3. Teknologi-teknologi baru dalam budidaya buah-buahan.
4. Tiga buku abstrak hasil-hasil penelitian yang meliputi aspek teknologi
budidaya, teknologi pasca panen, dan sosial ekonomi. 5.
Pelaksanaan beberapa kajian, pelatihan, lokakarya, dan seminar yang pelaksanaannya bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait masalah
pengembangan buah-buahan tropika.
5.2 Gambaran Umum Kegiatan Pemuliaan Melon di Pusat Kajian Buah-
buahan Tropika PKBT IPB
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika PKBT sebagai lembaga penelitian di IPB, telah melakukan serangkaian program pemuliaan melon dengan
memanfaatkan plasma nutfah lokal maupun introduksi melon. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi salah satu permasalahan produksi
melon di Indonesia. Adapun varietas-varietas melon yang telah dihasilkan PKBT IPB antara
lain Bright Meta dan Golden Rock Meta. Bright Meta merupakan melon tanpa jaring dengan bobot buah 1,1 – 1,5 kilogram, warna kulit kuning, warna daging
buah hijau muda, tekstur daging crispy, dan kandungan gula 14,5 persen sedangkan Golden Rock Meta merupakan melon tipe berjaring dengan bobot buah
1,6 – 2,0 kilogram, warna kulit hijau, warna daging buah jingga, tekstur daging berserat halus, dan kandungan gula 13 persen.
Pemuliaan melon ditujukan ke arah pembentukan varietas melon hibrida yang dilakukan dalam jangka waktu empat tahun atau sekitar 13 musim tanam, di
mana satu musim tanam dilaksanakan kurang lebih tiga bulan. Perakitan varietas melon hibrida ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah
pembentukan populasi dasar yang dilakukan selama dua musim tanam melalui persilangan sepasang atau lebih tetua galur silang dalam inbred line yang
mempunyai sifat unggul kemudian dilanjutkan dengan selfing. Tahapan kedua adalah pembentukan galur murni yang dilakukan selama
enam musim tanam dengan melakukan selfing dan seleksi. Selfing dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh galur yang mendekati homozigot.
Selfing dilakukan lima sampai tujuh generasi tanpa mengurangi daya vigornya. Selama pembentukan galur murni tersebut diperlukan metode seleksi yang baik.
Metode seleksi menggunakan metode pedigree atau metode seleksi berulang. Tahapan selanjutnya adalah pembentukan hibrida yang dilakukan selama
empat musim tanam melalui persilangan diantara galur-galur murni yang potensial kemudian dilanjutkan uji keturunan untuk melihat kemamp uan daya gabung dan
efek heterosis maksimumnya. Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosisnya, di mana heterosis merupakan peningkatan ukuran atau vigor hibrida
di atas rata-rata kedua tetuanya. Setelah itu ditentukan kombinasi persilangan potensial penghasil hibrida.
Memproduksi benih hibrida membutuhkan persilangan terkendali. Adapun beberapa cara yang dilakukan yaitu cara emaskulasi dan penyerbukan
dengan tangan, membuang bunga jantan pada tanaman induk betina sehingga apabila terjadi penyerbukan silang diperoleh hibrida, penggunaan tanaman melon
gynoecious yang hanya memiliki bunga betina dan digunakan sebagai tetua betina, penggunaan hormon pertumbuhan ethepon untuk merangsang perkembangan
bunga betina pada tanaman melon monoecious yang dijadikan tetua betina, dan penggunaan teknik mandul jantan. Teknik ini merupakan teknik yang paling