Putusan Deskripsi Kasus 1. Duduk Perkara

bukan pada waktu itu, walau sebenarnya terdapat kesamaan angka pemeriksaan yaitu p=0.025 dan mengetahui susuai standar atau tidak kesehatan Penggugat selaku anggota Polri adalah PPKP sesuai ketentuan Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep984XIII2003 tanggal 23 Desember 2003 tentang Buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Calon Anggota Polri serta Calon PNS Polri juga lampirannya tentang Ketentuan Panitia Penguji Kesehatan Personil Sub Lampiran II;

8. Putusan

Perkara No. 52G.Tun2005PTUN-Mdn telah diputus pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2005 dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2005 dengan dihadiri oleh kuasa Penggugat tanpa dihadiri oleh Tergugat I dan Tergugat II ataupun kuasanya. Majelis hakim setelah membaca gugatan dan jawaban serta memperhatikan alat bukti yang diajukan di depan persidangan, sampai pada pertimbangan hukumnya yang pada pokoknya mempertimbangkan eksepsi Tergugat I dan Tergugat II dan juga mempertimbangkan bagian pokok perkara. 174 a. Pertimbangan Hukum Dalam Bagian Eksepsi Eksepsi Tergugat II pada pokoknya mendalilkan bahwa Surat No.Pol: R563XI2004 tanggal 3 November 2004 yang diterbitkan tergugat II bukanlah keputusan yang final karena merupakan usulan yang masih memerlukan persetujuan dari tergugat I. Untuk menentukan telah atau tidak terpenuhinya unsur final suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat dijadikan objek sengketa pada Peradilan Tata Usaha Negara adalah harus berpedoman pada Pasal 1 butir 3 Undang-Undang 174 Penulis telah merobah redaksi pertimbangan dalam putusan ini dari bunyi aslinya dengan tetap menjaga tujuan dan maksud sebenarnya demi menyesuaikan teknis penulisan tesis. Universitas Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yang pada penjelasannya antara lain menentukan “Bersifat final artinya sudah defenitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum. Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum bersifat final karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang bersangkutan”. Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol: Kep74XI2003 tanggal 10 November 2003 tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri pada bagian Panduan Teknis angka 5 huruf b butir 1 dan 2 antara lain menentukan “Kewenangan pemberhentian dengan hormat kepangkatan AKBP ke bawah adalah diterbitkan dan ditandatangani oleh Kapolda”. Isi yang termuat dalam objek sengketa yaitu Surat No.Pol: R563XI2004 tanggal 3 November 2004 yang diterbitkan oleh tergugat II adalah berupa usul pemberhentian dengan hormat dengan hak pensiun kepada tergugat I, dengan demikian berpedoman kepada ketentuan Pasal 1 butir 3 dan Keputusan Kapolri No.Pol: Kep74XI2003 tanggal 10 November 2003, maka objek sengketa berupa surat tergugat II a quo tidaklah bersifat final oleh karena untuk dapat menimbulkan akibat hukum yang defenitif masih memerlukan persetujuan dari instansi atasan tergugat II yaitu tergugat I. Oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa eksepsi tergugat II tentang objek sengketa Surat No.Pol: R563XI2004 tanggal 3 November 2004 bukan keputusan final yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan eksepsi yang harus diterima. Universitas Sumatera Utara Penerimaan eksepsi tergugat II tersebut menjadikan gugatan Penggugat yang memohon pembatalan terhadap Surat No.Pol: R563XI2004 tanggal 3 November 2004 yang diterbitkan oleh tergugat II harus dinyatakan tidak dapat diterima. b. Pertimbangan Hukum Dalam Bagian Pokok Perkara Gugatan penggugat pada pokoknya meminta pembatalan objek sengketa yang diterbitkan tergugat I berupa Surat Keputusan No.Pol: Skep89III2005 tanggal 21 Maret 2005 tentang Pemberhentian Pensiun Mantan Anggota Polri atas nama Ipda Anderson Siringoringo i.c Penggugat karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 8 huruf a dan b Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sedangkan tergugat I sebaliknya mendalilkan penerbitan objek sengketa a quo telah ditempuh sesuai prosedur hukum yang berlaku. Adanya bantahan tergugat I terhadap dalil gugatan penggugat, maka Majelis Hakim akan menguji dalil-dalil para pihak dimaksud berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan a quo. Instrument hukum yang dapat dipergunakan hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menguji suatu produk Keputusan Tata Usaha Negara adalah diatur dalam Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yang menurut ketentuan tersebut Keputusan Tata Usaha Negara KTUN dapat dinyatakan batal atau tidak sah apabila KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Universitas Sumatera Utara Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan perihal apakah objek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat I bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku ditinjau dari segi kewenangan, prosedural dan substansi. Suatu KTUN dapat dikatakan sebagai produk yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika KTUN diterbitkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak berwenang, atau keputusan tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat prosedural, atau keputusan tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat substansi. Jika ditinjau dari segi kewenangan, berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol: Kep74XI2003 tanggal 10 November 2003 tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri pada bagian Panduan Teknis angka 5 huruf b butir 1 dan 2 antara lain menentukan “ Kewenangan pemberhentian dengan hormat kepangkatan AKBP ke bawah adalah diterbitkan dan ditandatangani oleh Kapolda”. Penggugat yang berpangkat Ipda yang merupakan kepangkatan di bawah AKBP, maka ditinjau dari segi kewenangan, Tergugat I berwenang untuk menerbitkan objek sengketa a quo. Peraturan materil tentang pemberhentian sebagai anggota polri karena alasan kesehatan diatur pada Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 yang berbunyi: Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberhentikan dengan hormat apabila berdasarkan surat keterangan Badan Penguji Kesehatan Personel Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan: a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan karena kesehatannya ; atau Universitas Sumatera Utara b. Menderita penyakit atau mengalami kelainan jiwa yang berbahaya bagi dirinya dan atau organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan atau lingkungan kerjanya. Selanjutnya dari Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep984XII2003 tanggal 23 Desember 2003 tentang Buku Petunjuk Teknis Kesehatan CalonPNS Polri pada Sub Lampiran II angka 2 berbunyi: a PPKP Daerah bersifat tidak tetap, dibentuk setiap kali ada pengajuan atas perintah Kapolda, sesuai prosedur yang berlaku; b Tugas dan wewenangnya adalah melaksanakan dan memutuskan hasil ujian kesehatan sesorang. Apabila diperlukan, PPKP Daerah dapat mengajukan pemeriksaan banding ke