90 lapangan pekerjaan di Kecamatan Kemayoran dapat dilihat pada tabel III.5 di
bawah ini:
TABEL III.5 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN MENURUT
LAPANGAN PEKERJAAN DI KAWASAN KUMUH KECAMATAN KEMAYORAN
No Jenis Lapangan Pekerjaan
Jumlah
1 Pertanian
1 2
Perikanan 3
Industri 4
Perdagangan koran, asongan, dll 14
5 Angkutan
6 6
Jasa 512
7 Pemulungpengemistidak mempunyai pekerjaan tetaplainnya
1.925 8
Tidak bekerja sama sekali 262
Jumlah 2.720
Sumber: Jakarta Pusat Dalam Angka, 2007
3.2.4 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Kawasan Kumuh di
Kemayoran
Lingkungan hunian tempat berlangsungnya proses hidup manusia akan sangat ditentukan kualitas oleh penghuninya. Didalamnya ada anak-anak dan
remaja-remaja yang bakal menjadi generasi muda yang menentukan nasib kemajuan suatu negara atau daerah. Kawasan hunian ini bukan hanya sebagai
tempat berteduh, tetapi juga sebagai tempat berkembangnya manusia dengan baik, berkualitas dan sebagai tempat membentuk perilaku pribadi maupun kelompok.
Lingkungan akan mempengaruhi perilakunya pribadi maupun dalam bermasyarakat secara skala kota. Sebab lingkungan hunian ini pula yang menjadi
titik yang penting dalam perubahan kondisi sosial suatu kota.
91 Dalam bidang pendidikan, terjadi kesenjangan antar golongan penduduk
yang menempati kawasan elit dengan kawasan yang kurang beruntung. Ketidak berdayaan masyarakat dalam mengambil perannya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, lemahnya ekonomi masyarakat dalam mengikuti arus bidang pendidikan, serta terjadi gangguan pendidikan terutama terjadi pada anak-anak
usia sekolah, yang berakibat pengurangan biaya pendidikan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Efek yang ditimbulkan oleh permasalahan dalam bidang ekonomi, seperti pemulihan ekonomi yang tersendat setelah krisis, telah meningkatkan
pengangguran dan kemiskinan. Merosotnya kemampuan usaha-usaha ekonomi skala kecil dan menengah otomatis mengurangi pendapatan masyarakat.
Bersamaan dengan hal tersebut, timbul masalah pada sektor lainnya seperti pendidikan. Dengan berkurangnya pendapatan masyarakat akan berakibat
pada kemampuan orang tua mengalokasikan anggaran untuk membiayai pendidikan anaknya. Keadaan itu diperburuk dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat akan pentingnya arti sebuah sekolah bagi anaknya. Akumulasi masalah-masalah pendidikan tersebut membawa implikasi
pada masalah-masalah fisik kota yang kompleks, seperti banyaknya anak drop out, anak usia sekolah menjadi pemulung, dan bekerja pada sektor informal.
Hal ini mengakibatkan kurang berdayanya masyarakat pada kawasan kumuh untuk mengenyam pendidikan non formal, apalagi pendidikan formal.
Meskipun tersedia lembaga pendidikan non formal, ternyata masih rendah kemampuan masyarakat kawasan kumuh untuk mengaksesnya. Hal ini