Analisis Pelaksana Pendidikan Non Formal Pada Kawasan Kumuh

146 Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa tutor lembaga pendidikan non formal dalam penyampaian materinya cukupmenguasai materi sebanyak 50, sedangkan tidak menguasai materi sebanyak 25, dan kurang menguasai materi sebanyak 25. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa tutor dalam menyampaikan bahan pengajaran cukup menguasai materi. Menurut masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan kumuh, bahwa kemampuan tutor di lembaga pendidikan non formal yang ada belum sesuai dengan keinginan dan kondisi masyarakatnya. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara dari beberapa narasumber. Dari hasil wawancara tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian besar. Hal ini dapat diperhatikan pada tabel IV.14 frekuensi tutor dibawah ini: TABEL IV.14 FREKUENSI KESESUAIAN TUTOR PENDIDIKAN NON FORMAL PADA KAWASAN KUMUH DI KEMAYORAN JAKARTA PUSAT No Model jawaban Frek Bobot 1 Tutor tidak sesuai seharusnya tutor sangat menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, hal ini mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal 16 52 2 Tutor tidak sesuai seharusnya tutor sangat menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, namun tidak mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal 2 6 3 Tutor sudah sesuai, karena sudah cukup menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas namun tidak mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal 9 29 4 Tutor sudah sesuai karena sudah cukup menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, hal ini mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal 4 13 JUMLAH 31 100 Sumber: Hasil Analisis, 2008 147 Dari frekuensi kesesuaian tutor pendidikan non formal dengan kondisi mayarakat pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang atau 52 menyatakan tutor pendidikan non formal pada kawasan kumuh di Kemayoran Jakarta Pusat tidak sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Yang dibutuhkan adalah tutor yang sangat menguasai materi yang diinginkan masyarakat kumuh yaitu tentang bengkel, las, anyaman, menyulam, kerajinan barang bekas. Kondisi ini berpengaruh terhadap kemauan masyarakat kumuh untuk memasuki pendidikan non formal. Ini menunjukkan sebuah kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan karena frekuensinya lebih dari 50. Seperti yang disampaikan oleh beberapa narasumber antara lain: 1. Tutor lembaga pendidikan non formal yang ada belum sesuai dengan kondisi masyarakat pada kawasan kumuh, ini salah satu penyebab masyarakat kawasan kumuh tidak mau masuk ke pendidikan non formal yang ada, seharusnya tutor yang ada adalah membimbing terus satu-persatu dari masing-masing peserta warga belajar O.5. 3. Tutor yang ada di lembaga pendidikan non formal kurang sesuaidan hal ini salah satu penyebab masyarakat pada kawasan kumuh tidak mau masuk ke lembaga pendidikan non formal yang ada, seharusnya tutor dengan sabar membimbing satu-persatu masyarakat warga belajar yang ada.O.4 Lebih jelasnya mengenai jawaban yang menyatakan bahwa tutor lembaga pendidikan non formal belum sesuai dengan kondisi masyarakat pada kawasan kumuh dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini: 148 52 6 29 13 Sumber: Hasil analisis, 2008 GAMBAR 4.10 KESESUAIAN TUTOR PENDIDIKAN NON FORMAL PADA KAWASAN KUMUH KEMAYORAN JAKARTA PUSAT Kesimpulan dari penjelasan tersebut di atas menyatakan bahwa, sebagian besar narasumber, sejumlah 52 menyebutkan bahwa tutor lembaga pendidikan non formal pada kawasan kumuh tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Tutor tidak sesuai seharusnya tutor sangat menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, hal ini mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal Tutor tidak sesuai seharusnya tutor sangat menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, namun tidak mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal Tutor sudah sesuai karena sudah cukup menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, hal ini mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal Tutor sudah sesuai karena sudah cukup menguasai materi tentang perbengkelan, las, anyaman, keterampilan barang bekas, hal ini mempengaruhi sikap masyarakat untuk memasuki pendidikan non formal Salah satu tutor dari sebuah lembaga kursus Lembaga kursus Yuliana Jaya, yang diharapkan dapat menguasai seluruh materi yang akan di sampaikan kepada warga belajar Dari 12 lembaga kursus yang terdapat di kawasan kumuh Jakarta Pusat, jumlah tutor yang lulus ujian sesuai dengan yang diajarkan 4 orang 149 Program tersebut antara lain program ketrampilan bengkel, las, anyaman, menyulam, kerajinan barang bekas, dan mempengaruhi terhadap kemauan masyarakat memasuki pendidikan non formal.

4.5.6 Analisis Fasilitas Pendidikan Non Formal Pada Kawasan Kumuh

Fasilitas atau sarana prasarana adalah alat yang digunakan untuk menunjang proses pencapaian tujuan, termasuk didalamnya alat dan bangunan tempat proses belajar mengajar. Fungsinya adalah sebagai alat atau tempat untuk melaksanakan proses belajar mengajar pendidikan non formal. Dari hasil wawancara dengan 8 orang narasumber dari 13 lembaga pendidikan non formal yang ada di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat dapat disampaikan bahwa, dalam kontek pendidikan non formal di kawasan kumuh di Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat, sarana yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian besar seperti pada tabel IV.15 dibawah ini: TABEL IV.15 FREKUENSI FASILITAS PENDIDIKAN NON FORMAL PADA KAWASAN KUMUH DI KEMAYORAN JAKARTA PUSAT No Model jawaban Frek Bobot 1 Fasilitas lebih banyak kondisi baik, alat praktek maupun bangunan walaupun jenisnya sesuai dengan program keahlian yang diajarkan 2 25 2 Fasilitas lebih banyak kondisi rusak, alat praktek maupun bangunan walaupun jenisnya sesuai dengan program keahlian yang diajarkan 5 62,5 3 Fasilitas yang baik dan yang rusak alat praktek maupun bangunan perbandingan 50:50, dan sesuai dengan program keahlian yang diajarkan 1 12,5 JUMLAH 8 100 Sumber: Hasil Analisis, 2008 150 Hasil perhitungan didapat bahwa lembaga pendidikan non formal yang memiliki fasilitas pendidikan dengan kondisi baik dan sesuai dengan jenis program keahlian yang diajarkan hanya 25. Yang memiliki fasilitas lebih banyak kondisi rusak walaupun jenisnya sesuai dengan program keahlian yang diajarkan adalah 62,5. Memiliki fasilitas 50:50 sebanyak 12,5, dari keseluruhan 8 narasumber yang dimintai keterangan dari lembaga pendidikan non formal di kawasan kumuh Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas pendidikan non formal di kawasan kumuh Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat sebagian besar dalam kondisi rusak dan kurang memenuhi syarat baik alat praktek maupun sarana belajar. Menurut masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan kumuh, menunjukkan bahwa fasilitas yang digunakan oleh lembaga pendidikan non formal yang ada belum sesuai dengan keinginan dan kondisi masyarakat kawasan kumuh. Yang diinginkan adalah fasilitas pendidikan non formal yang dapat berfungsi baik dan jenisnya sesuai dengan program keahlian yang diinginkan. Hal ini didapatkan hasil wawancara dari beberapa narasumber. Dari hasil wawancara, ternyata fasilitas pendidikan non formal dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian besar. Hal ini dapat diperhatikan pada tabel IV.16 frekuensi fasilitas pendidikan non formal dibawah ini: