Pendugaan potensi maksimum lestari

24

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis pengembangan perikanan kakap putih, digunakan metode analisis pendugaan potensi maksimum lestari maximum sustainable yieldMSY untuk parameter biologi, model bioekonomi Gordon-Schaefer untuk parameter ekonomi, analisis kelayakan usaha, determinasi unit penangkapan dan pendekatan analytical hierarchy process AHP untuk prioritas kebijakan. Untuk memudahkan proses pengolahan data digunakan software Maple VIII, Microsoft Excel, DSS-BALIANALISIS dan CD-PLUS Version 3.

3.5.1 Pendugaan potensi maksimum lestari

Pendugaan potensi maksimum lestari MSY dilakukan untuk mengetahui ketersediaan daya dukung dari sumberdaya kakap putih. Dengan mengetahui ketersediaan sumberdaya tersebut, maka pengelolaan yang akan dilakukan dapat terencana dengan baik, usaha penangkapan yang akan dilakukan menguntungkan dan berkelanjutan. Pendugaan potensi maksimum lestari MSY kakap putih di Kabupaten Mimika dianalisis dengan pendekatan metode surplus produksi. Metode surplus produksi ini menitikberatkan pada faktor input, yaitu upaya penangkapan effort untuk menghitung potensi maksimum lestari MSY dengan menganalisa hubungan antara upaya tangkap E dengan hasil tangkapan per satuan upaya CPUE Sparre dan Venema, 1999. Pendugaan potensi maksimum lestari Maximum Sustainable YieldMSY sumberdaya ikan kakap putih dilakukan dengan menggunakan model Schaefer dan model Fox. Model ini merupakan model analisis regresi dari catch per unit effort CPUE terhadap jumlah effort f, yaitu dengan cara mengolah data hasil tangkapan catch kakap putih dari dua jenis alat tangkap yaitu jaring insang dan pancing ulur dengan upaya penangkapan trip yang sudah distandardisasi selama 7 tahun. Formula model Schaefer dan model Fox adalah: Perhitungan nilai MSY pada model Schaefer: CPUE = a – b.f ..................................................................................... 8 23 ` Gambar 4 Diagram alir penelitian pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika Mulai Perikanan Kakap Putih Masa Kini present status Harga ikan Nilai investasi Total cost Total penerimaan Strategi pengembangan Determinasi unit penangkapan Bio-technico-sosio-economic Approach Identifikasi pelaku sistem Alternatif Kebijakan Pengembangan Perikanan Kakap Putih Analisis sistem Model AHP Selesai Produksi dan Effort Unit Penangkapan Analisis potensi Model Schaefer dan Model Fox Model analisis finansial Analisis Bioekonomi Gordon-Schaefer Kondisi pengelolaan : MEY, Open acces MSY, Effort opt. Kelayakan usaha : NPV, IRR, Net BC Pendapatan nelayan Teknologi alat tangkap terpilih Alternatif strategi pengembangan 22 3 Tenaga kerja: jumlah nelayan, umur, pendidikan, pengalaman kerja, pendapatan dan lainnya. 4 Operasi penangkapan: lama trip, jarak dari fishing base ke daerah penangkapan, konsumsi BBM per trip, akomodasi per trip air dan bahan makanan, jumlah nelayan per unit perikanan tangkap, dan lainnya. 5 Hasil tangkapan: jumlah hasil tangkapan per trip kg. 6 Pemasaran hasil perikanan: harga ikan, sistem bagi hasil, rantai pemasaran dan lainnya. 7 Komponen biaya: biaya investasi per unit penangkapan, biaya operasi per trip, biaya perawatan per bulan, dan lainnya. 8 Infromasi yang berhubungan dengan analisis pengembangan melalui AHP diperoleh melalui pengisian matriks perbandingan berpasangan. 9 Informasi lain yang dianggap perlu. Data sekunder adalah data penunjang yang dikumpulkan dari pemerintah daerah, dinas perikanan, Bappeda, kantor statistik, dan lembaga-lembaga lain yang berhubungan dengan materi penelitian, maupun yang berasal dari publikasi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan. 21

3.3 Penentuan Responden