Ketersediaan tenaga kerja Prospek penyerapan tenaga kerja

58 Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan produksi pada kondisi pengelolaan di tingkat MSY dapat ditingkatkan sebesar 6.807 tontahun 81,54 dan peningkatan effort sebesar 866.453 triptahun 89,31 dari kondisi aktual. Pada pengelolaan di tingkat MEY peningkatan produksi dan effort perikanan kakap putih masing-masing sebesar 6.553 tontahun 80,96 dan 697.344 triptahun 87,06 dari kondisi aktual.

5.6 Aspek Sosial

Aspek sosial yang dikaji adalah melihat faktor-faktor sosiologis yang mempengaruhi pengembangan perikanan kakap putih adalah ketersediaan tenaga kerja, prospek penyerapan tenaga kerja, persepsi terhadap pekerjaan nelayan dan produktivitas tenaga kerja.

5.6.1 Ketersediaan tenaga kerja

Di Kabupaten Mimika terdapat 42 kampung pesisir yang letaknya berhadapan langsung dengan Laut Arafura. Sehubungan dengan letak geografis kampung-kampung tersebut, secara turun temurun mata pencaharian penduduk sebagian besar sesuai dengan potensi yang ada yaitu sebagai nelayan. Keahlian yang didapat oleh nelayan juga berdasarkan pengalaman yang secara tidak langsung telah diperoleh sejak kecil dengan alat tangkap yang umum digunakan, yaitu jaring insang dan pancing ulur. Selain nelayan-nelayan lokal yang ada, kegiatan penangkapan ikan juga dilakukan oleh penduduk yang bukan berasal dari kampung tersebut walaupun dalam jumlah yang relatif kecil, umumnya mereka telah bermukim di kampung tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama.

