fungsi pengawasan.
186
Publikasi terhadap pejabat tata usaha negara yang tidak mematuhi putusan PTUN dapat memberikan sanksi sosial yang mungkin dapat
memberikan tekanan politik untuk mendorong pejabat terkait mematuhi putusan demi menghindari ketidakpercayaan publik berkaitan dengan alam sistem politik pemilihan
langsung.
187
Upaya-upaya yang diberikan undang-undang tetap saja merupakan hambatan tersendiri dalam mengeksekusi putusan secara lebih tegas yang sesungguhnya
merupakan hambatan yuridis yang sejak awal telah menjadi cacat bawaan dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara. Walaupun demikian jika merujuk isi
sumpah jabatan dan kode etik profesi terkait telah diamanahkan bahwa setiap Pejabat Tata Usaha Negara wajib mematuhi hukum bukan melanggar atau mengabaikan
hukum termasuk di dalamnya kewajiban mematuhi putusan hakim. Pemenuhan isi putusan tetap saja terletak pada kesediaan pejabat TUN
terkait.
B. Hambatan Yuridis Bagi Penggugat
Sejak Putusan Mahkamah Agung Nomor 288 KTUN2006 tanggal 6 Desember 2006 diberitahukan oleh Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Medan kepada para pihak pada tanggal 13 April 2007 itu berarti terhadap Putusan Nomor 52G.TUN2005PTUN-MDN telah berkekutan hukum tetap sehingga secara
hukum telah dapat dieksekusi.
186
Lihat Pasal 116 ayat 5 dan 6 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perobahan Kedua UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
187
W Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 166.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun pemberitahun isi putusan dalam perkara ini telah diterima oleh tergugat, yang memerintahkannya untuk mencabut surat pemberhentian dimaksud
dengan sekaligus mewajibkan tergugat untuk menerbitkan surat keputusan yang baru perihal rehabilitasi kedudukan penggugat, nyatanya tergugat tidak serta merta dalam
waktu yang wajar memenuhi isi amar putusan dimaksud. Pengabaian ini tidak dapat dipaksakan serta tidak ada sanksi hukumnya.
Tindakan lambat
188
188
Argumentasi ini tidak bermaksud bernilai subjektif tetapi jika merujuk Keputusan Kapolri Nomor Pol: Kep74XI2003 tanggal 10 Nopember 2003 Tentang Pokok-Pokok Penyusunan
Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri bagian Panduan Teknis angka 5 huruf b butir 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa dari kepangkatan penggugat sebagai Ipda maka kewenangan
pemberhentian kepangkatan AKBP ke bawah berada pada Kapolda sehingga pencabutannya dan penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara yang baru perihal rahabilitasi kedudukan keanggotaan
penggugat sebagai anggota Polri aktif kembali juga berada di tangan Kapolda i.c Kapolda Sumatera Utara sehingga cenderung lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang demikian lama karena tidak
harus sampai ke jenjang administrasi Kapolri.
tergugat I dalam memenuhi isi putusan Nomor 52G.TUN2005PTUN-MDN tanggal 18 Oktober 2005 tentu saja sangat merugikan
kepentingan hukum penggugat, karena menghambat penggugat untuk kembali bekerja sebagai anggota Polri aktif. Kekosongan undang-undang sendiri dalam hal
mekanisme pemaksaan eksekusi putusan Peradilan Tata Usaha Negara tidak saja menjadi hambatan tersendiri bagi Peradilan Tata Usaha Negara tetapi lebih lagi
kepada penggugat sebagai pencari keadilan. Hal ini juga dikarenakan dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri tidak ada mengatur secara tegas perihal pelaksanaan sebuah putusan pengadilan
dalam kaitannya dengan upaya-upaya hukum karena alasan pemberhentian.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat kondisi tidak adanya tindakan yang cepat dari tergugat I untuk mengeksekusi Putusan Nomor 52G.TUN2005PTUN-MDN tanggal 18 Oktober
2005, maka pada tanggal 7 Mei 2007 penggugat mengajukan surat permohonan pencabutan pemberian pensiun kepada Kapolda Sumatera Utara, akan tetapi surat
dimaksud ternyata tidak mendapat tanggapan, sehingga kemudian penggugat pada tanggal 4 Juli 2007 mengajukan Surat Permohonan kepada Ketua Pengadilan Tata
Usaha Negara Medan untuk melaksanakan putusan eksekusi perkara Nomor 52G.TUN2005PTUN-MDN tanggal 18 Oktober 2005 jo
Nomor 18BDG2006PT.TUN-MDN tanggal 17 Mei 2006 jo Nomor 288 KTUN2006
tanggal 6 Desember 2006. Menanggapi surat permohonan penggugat dimaksud, maka pada tanggal 24
Juli 2007 Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Medan sesuai suratnya bernomor: W1-TUN 1402AT.02.07I2007 telah memerintahkan tergugat in casu Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara agar melaksanakan isi putusan Nomor 52G.TUN2005PTUN-MDN tanggal 18 Oktober 2005 dengan
sanksi jika ternyata tidak melaksanakannya akan dilakukan pengumuman pada media massa cetak setempat. Surat permohonan penggugat dan surat perintah Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dimaksud terkesan diabaikan oleh tergugat sehingga kemudian penggugat mengajukan lagi surat permohonan kepada Kepala
Kepolisian Republik Indonesia Kapolri pada tanggal 30 Agustus 2007 perihal Pemohonan Perlindungan Hukum dan Kepastian Hukum.
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya dengan berbagai upaya-upaya yuridis di atas maka pada tanggal 27 November 2007 Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara
memenuhi isi putusan in casu dengan menerbitkan Surat Keputusan No.Pol: Skep449XI2007 tanggal 27 Nopember 2007 Tentang Pembatalan Skep Pensiun
Mantan Anggota Polri dengan memutuskan dan menetapkan: Membatalkan Surat Keputusan Kapolda Sumut tentang Pemberian Pensiun
Mantan Anggota Polri karena Putusan Mahkamah Agung RI Reg No. 288 KTUN2006 tanggal 6 Desember 2006 dan Surat Kapolri No. Pol:
R2429XI2007 tanggal 6 September 2007 tentang Pensiun dini An. Ipda Anderson Siringoringo Nrp. 64070146, agar menindak lanjuti untuk
membatalkan mencabut Skep pemberhentian pensiun dan menerbitkan Skep baru rehabilitasi kedudukan ke anggota Ipda Anderson Siringoringo Nrp.
64070146 sebagai anggota Polri aktif.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN