perihal Permohonan Usul Pemberhentian Dengan Hormat Dengan Hak Pensiun An. Ipda Anderson Sirongoringo, SH, Nrp. 64070416.
Setelah mempertimbangkan usul dari tergugat II dan hasil pemeriksaan kesehatan penggugat yang menyimpulkan bahwa penggugat tidak memenuhi
persyaratan minimal sebagai anggota polri serta kelainan jiwa yang diderita penggugat juga dapat membahayakan bagi diri penggugat sendiri maupun dinas polri
dan lingkungan kerja penggugat, maka dengan berat hati tergugat I sesuai Pasal 8 huruf b PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri, penggugat
diberhentikan dengan hormat dengan mendapat pensiun sesuai dengan Surat Keputusan Kapolda Sumut No.Pol:SKEP89III2005 tanggal 21 Maret 2005.
Tergugat I dan tergugat II berpendapat bahwa pemberhentian penggugat dengan hormat telah sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku karenanya cukup
alasan bagi Majelis Hakim untuk memutus perkara ini sebagai berikut:
158
1. Dalam Eksepsi
- Menerima eksepsi tergugat-tergugat seluruhnya.
- Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima.
- Menghukum penggugat membayar biaya perkara.
2. Dalam Pokok Perkara
- Menolak gugatan penggugat seluruhnya.
- Menghukum penggugat membayar biaya perkara.
4. Replik
Replik berasal dalam bahasa Belanda yaitu repliek yang dalam bahasa Inggris disebut dengan counter plea yang berarti jawaban dari suatu jawaban.
159
158
Permintaan tergugat I dan tergugat II ini sesuai dengan bunyi redaksi aslinya pada surat jawaban.
Replik
Universitas Sumatera Utara
adalah tanggapan terhadap jawaban atau jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat.
160
Penggugat pada pokoknya menyatakan tetap pada dalil gugatan sebagaimana tertuang dalam surat gugatan dan menolak semua dalil-dalil jawaban tergugat I dan
tergugat II baik dalam bagian eksepsi maupun dalam bagian pokok perkara. Terhadap jawaban tergugat I dan II, pada tanggal 16 Agustus 2005,
penggugat melalui kuasa hukumya mengajukan replik. Pasal 142 Rv memberikan hak
kepada penggugat mengajukan replik atas jawaban tergugat dan selanjutnya memberi hak kepada tergugat mengajukan duplik terhadap replik penggugat.
Penggugat membantah dalil jawaban tergugat I dan II yang menyatakan pada tahun 1988 dan 1999 pernah mengalami gangguan jiwa berupa suka bicara-bicara
sendiri dan memungut-mungut sampah. Ketidak benaran ini adalah berdasarkan fakta bahwa penggugat pada tahun 1988 baru menjalani dinasi di Kepolisian lebih kurang 2
dua tahun dan bertugas di bagian Intel Poltabes Medan sekarang Kepolisian Resor Kota Medan Polresta Medan dan pada tahun 1999 penggugat menjalani Pendidikan
Pembentukan Perwira SETUKPA-POLRI yaitu mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2000 selama 1 tahun.
Psikiater dokter Harun T. Parinduri, Sp.KJ tidak benar telah menerbitkan hasil diagnosa yang menyimpulkan bahwa penggugat telah menderita Skizoprenia
Paranoid Kronis sesuai Surat Keterangan No.Pol:SKD1958VI2004RS Bhayangkara tanggal 15 Juni 2004, tetapi benar menganjurkan penggugat untuk:
159
Yan Pramadya Puspa, Op.Cit, hlm. 730.
160
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 463.
Universitas Sumatera Utara
- Kontrol teratur 1 satu kali seminggu ke Poliklinik Psikiater Rumah Sakit
Bhayangkara Medan. -
Tidak dibenarkan jaga malam dan memegang senjata. -
Untuk lebih intensif dianjurkan pindah tugas ketempat yang lebih dekat ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan.
Hasil diagnosa dokter di atas selanjutnya membenarkan penggugat mengalami gangguan jiwa yang diakibatkan Penundaan Kenaikan Pangkat dan Konflik dengan
atasan sesuai dengan hasil pemeriksaan medis yaitu Stressor Psikososial. Hasil pemeriksaan Panitia Pemeriksaan Kesehatan Personil PPKP Polda
Sumut yang diketuai oleh dokter Lukman Hakim, Msc., DFM Kabid Dokkes Polda Sumut yang beranggotakan dokter Nusa Setiawan, SpB., DFM, dokter Donald F.
Sitompul, Sp.KJ dan dokter Elmeida Effendy, Sp.KJ yang berkesimpulan bahwa penggugat termasuk Stakes J4 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan
minimal untuk bekerja sebagai Anggota Polri yang termuat dalam Surat PPKP No.Pol: RSK24VIII2004Biddokes, tanggal 6 Agustus 2004, ternyata tidak
melibatkan dokter yang secara langsung merawat penggugat yaitu dokter Harun T. Parinduri, Sp.KJ.
Dokter Donald F. Sitompul, SpKJ bukan merupakan dokter psikiater di Rumah Sakit Bhayangkara tetapi dalam sidang pemeriksaan PPKP dinyatakan
sebagai dokter pemeriksa penggugat padahal penggugat tidak pernah bertemu dan diperiksa oleh dokter Donald F. Sitompul, Sp.KJ tetapi hanya diperiksa dan dirawat
oleh dokter Harun T. Parinduri, Sp.KJ.
Universitas Sumatera Utara
Penggugat tidak pernah dihadirkan secara langsung atau diperiksa secara langsung dalam sidang PPKP Polda Sumut sehingga tidak memenuhi prosedur untuk
suatu acara persidangan dan hasil sidang PPKP Polda Sumut berupa surat aslinya juga tidak pernah diterima oleh penggugat. Penggugat selalu siap sedia untuk
diperiksa kembali mengenai status kesehatannya melalui Brain Mapping untuk memastikan bahwa Penggugat tidak seperti yang dituduhkan dalam Surat PPKP No.
Pol. RSK24VIII2004Biddokes tanggal 6 Agustus 2004. Pemberhentian penggugat dengan demikian tidak sesuai dengan prosedur
hukum yang berlaku sehingga cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menolak suluruh dalil jawaban tergugat I dan II dan selanjutnya mengabulkan seluruh gugatan
penggugat.
5. Duplik