Konsep Aksesibilitas KAJIAN PUSTAKA

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka atau dapat disebut kajian literatur merupakan bagian dari kegiatan penelitian sebagai sebuah proses mencari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dapat menjadi pintu yang dapat membantu untuk memecahkan atas problematik penelitian. Selain itu, dapat juga dijadikan dasar dalam memunculkan argumentasi, perkiraan ataupun dugaan sementara tentang hasil suatu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil pustaka atau literatur mengenai konsep aksesibilitas, kinerja, pelayanan publik, dan indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut.

2.1. Konsep Aksesibilitas

Konsep aksesibilitas dapat dikatakan sebagai suatu keterjangkauan terhadap suatu lokasi jika dilihat dari tingkat kemudahannya pada suatu wilayah. Sehingga, suatu aksesibilitas erat kaitannya dengan kemudahan terhadap akses. Menurut Black 1981 dalam Miro 2005: 18, mendefinisikan aksesibilitas sebagai berikut. 1. Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan mengkombinasikan sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, dimana perubahan tata guna lahan yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan. 2. Aksesibilitas dihubungkan dengan mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya. Pandangan lain mengenai konsep aksesibilitas oleh Tamin 1997 dalam Miro 2005: 18, dikemukakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan dan kenyamaman mengenai cara lokasi petak tata guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi berhubungan satu sama lain. Mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya, yang artinya yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain. Selain itu, aksesibilitas juga memiliki makna sebagai kemudahan atau kesulitan dalam memperolehmencapai fasilitas layanan sosial, ekonomi, transportasi, dan lainnyakebutuhan dasar Oktaviana, Sulistio, dan Wicaksono, 2011: 182. Tingkat aksesibilitas dikatakan rendah ataupun tinggi dapat dilihat dari beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut sifatnya adalah kuantitatif. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas tersebut, Miro 2005: 19 – 20 mengemukakan sebagai berikut. 1. Faktor jarak tempuh, merupakan jarak fisik dua tata guna lahan dalam kilometer. Jika kedua tata guna lahan mempunyai jarak yang berjauhan secara fisik, maka aksesnya dikatakan rendah, demikian pula sebaliknya. Tetapi, faktor ini juga memperhatikan adatidaknya sarana dan prasarana transportasi yang melayaninya untuk melihat tingkat aksesibilitasnya. 2. Faktor waktu tempuh, dimana faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi dan sarana transportasi yang dapat dihandalkan reliable transportation system. 3. Faktor biayaongkos perjalanan, ikut berperan dalam menentukan mudah tidaknya antar dua tempat tujuan untuk dicapai yang dihubungkan dengan sarana dan prasarana transportasi. 4. Faktor intensitas kepadatan guna lahan, memiliki makna bahwa padatnya kegiatan pada suatu petak lahan yang telah diisi dengan berbagai macam kegiatan, akan berpengaruh pada dekatnya jarak tempuh berbagai kegiatan tersebut, dan secara tidak langsung, hal tersebut ikut mempertinggi tingkat kemudahan pencapaian tujuan. 5. Faktor pendapatan orang yang melakukan perjalanan, artinya orang akan mudah melakukan perjalanan jika ia didukung oleh kondisi ekonomi yang mapan, walaupun jarak perjalanan secara fisik jauh. Sederet makna dari konsep aksesibilitas di atas, jika digeneralisasikan dapat berarti suatu kemudahan akses bagi individu dalam suatu wilayah untuk menuju suatu titik point lokasi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana transportasi yang ada. Dalam hal pelayanan publik, aksesibilitas dapat dikatakan suatu kemudahan akses terhadap lokasi pelayanan publik berada untuk dijangkau masyarakat.

2.2. Konsep Kinerja

Dokumen yang terkait

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Kecamatan Pesanggrahan sebagai Kecamatan Induk dan Kecamatan Siliragung sebagai Pemekaran Wilayah di Kabupaten Banyuwangi)

0 5 2

DAMPAK PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Kecamatan Kangayan, Sebagai Hasil Pemekaran Dari Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep)

0 6 3

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH PADA PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO

2 18 63

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN KECAMATAN (Studi di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung)

5 36 94

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN PUBLIK DAN KESEJAHTERAAN Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat : Studi di Kecamatan Ngusikan Kabupaten J

0 4 19

HUBUNGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUHPELEM KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI.

0 2 6

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 18

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (STUDI PELAYANAN PUBLIK DALAM SEKTOR PENDIDIKAN PASCA PEMEKARAN WILAYAH DI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD) | POLAKITANG | JURNAL EKSEKUTIF 2681 4947 1 SM

0 0 7

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK : STUDI KASUS PEMEKARAN KECAMATAN KRANGGAN KOTA MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12