45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada bagian sub-bab hasil penelitian ini berisikan informasi temuan lapangan yang dikumpulkan baik dari data primer maupun data sekunder.
Selanjutnya, informasi-informasi tersebut disajikan dalam bentuk angka-angka, gambar, maupun tabel untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut.
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah
Gambaran umum wilayah di sini adalah gambaran kondisi wilayah di Kecamatan Puhpelem baik secara fisik maupun sosial budayanya berdasarkan
temuan di lapangan. Kondisi tersebut meliputi sejarah terbentuknya kecamatan, kondisi geografis, kondisi demografi, kondisi sosial, kondisi pemerintahan, dan
kondisi infrastruktur jalan.
4.1.1.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Puhpelem
Kecamatan Puhpelem merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari daerah induknya yakni Kecamatan Bulukerto. Kata “Puhpelem” berdasarkan
informasi camat setempat diambil dari nama pohon mangga dalam Jawa disebut pelem yang namanya poh. Pohon mangga tersebut dikatakan sebagai khasnya
daerah tersebut yang berbentuk besar, rasanya masam dan pada waktu itu merupakan sebagai tempat istirahat atau bersantai oleh masyarakat sekitar.
Dengan mengambil kata poh dan pelem tersebut, maka terbentuklah nama Kecamatan Puhpelem.
Saat sebelum terjadinya pemekaran wilayah, Kecamatan Puhpelem telah menjadi kecamatan pembantu Bulukerto, artinya pada saat itu sudah terdapat
kantor pemerintahannya. Pembahasan soal usulan akan dibentuknya kecamatan baru melalui pemekaran wilayah ini menurut Bapak Agung Rahmat salah satu
pegawai kantor Kecamatan Puhpelem saat diwawancarai mengatakan, bahwa hal tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980. Usulan tersebut berakar dari aspirasi
masyarakat yang merasa adanya jarak yang jauh untuk menuju pusat pelayanan publik.
Dalam wawancaranya dengan Bapak Edy Cahyono pegawai pelayanan KKKTP mengenai adanya usulan pembentukan kecamatan baru mengatakan,
bahwa pihak pemerintah pusat pun mengamini hal tersebut melihat luasnya daerah induk pada saat itu yaitu Kecamatan Bulukerto. Kala itu, secara administratif
daerah induk memiliki 16 desakelurahan dan ini dinilai terlalu sulit dalam pengelolaannya. Di samping karena wilayah yang terlalu luas, pengelolaan yang
sulit, juga hal kondisi medanmorfologi daerah tersebut yang kasar. Maka untuk mencapai pusat pelayanan publik aksesnya tidak mudah. Selengkapnya, secara
keruangan kondisi administrasi daerah induk saat sebelum adanya pemekaran wilayah tersebut digambarkan pada Gambar 4.1., halaman 46. Pada Gambar 4.1.
tersebut adalah peta wilayah daerah induk yang merupakan Kecamatan Bulukerto, ditunjukkan bahwa saat itu secara administratif memiliki 16 desakelurahan.
Keenambelas desakelurahan tersebut adalah Desa Bulurejo, Desa Conto, Desa Domas, Desa Geneng, Kelurahan Bulukerto, Kelurahan Giriharjo, Desa
Krandegan, Desa Nadi, Desa Ngaglik, Desa Nguneng, Desa Puhpelem, Desa Sugihan,
Desa Sukorejo,
Desa Tanjung,
dan Desa
Tengger.
Gamb bar 4.1. Peta Wilayah Daerah Induk Pra Pemekaran Wilayah
48 47
48
Sementara itu, Camat Puhpelem, Bapak Agus Hendradi mengatakan, bahwa dengan melihat jauhnya akses ke pusat pelayanan publik ditambah adanya
aspek pendukung seperti terdapatnya kantor pemerintahan, jumlah penduduk yang cukup, luas wilayah yang cukup luas, adanya pasar untuk aktivitas perekonomian,
dan ketersediaan sarana dan prasarana, maka pembentukan kecamatan baru sebagai daerah otonom baru hasil dari pemekaran wilayah memang tepat untuk
diusulkan pada saat itu. Untuk selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai adanya pemekaran wilayah ini di tingkat DPRD.
Dasar hukum mengenai pembentukan Kecamatan Puhpelem adalah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Dalam
Kabupaten Wonogiri lihat di lampiran 5. Di dalam inkrah Perda tersebut diinformasikan bahwa terdapat penambahan kecamatan di Kabupaten Wonogiri
yakni Kecamatan Puhpelem yang sebelumnya menjadi Kantor Pembantu Bulukerto Pasal 2. Perda tersebut disahkan dan berlaku pada tanggal 27 Maret
2002. Tetapi, peresmian terbentuknya Kecamatan Puhpelem yaitu pada tanggal 2 Juni
2002.
Gambar 4.2. Peta Wilayah Daerah Otonom Baru Pasca Pemekaran Wilayah
47 49
Pada Gambar 4.2. di atas adalah peta wilayah daerah otonom baru yakni Kecamatan Puhpelem yang terbentuk pada tahun 2002 hasil dari pemekaran
daerah induk Kecamatan Bulukerto. Pasca terjadinya pemekaran wilayah, Kecamatan Bulukerto secara administratif memiliki 10 desakelurahan dan
Kecamatan Puhpelem memiliki 6 desakelurahan. Keenam desakelurahan tersebut adalah Desa Golo, Desa Sukorejo, Desa Tengger, Desa Nguneng,
Kelurahan Giriharjo, dan Desa Puhpelem.
Sumber: Dokumentasi Lapangan, 26 Juni 2013
Gambar 4.3. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Puhpelem Gambar 4.3. di atas adalah struktur organisasi kantor Kecamatan
Puhpelem yang diambil melalui dokumentasi lapangan pada tanggal 26 Juni 2013. Secara struktural, kantor Kecamatan Puhpelem dipimpin oleh seorang camat yaitu
Bapak Agus Hendradi yang dibantu oleh Bapak Bahari selaku sekretaris camat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kantor ini memiliki 4 seksi yaitu seksi
tata pemerintahan, ketentraman dan ketertiban umum, pemberdayaan masyarakat dan desa, dan seksi kesejahteraan rakyat.
CAMAT SEKCAM
KASUBAG KASUBAG
KASUBAG
KASI KASI
KASI KASI
FUNGSIONAL
4.1.1.2. Kondisi Geografis