Analisis aspek teknis Analisis aspek biologi

64 Tabel 12 Standardisasi nilai aspek biologi dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih Kriteria Jenis Alat V 1 X 1 V 2 X 2 VX UP Jaring insang II Pancing ulur 1 1 2 I

5.8.2 Analisis aspek teknis

Kriteria yang digunakan dalam penilaian aspek teknis adalah efisiensi tiap unit penangkapan. Efisiensi dari alat tangkap yang dinilai adalah produksi kg per trip dan produksi kg per tenaga kerja per trip. Penilaian aspek teknis dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Penilaian aspek teknis dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih Jenis Alat X 1 UP X 2 UP Jaring insang 60 I 20 I Pancing ulur 40 II 13,02 II Keterangan: X 1 = Produksi per trip kgtrip X 2 = Produksi per tenaga kerja per trip kgtriptk UP = Urutan prioritas Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa produksi hasil tangkapan dan produksi per tenaga kerja alat tangkap dengan menggunakan jaring insang lebih besar dibandingkan dengan pancing ulur. Hasil standardisasi nilai dari aspek teknis dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Standardisasi nilai aspek teknis dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih Kriteria Jenis Alat V 1 X 1 V 2 X 2 VX UP Jaring insang 1 1 2 II Pancing ulur 0 0 0 I 63

5.8.1 Analisis aspek biologi

Kriteria yang digunakan dalam penilaian aspek biologi adalah efektivitas dan selektivitas dari masing-masing alat dalam menangkap kakap putih. Penilaian efektivitas alat tangkap adalah ukuran hasil tangkapan. Penilaian selektivitas alat tangkap adalah persentase jumlah hasil tangkapan ikan target. Penilaian aspek biologi dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih berdasarkan hasil wawancara di lapangan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian aspek biologi dan urutan prioritas unit penangkapan kakap putih Jenis Alat X 1 UP X 2 UP Jaring insang 4,5 II 40 II Pancing ulur 6 I 70 I Keterangan: X 1 = Ukuran ikan yang tertangkap kgekor X 2 = Jumlah hasil tangkapan ikan target UP = Urutan prioritas Penilaian terhadap ukuran ikan yang tertangkap, pancing ulur menghasilkan ukuran ikan hasil tangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan jaring insang. Dimana ukuran ikan yang tertangkap dengan pancing ulur rata-rata seberat 6 kgekor sedangkan dengan jaring insang rata-rata seberat 4,5 kgekor. Penilaian terhadap jumlah hasil tangkapan ikan target, pancing ulur lebih selektif dalam menghasilkan kakap putih dibandingkan jaring insang. Persentase hasil tangkapan ikan target pada pancing ulur sebesar 70 sedangkan pada jaring insang sebesar 40. Hasil standardisasi nilai dari aspek biologi dapat dilihat pada Tabel 12. 62 Pendapatan nelayan jaring insang dalam satu tahun untuk setiap unit penangkapan sebesar Rp.55.200.000. Jumlah nelayan jaring insang untuk setiap unit penangkapan sebanyak 3 orang yang terdiri dari 2 orang nelayan pengikut dan 1 orang nelayan pemilik perahu motor tempel. Sistim bagi hasil yang dilakukan adalah 50 untuk pemilik perahu motor tempel dan 50 untuk nelayan pengikut. Untuk satu unit penangkapan pancing ulur, pendapatan dalam satu tahun sebesar Rp.38.640.000. Pendapatan tersebut dibagi oleh 3 orang ABK yang terdiri dari 1 orang nelayan pemilik dan 2 orang nelayan pengikut. Sistim bagi hasil antara nelayan pemilik dan nelayan pengikut adalah 50:50. Pendapatan masing-masing ABK berdasarkan statusnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Pendapatan nelayan jaring insang dan pancing ulur berdasarkan status nelayan di Kabupaten Mimika Tahun 2005 Pendapatan Jaring insang Pancing ulur No. Status Nelayan Rpthnorg Rpblnorg Rpthnorg Rpblnorg 1. Pemilik 27.600.000 2.300.000 19.320.000 1.610.000 2. Pengikut 13.800.000 1.150.000 9.660.000 805.000

5.8 Determinasi Unit Penangkapan Kakap Putih