5.6.2 Prospek penyerapan tenaga kerja

Sampai dengan tahun 2005 jumlah nelayan di Kabupaten Mimika sekitar 4.881 jiwa, penyerapan tenaga kerja dari luar terutama nelayan-nelayan terampil masih sangat dimungkinkan. Nelayan-nelayan dari luar ini diharapkan juga dapat menjadi stimuli bagi nelayan-nelayan lokal untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna. 57 Gambar 19 Keseimbangan bio-ekonomi Gordon-Schaefer untuk pengelolaan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika Dengan melihat kondisi pengelolaan sumberdaya kakap putih di Kabupaten Mimika, diperoleh gambaran peluang pengembangan yang sangat besar. Produksi hasil tangkapan dan tingkat upaya penangkapan pada kondisi aktual masih jauh dibawah batasan keseimbangan bioekonomi. Gambaran peluang pengembangan produksi dan upaya penangkapan kakap putih pada kondisi pengelolaan MSY dan MEY dapat ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Peluang pengembangan perikanan kakap putih pada kondisi pengelolaan pada tingkat MSY dan MEY di Kabupaten Mimika. Kondisi Pengelolaan Effort triptahun Produksi tontahun MSY 970.122 8.348 Aktual 103.669 1.541 Peluang pengembangan 866.453 6.807 89,31 81,54 MEY 801.013 8.094 Aktual 103.669 1.541 Peluang pengembangan 697.344 6.553 87,06 80,96 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Effort ribu triptahun P ro d u k s i t o n t a h u n MEY MSY E aktual E MSY E MEY E OA TC TR 56 Aktual MEY MSY Open access 10 20 30 40 50 60 R e n te E k o n o m i R p m il y a r th n Gambar 18 Rente ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan kakap putih pada setiap kondisi pengelolaan di Kabupaten Mimika. Gambar 18 menunjukkan rente ekonomi terbesar akan diperoleh pada kondisi pengelolaan di tingkat MEY yaitu sebesar Rp.56,91 milyartahun. Rente ekonomi pada kondisi MEY ini tercapai pada saat produksi h mey sebesar 8.094 tontahun sehingga menghasilkan total penerimaan TR mey sebesar Rp.80,94 milyartahun dikurangi total biaya TC mey sebesar Rp.24,03 milyartahun dari effort 801.013 triptahun. Rente ekonomi secara perlahan akan semakin berkurang dengan meningkatnya total biaya TC akibat dari penambahan effort sementara total penerimaan TR semakin berkurang akibat dari terjadinya penurunan produksi per trip. Penambahan effort hingga pada kondisi MSY menghasilkan penurunan rente ekonomi menjadi sebesar Rp. 54,38 milyartahun. Penambahan effort yang tidak terkendali hingga mencapai kondisi keseimbangan open access, maka total penerimaan TR sama dengan total biaya TC penangkapan dengan demikian rente ekonomi yang diterima sama dengan 0 nol. Tingkat effort pada kondisi open access E oa oleh Gordon disebut sebagai bioeconomic equilibrium of open access fishery. Grafik keseimbangan bioekonomi kakap putih di Kabupaten Mimika ditunjukkan pada Gambar 19. 56,91 54,38 12,30 0,0 55 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Aktual MEY MSY Open access Effort ribu triptahun Produksi ton Gambar 17 Produksi dan upaya penangkapan kakap putih pada setiap kondisi pengelolaan di Kabupaten Mimika. Gambar 17 menunjukkan bahwa produksi pada kondisi aktual tahun 2005 masih jauh lebih rendah dari batasan produksi lestari MSY maupun pada kondisi MEY. Untuk meningkatkan produksi hasil tangkapan kakap putih, perlu dilakukan peningkatan upaya penangkapan dalam skala besar hingga mencapai batasan keseimbangan secara bio-ekonomi. Peningkatan upaya penangkapan ini sangat memungkinkan karena jumlah upaya aktual masih sangat rendah di bawah keseimbangan bioekonomi MSY dan MEY. Hasil analisis bioekonomi dengan bantuan software Maple VIII dapat dilihat pada Lampiran 5. Perbandingan rente ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan kakap putih, pada kondisi aktual, maximum economic yield MEY, maximum suistanable yield MSY, dan open access dalam periode 1999-2005 dapat dilihat pada Gambar 18. 104 801 970 1.602 1.541 8.094 8.348 4.806 54 penerimaan usaha hingga pada kondisi MSY dengan penerimaan usaha tertinggi pada kondisi MEY. Disisi lain peningkatan upaya penangkapan juga akan diiringi dengan peningkatan biaya penangkapan. Total penerimaan diperoleh dari mengalikan harga nominal dengan hasil tangkapan dalam satuan rupiah per kilogram, sedangkan total biaya penangkapan per trip diperoleh dari biaya penangkapan per trip. Rente ekonomi kakap putih merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya penangkapan. Perbandingan hasil tangkapan pada kondisi aktual, maximum sustainable yield MSY, maximum economic yield MEY dan pada kondisi open access O a dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kondisi pengelolaan sumberdaya perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika tahun 2005 Kondisi Pengelolaan Produksi ton Effort trip Total Penerimaan Rp.milyar Total Biaya Rp.milyar Rente Ekonomi Rp. milyar Aktual 1.541 103.669 15,41 3,11 12,30 MEY 8.094 801.013 80,94 24,03 56,91 MSY 8.348 970.122 83,48 29,10 54,38 Open access 4.806 1.602.025 48,06 48,06 Perbandingan hasil tangkapan dan upaya penangkapan menurut kondisi pengelolaan aktual, maximum economic yield MEY, maximum suistanable yield MSY, dan open access dalam periode 1999-2005 dapat dilihat pada Gambar 17. 53 Gambar 16 Hubungan produksi MSY, E msy dan kondisi aktual perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika Pada Gambar 16 terlihat bahwa produksi dan tingkat upaya perikanan kakap putih selama tujuh tahun masih jauh dibawah potensi maksimum lestari MSY dan E msy. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa peluang pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika pada masa mendatang masih terbuka lebar. 5.5 Analisis Bio-ekonomi Perikanan Kakap Putih Pengembangan perikanan kakap putih di Kabupaten Mimika diharapkan dapat memberikan keuntungan secara ekonomi tanpa mengganggu kelestarian dari sumberdaya kakap putih itu sendiri. Analisis bio-ekonomi dengan pendekatan secara biologi dan ekonomi merupakan salah satu alternatif pengelolaan yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan pengusahaan sumberdaya secara berkelanjutan. Pengelolaan yang mempertimbangkan aspek biologi dan ekonomi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti model Gordon-Schaefer. Aspek biologi dalam model ini adalah hasil tangkapan dengan menunjukkan produksi kakap putih yang dihasilkan pada tingkat upaya tertentu. Peningkatan upaya penangkapan akan meningkatkan produksi yang diikuti 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Effort ribu triptahun P ro d u k s i t o n t a h u n Kondisi aktual E msy = 970.122 triptahun h msy = 8.348 tontahun 52 Nilai CPUE terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 13,22 kgtrip dengan effort sebesar 23.135 trip. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 22,80 kgtrip kemudian menurun pada tahun-tahun berikutnya. Dengan berfluktuasinya nilai CPUE yang diperoleh, maka perlu di ketahui hubungan antara nilai CPUE dengan effort dan hasil tangkapan. Dengan mengetahui nilai CPUE maka dapat diketahui kecenderungan produktivitas dari alat tangkap yang ada dalam kurun waktu tertentu. Korelasi antara CPUE dengan effort menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi effort semakin rendah nilai CPUE. Korelasi negatif antara CPUE dengan effort mengindikasikan bahwa produktivitas alat tangkap kakap putih dengan jaring insang dan pancing ulur akan menurun apabila effort mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan effort sebesar satu satuan trip akan menurunkan CPUE sebesar 0,00000887 kg.

5.4.2 Analisis potensi maksimum lestari MSY kakap putih