hakim.
69
Keyakinan hakim tidak mendapat tempat dan pengaruh dalam sistem ini. Untuk menilai sesuatu terbukti maka sepenuhnya ditentukan oleh bukti-bukti yang
ada sesuai dengan jenis alat-alat bukti yang sudah ditentukan oleh undang-undang. Singkatnya hakim terikat secara positif kepada alat bukti menurut undang-undang.
70
Teori ini digunakan dalam hukum acara perdata karena kebenaran yang ingin dicari adalah kebenaran formal artinya kebenaran yang hanya didasarkan pada alat bukti
semata sebagaimana disebutkan dalam undang-undang.
71
4. Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Negatif Negatief Wettelijke
Bewijstheorie
Pembuktian menurut sistem ini adalah perpaduan antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif affirmative dengan sistem pembuktian
menurut keyakinan hakim semata.
72
perkara Tata Usaha Negara adalah bersifat terbatas. Lihat R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 154. Menurut Roihan A. Rasyid, fungsi alat bukti dapat dipandang dari dua sisi yaitu: pertama, dari sisi pihak yang
berperkara yaitu sebagai alat atau upaya yang dipergunakan untuk meyakinkan hakim dan kedua, dari sisi pengadilan yang memeriksa perkara, maka alat bukti diartikan sebagai alat atau upaya yang
dipergunakan hakim untuk memutus perkara. Lihat Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Edisi Baru, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 144.
Itu artinya hakim harus memutus berdasarkan adaya alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang kemudian dibarengi dengan
keyakinan hakim atas alat-alat bukti dimaksud. Keyakinan hakim disini mestilah timbul belakangan setelah adanya alat-alat bukti dan bukan sebaliknya, singkatnya
alat-alat bukti terlebih dahulu ditemukan baru kemudian timbul keyakinan hakim.
69
W. Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 110. Lihat juga Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit, hlm. 15.
70
Eddy O.S. Hariej, Op.Cit, hlm. 15.
71
Ibid, hlm. 16.
72
W. Riawan Tjandra, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 107 Undang-Undang Nomor Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, berbunyi: “Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban
pembuktian beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim.” Merujuk
ketentuan Pasal 107 di atas, dengan ditambahnya alasan bahwa untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti berdasarkan keyakinan
hakim, maka menurut Indroharto, sebagaimana dikutip oleh R. Wiryono,
73
ajaran pembuktian yang diikuti oleh pembuat undang-undang bukan ajaran pembuktian
bebas tetapi ajaran pembuktian bebas terbatas.
B. Teori Kedaulatan Hukum