Metode Penelitian Analytical Hierarchy Process AHP

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 10 sepuluh bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan. Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2006. Lokasi penelitian di perairan Kabupaten Mimika yang merupakan salah satu fishing ground kakap putih di pantai selatan Provinsi Papua Gambar 3. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data dan informasi tentang perikanan kakap putih yang dikumpulkan berasal dari responden dengan cara melakukan wawancara, diskusi dan pengisian kuisioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu peneliti mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan kakap putih dengan alat tangkap jaring insang gillnet dan pancing ulur handline masing-masing sebanyak satu kali. 19 judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [n-12] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki . 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data dan judgment harus diperbaiki. 18

2.6 Analytical Hierarchy Process AHP

Analytical hierarchy process AHP adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini menstruktur masalah dalam bentuk hierarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. AHP bahkan dapat berfungsi tanpa data keras, selama pemakai memiliki pemahaman yang baik mengenai masalah tersebut. Kemudahan ini sangat sesuai bagi situasi di Indonesia dimana data masih merupakan sumberdaya yang langka. Kekuatan AHP terletak pada struktur hierarkinya sendiri yang memungkinkan seseorang memasukkan semua faktor penting, nyata maupun terwujud, dan mengaturnya dari atas ke bawah mulai dengan yang paling penting ke tingkat paling bawah yang berisi alternatif kemudian dipilih mana yang terbaik. Setiap masalah dapat dirumuskan sebagai masalah keputusan berbentuk hierarki Saaty, 1991. AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat bahkan tidak ada sama sekali Suryadi dan Ramdhani, 2002. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi- objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Pada dasarnya ada 8 langkah-langkah dalam metode AHP Suryadi dan Ramdhani, 2002 yaitu: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di bawahnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan 17 Gambar 2 Keseimbangan bioekonomi Gordon-Schaefer Fauzi, 2004. Gambar 2 menunjukkan bahwa keuntungan maksimum akan dicapai pada tingkat upaya E MEY , dimana jarak vertikal antara peneriman total dan biaya total mencapai tingkat yang paling tinggi. Tingkat E MEY disebut sebagai maximum economic sustainable yield MEY. Apabila tingkat upaya pada keseimbangan open access E OA dibandingkan dengan tingkat upaya pada saat MEY E MEY , ternyata tingkat upaya yang dibutuhkan pada keseimbangan open access, jauh lebih banyak dari pada tingkat upaya pada saat MEY, ini berarti bahwa pada keseimbangan open access telah terjadi penggunaan sumberdaya yang berlebihan, yang menurut Gordon disebut sebagai economic over fishing. TC = c.E Revenuecost MEY MSY C A B TR = p.YE Effort E MSY E MEY E OA Revenuecost Effort E OA E MEY AR MR c=MC=AC 16 menetapkan tingkat pemanfaatan maksimum yang lestari secara ekonomi. Untuk itu Gordon mengembangkan model Schaefer memasukkan faktor harga per satuan hasil tangkap dan biaya per satuan upaya penangkapan, maka persamaan keuntungan dari usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan menjadi: = TR –TC ......................................................................................... 7 = p.h – c.E Keterangan : = keuntungan pemanfaatan sumberdaya p = harga rata-rata hasil tangkapan c = biaya penangkapan ikan per satuan upaya TR = penerimaan total TC = biaya total penangkapan ikan. Dalam kondisi open acces, tingkat keseimbangan akan tercapai pada saat penerimaan total TR sama dengan biaya total TC, dengan tingkat upaya = E OA Gambar 2. Menurut Gordon kondisi tersebut disebut juga sebagai “bioeconomic equilibrium of open acces fishery”. Pada tingkat upaya di bawah E OA , penerimaan total lebih besar dari biaya totalnya, sehingga pelaku perikanan akan lebih banyak tertarik untuk meningkatkan upaya panangkapan ikannya. Pada tingkat upaya di atas E -OA , biaya total lebih besar dari penerimaan total, sehingga mendorong pelaku perikanan untuk mengurangi upaya, dengan demikian hanya pada tingkat upaya E -OA , keseimbangan akan tercapai. 15 Hasil tangkapan, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut h = q.E.x .............................................................................................. 3 Keterangan: q = koefisien teknologi penangkapan E = tingkat upaya penangkapan effort Pada kondisi keseimbangan, perubahan kelimpahan sama dengan nol dxdt=0, dengan asumsi koefisien teknologi sama dengan satu q=1 maka diperoleh hubungan antara laju pertumbuhan biomas dengan hasil tangkapan. Hubungan tersebut secara matematis dinyatakan dengan menggabungkan persamaan 1 dengan persamaan 3, sehingga diperoleh persamaan baru sebagai berikut Schaefer, 1957 diacu dalam Fauzi, 2004: dxdt = fx – h = 0 h = fx q.E.x = r. x 1-xk................................................................................ 4 sehingga hubungan antara ukuran kelimpahan stok dengan tingkat upaya dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: x = k-kr E ........................................................................................... 5 Menurut Schaefer 1957 diacu dalam Fauzi 2004, dengan mensubsitusikan persamaan 4 ke dalam persamaan 5, maka diperoleh fungsi produksi lestari perikanan tangkap yang menggambarkan hubungan antar tingkat upaya effort dengan hasil tangkapan produksi lestarinya, sehingga secara matematis persamaannya menjadi: h = k.E – kr E 2 ................................................................................. 6 Analisis fungsi produksi lestari perikanan tangkap yang dikembangkan oleh Schaefer model Schaefer, hanya dapat menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara lestari berdasarkan aspek biologi, tetapi belum mampu 14 ikan. Kalau ketiga komponen tersebut dapat terkontrol dengan baik, maka pengembangan usaha perikanan tangkap dapat dilakukan secara berkelanjutan.

2.5 Model Statik Bio-ekonomi Gordon-Schaefer