tingkat PPKP Pusat; c Kedudukan PPKP Daerah berada di tingkat Kepolisian Daerah sedangkan pelaksanaannya di fasilitas kesehatan rumah sakit Polda; d Personil PPKP Daerah terdiri dari: 1. Minimal terdiri dari 3 tiga Dokter, dengan seseorang diantaranya haus dokter Polri; 2. Kabid Dokkes Polda menjadi ketua dan 2 dua dokter yang lain menjadi anggota; 3. Mereka tidak boleh duduk dalam PPKP yang pernah menguji orang yang diuji tersebut, sedang kepangkatannya tidak perlu lebih tua atau lebih tinggi dari anggota PPKP sebelumnya; Bahwa dalam ketentuan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2003 maupun Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep984XII2003 tanggal 23 Desember 2003 tidak mengatur tata cara prosedur pemeriksaan, dalam kaitan pengujian kesehatan oleh PPKP. Namun dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat disimpulkan adanya suatu norma bahwa pemberhentian dengan hormat anggota Polri karena alasan kesehatan harus melalui pengujian oleh PPKP dan PPKP Daerah dibentuk atas perintah Kapolda. Oleh karenanya Majelis Hakim dalam menyimpulkan dan menguji secara juridis administratif terhadap pokok persengketaan diantara para pihak akan bertitik tolak pada tim PPKP yang melakukan pengujian kesehatan pada Penggugat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dalil gugatan, replik dan kesimpulan Penggugat maupun dari jawaban dan kesimpulan tergugat dapat diketahui bahwa personel dokter PPKP yang melakukan pengujian kesehatan penggugat telah dibentuk sesuai ketentuan hukum yang berlaku segaimana ditentukan dalam Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep984XII2003 tanggal 23 Desember 2003 tentang Buku Petunjuk Teknis Kesehatan CalonPNS Polri pada Sub Lampiran II angka 2. Majelis kemudian mempertimbangkan tentang apakah hasil pengujian kesehatan oleh PPKP pada penggugat diperoleh berdasarkan fakta yang lengkap. Berdasarkan bukti surat Tergugat huruf a yang memuat keterangan ”telah diperiksa kesehatannya dan dibuat Surat Keterangan ahli dari RS. Bhayangkara Tingkat II Medan tanggal 15 Juni 2004 No.Pol: SKD1958VI2004”. Dalil penggugat yang tidak dibantah oleh tergugat yaitu bahwa penggugat tidak pernah diperiksa secara langsung oleh PPKP dapat diperoleh fakta bahwa pengujian kesehatan terhadap penggugat oleh PPKP adalah berdasarkan pengujian tidak langsung. Pengujian kesehatan tidak langsung terhadap penggugat oleh PPKP didasarkan dengan menganalisis dari keseluruhan keterangan pada Surat Keterangan Dokter No.Pol: SKD1958VI2004 RS Bhayangkara tanggal 15 Juni 2004 yang diantaranya memuat ”Menurut catatan medis yang ada pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan bahwa penderita telah pernah berobat ke Poliklinik Psikiatri RS. Bhayangkara pada tahun 1988 dan 1999 dengan keluhan bicara-bicara sendiri dan mau memungut-mungut sampah”. Universitas Sumatera Utara Pada persidangan a quo keterangan catatan medis penggugat dimaksud pada 1998 dan 1999 tidak dilengkapi bukti rekaman atau data medis yang seharusnya dapat dibuktikan mengingat dalam uraian surat keterangan dokter disebut sebagai catatan medis, sedangkan penggugat membatahnya dengan membuktikan bahwa penggugat tengah mengikuti pendidikan selama satu tahun mulai tahun 1999 sd 2000 pada Sekolah Pembentukan Calon Perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia Gelombang II tahun anggaran 19992000 dan telah dinyatakan lulus dalam pendidikan tersebut. Dengan demikian Majelis Hakim berkesimpulan bahwa hasil pengujian kesehatan oleh PPKP pada penggugat diperoleh tidak berdasarkan fakta yang lengkap. Selain itu dalam Surat Keterangan Dokter No.Pol: SKD1958VI2004RS Bhayangkara tanggal 15 Juni 2004 tidaklah sampai merekomendasikan pemberhentian penggugat dari dinas Polri aktif kecuali hanya ada anjuran berupa: pertama, kontrol teratur satu kali seminggu ke poiklinik RS. Bhayangkara Tk. II Medan; kedua, tidak dibenarkan jaga malam dan memegang senjata; dan ketiga, untuk lebih efesien penderita dianjurkan pindah tugas dari tempatnya bertugas ke tempat yang lebih dekat ke RS. Bhayangkara Tk. II Meda. Tergugat I selaku Pejabat Tata Usaha Negara yang membentuk PPKP dan memutuskan pemberhentian penggugat sebagai anggota polri memiliki kewenangan untuk menilai dan memerintahkan kelengkapan catatan medis pengujian kesehatan penggugat agara dapat diperoleh fakta yang lengkap mengingat dalam pertanggungjawaban hukum secara juridis administratif diperlukan suatu keputusan Universitas Sumatera Utara yang dapat dinilai secara akuntabililtas sebagai bagian dari pelaksanaan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang dalam penjelasannya menentukan: Yang dimaksud asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Berdasarkan pertimbangan di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat I dalam menerbitkan keputusan objek sengketa a quo dikeluarkan atas dasar fakta yang kurang lengkap sehingga dari segi prosedur dan substansi tidak dapat dipertanggungjawabkan, dengan demikian tergugat I dalam menerbitkan objek sengketa a quo tidak mengindahkan asas akuntabilitas sebagai bagian dari asas-asas umum pemerintahan yang baik. Majelis berpendapat bahwa penggugat telah dapat membuktikan dalil gugatannya terhadap tergugat I maka berdasarkan Pasal 53 ayat 2 sub b Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004, objek sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat I haruslah dinyatakan batal dan berdasarkan Pasal 97 ayat 9 huruf b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, memerintahkan Tergugat I untuk mencabutnya serta mewajibkan untuk menerbitkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang baru tentang rehabilitasi kedudukan penggugat sebagai anggota Polri aktif seperti sebelum diterbitkannya keputusan objek sengketa oleh tergugat I. Universitas Sumatera Utara Mengingat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara serta peraturan-peraturan lain yang bersangkutan, Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo akhirnya: 175 M e n g a d i l i: Dalam Eksepsi : - Menerima Eksepsi Tergugat II; Dalam Pokok Perkara : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; 2. Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat I No.Pol: Skep89III2005 tanggal 21 Maret 2005 tentang Pemberian Pensiun mantan Anggota Polri atas nama Ipda Anderson Siringoringo; 3. Memerintahkan Tergugat I untuk mencabut Surat Keputusan Tergugat I No.Pol: Skep89III2005 tanggal 21 Maret 2005 tentang Pemberian Pensiun mantan Anggota Polri atas nama Ipda Anderson Siringoringo; 4. Mewajibkan Tergugat I untuk menerbitkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang baru tentang rehabilitasi 176 5. Menyatakan gugatan Penggugat terhadap Tergugat II tidak dapat diterima; kedudukan keanggotaan Penggugat sebagai anggota Polri aktif seperti sebelum diterbitkannya Keputusan objek sengketa Tergugat I; 6. Menghukum Tergugat I untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 259.000,- dua ratus lima puluh sembilan ribu rupiah.

