Jaring insang gillnet Penyebaran dan daur hidup

10

2.3 Teknologi Penangkapan Kakap Putih

Di perairan Kabupaten Mimika alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap kakap putih adalah jaring insang gillnet dan pancing ulur handline.

2.3.1 Jaring insang gillnet

Jaring insang berupa lembar dinding jaring berbentuk empat persegi panjang dengan bagian panjangnya yang jauh lebih panjang daripada ukuran lebarnya. Masing-masing lembar jaring terdiri dari sekian banyak mata jaring yang pada umumnya mempunyai ukuran yang sama. Masing-masing lembar jaring tersebut, pada sisi sebelah atas diletakkan pelampung, sedangkan pada bagian bawah dilekatkan pemberat. Adanya dua gaya yang berlawanan arah tersebut, pelampung bergaya menarik ke atas sedangkan pemberat bergaya menarik ke bawah, menyebabkan lembar jaring dapat terentang dalam air dan berkemampuan menghadang gerak ikan Gunarso, 1996. Pengoperasian gillnet dilakukan dengan cara menghalangi arah gerakan ikan. Berdasarkan kebiasaan renang ikan, pengoperasian gillnet dibedakan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut untuk menangkap ikan pelagis dan jaring insang dasar untuk menangkap ikan demersal Mahiswara et al., 1989. Jaring insang dasar bottom gillnet dalam operasinya direntangkan di dekat dasar perairan. Hal ini dikarenakan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah jenis-jenis ikan dasar antara lain ikan kakap, bambangan, kerapu, udang maupun lobster. Daerah penangkapan jaring insang dasar pada umumnya pada daerah pantai, teluk maupun perairan sekitar muara-muara sungai Gunarso, 1996. 9

2.2.2 Penyebaran dan daur hidup

Daerah penyebaran ikan kakap putih sangat luas, meliputi daerah tropis dan sub tropis sampai ke bagian barat Pasifik dan Samudera Hindia antara 50ºBT- 160ºBB, 24ºLU dan 25ºLS yang meliputi daerah Pasifik Barat, mulai dari Persian Gulf, India, Burma, Sri Lanka, Bangladesh, Peninsula, Jawa, Borneo, Celebes, Philipina sampai Papua New Guinea, bagian utara Australia dan sampai Taiwan dan Amoy. Penyebaran geografis ini dibatasi oleh adanya ketidaksamaan habitatnya sungai-sungai besar dan air tawar, kompetisi dengan spesies lain atau rendahnya temperatur Kungvankij et al., 1986. Selain itu ditemukan juga di sekitar bagian utara Asia, ke selatan sampai pantai utara Australia dan ke barat sampai Afrika Timur. Di Indonesia sendiri banyak dijumpai di sepanjang pantai utara Jawa, pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Selat Tiworu dan Arafura. Kakap putih bersifat euryhaline dan katadromus karena menghabiskan sebagian masa pertumbuhannya 2-3 tahun hidup di perairan tawar seperti sungai dan danau yang berhubungan dengan laut. Ikan dewasa berumur 3-4 tahun beruaya ke muara sungai yang salinitasnya berkisar 30-32 permil untuk pematangan kelamin, kemudian memijah. Pemijahan kakap putih terjadi sepanjang tahun Kungvankij et al., 1986, dimana puncak musim terjadi pada bulan April-Agustus dan sejumlah besar benih ukuran 1 cm dapat ditangkap pada bulan Mei sampai Agustus. Proses pemijahan mengikuti siklus bulan, biasanya pada bulan gelap maupun bulan terang. Pembuahan terjadi saat pasang tertinggi dan dilakukan bergerombol pada waktu malam hari antara pukul 18.00-22.00. Datangnya air pasang memungkinkan telur terbawa arus ke muara sungai. Disini larva tumbuh, kemudian bermigrasi ke arah hulu untuk tumbuh dewasa Kungvankij et al., 1986. Selanjutnya menurut Soetomo 1997, biasanya induk ikan kakap putih betina dan jantan mulai matang kelamin setelah berumur 2-3 tahun. Pada umur tersebut kakap putih betina biasanya sudah mencapai berat 3-4 kg dan kakap putih jantan mencapai berat 2-3 kg. 8 Taksonomi ikan kakap putih Lates calcarifer, Bloch adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Klas : Pisces Subclas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Centroponidae Genus : Lates Species : Lates calcarifer Bloch, 1790. Gambar 1 Ikan kakap putih Lates calcarifer, Bloch Sumber: Balai Penelitian Perikanan Laut Deptan RI 1992 Kakap putih sering juga disebut dengan nama “baramundi palmer” dan “cock up”. Di Australia dikenal dengan nama “barramundi” atau anama”. Di India disebut “sea bass” atau “bekti”, di Thailand dan Philipina disebut “sea bass” sedangkan di Jepang disebut “akame”. Di Inggris disebut giant perch, white sea bass, silver seaperch, palmer dan cok-up sea bass Dunstan, 1962 dalam Grey, 1987. Di Indonesia nama kakap putih juga berbeda-beda di tiap daerah, seperti : kakap Jakarta dan Jawa Barat, pelak, pathan, tetanon, cabeh, dubit, tekong, cateh. Di Kabupaten Mimika, kakap putih oleh nelayan lokal dikenal dengan nama iwaro. Ms : 200 cm Cs : 25-100 cm 7 Kusumastanto 1984 mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam rencana pengembangan perikanan tangkap adalah: 1 Adanya musim penangkapan ikan yang berbeda sepanjang tahun. 2 Adanya beberapa jenis usaha perikanan tangkap yang dikombinasikan dengan alat tangkap yang lain. 3 Adanya tingkat teknologi tertentu untuk setiap jenis usaha perikanan tangkap. 4 Adanya beberapa aktivitas yang dilakukan dalam usaha penangkapan ikan. 5 Adanya harga korbanan dan harga hasil tangkapan dari setiap jenis perikanan tangkap. 6 Terbatasnya trip penangkapan yang dapat dilakukan setiap tahunnya. 7 Terbatasnya kemampuan nelayan untuk membiayai usahanya dan melakukan investasi dalam unit perikanan tangkap yang dilakukan. 8 Terbatasnya tenaga kerja yang mengoperasikan unit penangkapan yang diusahakan. Untuk pengembangan produksi atau pemanfaatan sumberdaya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan pelaksanaannya adalah: 1 pengembangan prasarana perikanan, 2 pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan di bidang perikanan, 3 pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan perikanan, dan 4 pengembangan sistem informasi manajemen perikanan Ditjen Perikanan, 1994. 2.2 Sumberdaya Kakap Putih 2.2.1 Taksonomi