Analisis strategi kebijakan pengembangan perikanan kakap putih

30 Standardisasi menggunakan fungsi nilai dilakukan dengan rumus Mangkusubroto dan Trisnadi, 1987: 1 X X X X X V = = = n i Xi Vi A V 1 ...................................................................... 21 i = 1,2,3 ....n Keterangan: VX = fungsi nilai dari variabel X X = nilai variabel X X 1 = nilai tertinggi pada kriteria X X = nilai terendah pada kriteria X VA = fungsi nilai dari alternatif A V i X i = fungsi nilai dari alternatif pada kriteria i. Penentuan kriteria dalam setiap aspek berhubungan erat dengan pengkajian masing-masing aspek, yaitu 1 dari aspek biologi tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya, 2 secara teknis efisien digunakan, 3 secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan, 4 dari aspek ekonomi menguntungkan. Kriteria tersebut harus independen dan tidak memiliki hubungan secara langsung.

3.5.5 Analisis strategi kebijakan pengembangan perikanan kakap putih

Analisis strategi kebijakan pengembangan perikanan kakap putih menggunakan pendekatan analitycal hierarchy process AHP dengan mengacu pada petunjuk Saaty 1991. Penyusunan hierarki diawali dengan menentukan tujuan umum yang berada pada tingkat 1, pihak-pihak yang berkepentingan di tingkat 2 aktor, faktor-faktor pengembangan di tingkat 3, tujuan yang ingin dicapai di tingkat 4 dan terakhir alternatif strategi kebijakan pengembangan di tingkat paling bawah. 29 tangkapan adalah persentase dari jumlah ikan target yang dihasilkan masing- masing alat tangkap dalam setiap operasi penangkapan. b Aspek teknis yang dinilai berhubungan dengan efisiensi pengoperasian dari masing-masing alat tangkapan. Kriteria yang digunakan adalah produksi per trip dan produksi per tenaga kerja. Nilai produksi per trip adalah rata-rata jumlah hasil tangkapan alat tangkap jaring insang dan pancing ulur yang diukur dalam satuan kgtrip. Nilai produksi per tenaga kerja adalah rata-rata jumlah hasil tangkapan yang diperoleh masing-masing nelayan dalam setiap trip penangkapan yang diukur dalam satuan kgtriptenaga kerja. Penilaian masing-masing kriteria dilakukan secara obyektif berdasarkan data lapangan. c Aspek sosial yang dinilai berhubungan dengan penerimaan masyarakat terhadap masing-masing alat tangkapan. Kriteria yang dinilai adalah penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan atau jumlah tenaga kerja per unit penangkapan dan respon penerimaan nelayan terhadap kedua alat tangkap. Penilaian kriteria penyerapan tenaga kerja dilakukan secara obyektif yaitu jumlah nelayan orang dalam setiap trip penangkapan. Penerimaan nelayan terhadap alat tangkap dilakukan secara subyektif dengan memberikan skor yaitu: Kurang disukai skor = 1 Disukai skor = 3 Sangat disukai skor = 5 d Aspek ekonomi yang dinilai berhubungan dengan kelayakan usaha dari masing-masing alat. Penilaian dilakukan secara obyektif melalui hasil perhitungan kelayakan usaha dari alat tangkap jaring insang dan pancing ulur. Kriteria yang dinilai adalah net present value NPV, benefit cost ratio Net BC, internal rate of return IRR dan pendapatan nelayan. Metode skoring digunakan untuk penilaian kriteria yang mempunyai satuan berbeda. Skoring diberikan dengan nilai terendah 1 satu dan nilai tertinggi 5 lima. Untuk menilai semua aspek dilakukan standardisasi sehingga semua nilai mempunyai standar yang sama. Standardisasi menggunakan metode fungsi nilai. 28 1 2 2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i IRR + = ..................................... 20 Keterangan: NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif i 1 = discount rate NPV positif i 2 = discount rate NPV negatif. Proyek dikatakan “layak” bila IRR dari tingkat bunga berlaku. Bila IRR ternyata sama dengan tingkat bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR dari tingkat bunga yang berlaku, maka nilai NPV 0, berarti proyek tidak layak.

3.5.4 Determinasi unit penangkapan kakap putih