Dengan mendasarkan pada Tabel 3.1. tentang nilai persepsi, interval IKM, interval konversi IKM, mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan, maka
dengan nilai indeks untuk pelayanan KKKTP di Kecamatan Puhpelem sebesar 2,94, nilai ini dapat dikonversikan dengan nilai dasar 25 yang hasilnya adalah
73,5. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan di unit pelayanan KKKTP tersebut adalah B, yang artinya tingkat kinerja pelayanan
KKKTP di Kecamatan Puhpelem adalah baik.
4.2. Pembahasan
Pada bagian sub-bab ini berisikan pembahasan terhadap hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan sebagai jawaban atas tujuan penelitian yang
hendak dicapai. Pembahasan tersebut meliputi tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan KKKTP pasca pemekaran wilayah, kinerja pelayanan
KKKTP, dan indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KKKTP. Perlu diketahui, bahwa berdasarkan UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah,
tujuan dari pemekaran wilayah itu sendiri yang melahirkan daerah otonom baru adalah untuk meningkatkan pelayanan umum, dan pelayanan KKKTP termasuk
dalam pelayanan tersebut. Konsekuensi logisnya menjadikan pelayanan tersebut dekat dengan masyarakat penggunakonsumen pelayanan itu.
4.2.1. Tingkat Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Pelayanan KKKTP
Pasca Pemekaran Wilayah
Kecamatan Puhpelem merupakan produk dari pemekaran wilayah dari daerah induknya yaitu Kecamatan Bulukerto. Tindakan untuk memekarkan atau
membagi wilayah administratif ini salah satunya adalah untuk mendekatkan
pelayanan publik kepada masyarakat dan salah satunya di sana terdapat pelayanan publik untuk adminitrasi dasar berupa pelayanan KKKTP. Mengenai semakin
dekatnya pelayanan tersebut merupakan harapan masyarakat yang artinya dengan adanya pemekaran wilayah ini, pelayanan KKKTP ini mudah untuk dijangkau
oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, hal tersebut dapat digambarkan ke dalam kerangka
tingkat aksesibilitas dengan membandingkan ukuran aksesibilitas yang terdiri dari: jarak, waktu, dan biaya tempuhnya untuk dibandingkan setelah adanya
pemekaran wilayah dan dengan sebelumnya yang masih menjadi satu wilayah administrasi bersama kecamatan induknya.
Membahas tingkat aksesibilitas terhadap pelayanan KKKTP tersebut, berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan dalam Tabel 4.16. tentang
perbandingan jarak, waktu, dan biaya tempuh untuk menuju lokasi Kecamatan Bulukerto-Puhpelem, menunjukkan adanya penghematan tempuh dari ketiga
ukuran aksesibilitas tersebut. Penghematan di sini dimaksudkan sebagai istilah untuk mendeksripsikan bahwa ukuran aksesibilitas tersebut mengalami daya
jangkau yang semakin terjangkau. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.16. tersebut, bahwa masing-masing ketiga ukuran aksesibilitas mengalami selisih daya
jangkau, artinya tingkat aksesibilitas untuk menuju pusat di Kecamatan Puhpelem pasca menjadi daerah otonom baru semakin mudah aksesnya.
Berdasarkan analasis di dalam Tabel 4.16. tersebut menunjukkan penghematan dari tiap desakelurahan sebagai berikut: 1 Desa Golo dengan
penghematan jarak sebesar 2,5 km, 2 Desa Tengger dengan penghematan jarak
3,2 km, 3 Desa Sukorejo dengan penghematan jarak 2,5 km, 4 Desa Nguneng dengan penghematan jarak 2,1 km, 5 Kelurahan Giriharjo dengan penghematan
jarak 2,7 km, dan 6 Desa Puhpelem dengan penghematan jarak tempuh sebesar 5,8 km. Untuk waktu tempuh, masing-masing penghematannya adalah sebagai
berikut: 1 Desa Golo dengan penghematan waktu tempuh sebesar 2 menit 37 detik, 2 Desa Tengger dengan penghematan waktu 4 menit 37 detik, 3 Desa
Sukorejo dengan penghematan waktu 4 menit 48 detik, 4 Desa Nguneng dengan penghematan waktu 2 menit 43 detik, 5 Kelurahan Giriharjo dengan
penghematan waktu 4 menit 58 detik, dan 6 Desa Puhpelem dengan penghematan waktu tempuh sebesar 8 menit 26 detik. Sedangkan, untuk ukuran
aksesibilitas biaya tempuh rata-rata seluruh desakelurahan menunjukkan angka penghematan biaya tempuh sebesar 5.000 rupiah. Khusus untuk Desa Puhpelem,
sebagian daya jangkau biaya tempuhnya tidak memerlukan biaya 0 rupiah, dikarenakan kantor Kecamatan Puhpelem berada di Desa Puhpelem sendiri.
Dari paparan di atas, yang membahas mengenai gambaran perbandingan daya jangkau untuk menuju lokasi kedua kecamatan tersebut terdapat selisih
penghematan dari masing-masing ukuran aksesibilitas terhadap pelayanan publik berupa pelayanan KKKTP. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa tingkat
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan KKKTP di Kecamatan Puhpelem semakin mudah dan dekat pasca terjadinya pemekaran wilayah di daerah ini.
Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana dan sarana angkut yang bergerak di
atasnya. Di sisi lain yaitu dari faktor medan di Kecamatan Puhpelem yang
sebagian besar memiliki medan yang terjal tentu akan berpengaruh terhadap kemudahan akses menuju lokasi pelayanan KKKTP. Hal tersebut dapat dijawab
dengan melihat memadainya prasarana untuk menuju lokasi tersebut berupa jalan- jalan mulai dari jalan makadam sampai jalan aspal yang telah terbangun di daerah
ini, sehingga koneksi antar ruangnya terjalin dengan jangkauan yang baik. Sarana transportasi yang digunakan masih memanfaatkan jasa ojek dan
sebagian besarnya menggunakan alat transportasi pribadi berupa sepeda motor. Ini dapat diketahui dari data Kecamatan Puhpelem Dalam Angka, bahwa ketersediaan
transportasi busbus mini dari tahun 2008 tidak ada, namun hal itu dapat diganti dengan jasa layanan ojek. Untuk transportasi pribadi berupa sepeda motor sendiri
mengalami pertambahan yang signifikan pada tahun 2011 sebesar 24 dari angka 856 kendaraan pada tahun 2008 menjadi 3542 kendaraan pada tahun 2011.
Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut maka membantu akses terhadap pelayanan publik semakin mudah, karena pada prinsipnya faktor-faktor
aksesibilitas berupa jarak, waktu, dan biaya tempuh memperhatikan sarana dan prasarana yang ada untuk melihat tingkat aksesibiltas suatu wilayah.
4.2.2. Tingkat Kinerja Pelayanan KKKTP Pasca Pemekaran Wilayah