 Pokok-pokok Pembangunan Pendidikan Non Formal
Pembangunan pendidikan non formal di Indonesia di atur dengan adanya pokok-pokok pembangunan pendidikan non formal yang tertuang dalam
keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Nomor: Kep-120 E KP 2007 tentang Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan Pendidikan Non Formal.
Dalam keputusan tersebut disampaikan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang pendidikan nonformal sebagai arah pelaksanaan kegiatan, baik di tingkat pusat maupun di daerah Dirjen PLS, 2007.
Pokok-pokok kebijakan pembangunan pendidikan nonformal tahun 2007 mencakup: 1 Program pendidikan anak usia dini; 2 Program pendidikan
kesetaraan paket A dan paket B dalam rangka pelaksanaan wajib belajar; 3 Program pendidikan non formal, meliputi: a Program pendidikan keaksaraan; b
Program pendidikan kesetaraan paket C; c Program pendidikan kursus dan PKH; 4 Program peningkatan budaya baca dan pembinaan perpustakaan; 5 Program
pengarus utamaan gender PUG bidang pendidikan; 6 Program revitalisasi kelembagaan PNF dan Satuan PNF lainnya Dirjen PLS, 2007.
Dalam keputusan tersebut juga disebutkan bahwa kepada para kepala Dinas Pendidikan ProvinsiKabupatenKota dan jajarannya diminta agar
menjabarkan Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan Pendidikan Non Formal
67 Tahun 2007 ke dalam program masing-masing satuan kerja sesuai dengan tugas
dan fungsinya secara terukur, sistematis, dan akuntabel Kepdirjen, 2007. Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi telah
menjabarkan keputusan tersebut dalam sebuah program yaitu Program Pendidikan Non Formal dan Informal dengan tolok ukur capaian program 1
meningkatnya akses dan mutu layanan pendidikan berbasis masyarakat meliputi pendidikan keterampilan dan kecakapan hidup life skill; 2 Pendidikan
keaksaraan; dan 3 Pendidikan kesetaraan yaitu program kejar paket A, B, C dan informal Dirjen PLS, 2008
2.8 Sistem Pendidikan Non Formal pada Kawasan Kumuh.
Ciri-ciri masyarakat kumuh ditandai dengan ketidak berdayaan dari segi ekonomi. Masyarakatnya berpenghasilan rendah dengan jumlah keluarga yang
besar, sehingga unit kost masing-masing jiwa menjadi sangat rendah. Biasanya penghasilan yang didapatkan sebagian besar hanya untuk mencukupi kebutuhan
primer, yaitu makan. Sedangkan kebutuhan lain seperti sandang dan papan kurang mendapat porsi. Apalagi untuk kebutuhan pendidikan, sangat jauh dari
keterjangkauan, yang mengakibatkan sangat banyak anak usia sekolah pada kawasan kumuh tidak dapat mengakses pendidikan baik formal maupun non
formal. Sistem pendidikan non formal pada suatu wilayah ditentukan oleh
peranan stakeholder pendidikan non formal pada wilayah tersebut yang dapat menempatkan diri sesuai fungsi komponen pendidikan non formal pada masing-
masing wilayah Hamalik, 2005: 54.