9. Upaya Hukum Banding

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Tindakan Pemberhentian Dengan Hormat Pada Anggota POLRI (Studi Kasus Atas Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor 52/G.TUN/2005/PTUN-Medan)

0 76 143

Tinjauan Hukum Kekuatan Sertifikat Hak Milik Diatas Tanah Yang Dikuasai Pihak Lain (Studi Kasus Atas Putusan Perkara Pengadilan Tata Usaha Negara Medan NO.39/G.TUN/2006/PTUN.MDN)

4 67 127

Analisis Yuridis Pemberian Kuasa Blanko Pada Akta Perikatan Jual Beli (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 51/PDT.G/2009/PN.Mdn)

1 86 130

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Analisis Yuridis Atas Kegagalan Pengembang Dalam Memenuhi Klausula Jual Beli Apartemen (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 69/PDT.G/2008/PN.MDN)

0 67 123

Analisis Yuridis Atas Perbuatan Notaris Yang Menimbulkan Delik-Delik Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan NO. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 60 119

Kepatuhan Hukum Pejabat Dalam Mentaati Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Di Medan

0 27 5

Analisis Yuridis Atas Harta Gono-Gini Yang Dihibahkan Ayah Kepada Anak: Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan NO.691/Pdt.G/2007/PA.Medan

0 89 133

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Uang Paksa (Dwangsom) Dan Sanksi Administratif Dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

3 24 42