Pengembangan varietas melon, Cucumis melo L. melalui metode quality function develoyment (QFD):kasus Kota Bogor, Jawa Barat

(1)

(Kasus Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh : HAMRAH A 14104675

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

HAMRAH. Pengembangan Varietas Melon (Cucumis Melo L.) Melalui Metode Quality Function Deployment (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO.

Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan utama sektor pertanian. Komoditi hortikultura terdiri dari tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka tanaman. Permintaan masyarakat akan komoditi hortikultura khususnya buah-buahan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Buah-buahan Indonesia yang permintaannya diperkirakan akan terus mengalami peningkatan salah satunya adalah melon. Melon banyak disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang enak, manis, harum, dan kandungan gizinya yang tinggi. Peluang permintaan melon yang tinggi ini belum dapat direspon oleh sisi produksi, hal tersebut disebabkan masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Permasalahan yang lain yaitu masih rendahnya daya saing melon Indonesia di pasar luar negeri disebabkan mutu melon yang masih rendah. Oleh karena itu, pengembangan melon di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan meningkatkan produksinya dan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat dihasilkan melon yang bermutu tinggi sesuai keinginan konsumen.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan melon saat ini adalah benih melon masih impor dan menyebabkan varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor. Hal tersebut mengakibatkan persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka upaya untuk memproduksi benih melon dalam negeri terus dilakukan, sehingga dapat menghasilkan varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietas- varietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan tanaman. Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan matriks House Of Quality (HOQ). Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi ideotipe melon yang diinginkan konsumen dan menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di PKBT IPB.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Survei dilakukan terhadap pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta survei terhadap pemulia melon yaitu PKBT IPB dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi, Bogor. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.


(3)

buah melon PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi, Bogor. Data sekunder diperoleh dari instansi, internet, serta literatur- literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.

Konsumen yang diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga dengan keseluruhan 80 konsumen. Konsumen lembaga hanya diambil satu konsumen yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor. Konsumen bukan lembaga diambil 79 konsumen yang terdiri dari pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh. Pedagang pengecer terdiri atas pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket yang diambil sebanyak 36 pedagang dan dilakukan secara sengaja (purposive). Konsumen langsung buah melon utuh dibagi menjadi dua kelompok yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah, dan soup buah). Pengambilan konsumen rumah tangga dilakukan secara sengaja (purposive) yang dibagi menjadi tiga kelas ekonomi. Setiap kelas ekonomi diambil sebanyak 10 konsumen rumah tangga secara kebetulan (accidental). Usaha restoran ditentukan secara sengaja (purposive) yang akan diambil sebanyak tiga usaha restoran. Pedagang es buah dan soup buah diambil masing- masing 5 pedagang secara kebetulan (accidental).

Penerapan metode QFD diawali dengan menyusun matriks HOQ. Langkah- langkah penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas melon meliputi tujuah langkah. Langkah pertama dimulai dengan penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen), langkah kedua penyusunan persyaratan teknik, langkah ketiga mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, langkah keempat mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik, langkah kelima melakukan penilaian kompetitif, langkah keenam mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan dan langkah ketujuah atau langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik.

Konsumen dalam penelitian ini dibagi dua yaitu konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga. Berdasarkan hasil penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen) diketahui bahwa buah melon yang diinginkan oleh konsumen lembaga adalah buah melon tanpa jaring, sedangkan buah melon yang diinginkan oleh konsumen bukan lembaga adalah buah melon berjaring.

Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot kecil < 1kg, bentuk bulat, rasa manis sekali, warna kulit kuning, daging tebal, tekstur daging berserat halus, aroma wangi, ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, daya simpan 5 – 10 hari, warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring.

Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu daging tebal,


(4)

sedang, dan daya simpan 5 – 10 hari.

Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala.

Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, panjang, lingkar, bentuk, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, kadar PTT, tekstur daging, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, tekstur daging, bentuk, panjang, lingkar, kadar PTT, warna daging, dan kepadatan jala.

Hasil dari penelitian ini adalah matriks perencanaan pengembangan varietas melon dan digunakan sebagai bahan masukan bagi PKBT IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan melon, sehingga keinginan konsumen dapat terpenuhi. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membangun ketiga matriks HOQ lainnya.


(5)

(Kasus Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh : HAMRAH A 14104675

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(6)

Bogor, Jawa Barat) Nama : Hamrah

NRP : A 14104675

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Yayah K. Wagiono, MEc NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698


(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, April 2007

Hamrah A 14104675


(8)

Penulis dilahirkan di Kecamatan Muara Badak, Kalimantan Timur pada tanggal 22 Mei 1983, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak H. Mapiasse dan Ibu Hj. Dayah. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 018 Muara Badak. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN I Muara Badak. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 5 Samarinda.

Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman Samarinda pada Program Studi Diploma III Budidaya Tanaman Perkebunan Konsentrasi Agribisnis, Fakultas Pertanian. Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengembangan Varietas Melon (Cucumis melo L.) Melalui Metode

Quality Function Deployment (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen di Kota Bogor dan menerapkan metode QFD dalam perencanaan pengembangan varietas melon di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Hasil penelitian ini dijadikan sebaga i bahan masukan bagi PKBT IPB dan pemuliaan melon.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata terima kasih kepada semua pihak atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, kakak, dan adik atas segala doa, kasih saya ng, dan pengorbanan yang tak terbatas baik moril maupun materil.

2. Ibu Ir. Yayah K. Wagiono, MEc yang telah memberikan perhatian dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam melakukan penelitian. 3. Bapak Muhammad Firdaus, PhD selaku dosen evaluator pada saat penulis

kolokium dan dosen penguji utama dalam ujian skripsi atas segala saran, kritik, dan masukan yang telah diberikannya.

4. Bapak Rahmat Yanuar, SP, MSi atas kesediannya menjadi dosen penguji komisi pendidikan dalam ujian skripsi penulis.

5. Bapak Willy Bayuardi Suwarno, SP, MSi dan Bapak Endang atas semua waktu, bantuan, dan masukan yang diberikan kepada penulis saat melakukan penelitian di PKBT IPB.

6. Ahmad Jauhari Hasibuan atas kesediannya untuk menjadi pembahas pada saat penulis seminar.

7. Seluruh staf-staf PKBT IPB atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh konsumen di Kota Bogor yang bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini.


(11)

9. Kak Ali di Samarinda dan Kak Evi di Bogor atas segala bantuannya. Buat Kak Evi maaf apabila selama ini tidak pernah menghubungin.

10. Seluruh warga di rumah kedua-ku M17 atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini. Spesial buat Syahida Rizki Fadilla (kikiyu) atas bantuan IT dan kreatifitasnya. Arigatoo gozaimasu…!!

11. Teman seperjuanganku : Lestika, Sari, dan Apip atas segala bantuan, masukan, dan semangatnya selama penelitian. Ganbatte kudasai….!!

12. Teman-teman selama kuliah di Ekstensi MAB IPB (Lena, Inda, Andri, Mbak Vina) atas semua bantuan dan kebersamaanya dan seluruh warga ekstensi MAB IPB yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

13. Teman-teman di Samarinda dan Balikpapan yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangatnya kepada penulis selama penelitian dan makasih atas liburannya.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

1.5 Batasan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melon ... 11

2.1.1Varietas Melon ... 11

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

2.2.1Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Buah-buahan ... 14

2.2.2Quality Function Deployment (QFD) ... 16

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1Konsep Mutu ... 20

3.1.2Konsep Total Quality Management (TQM)... 23

3.1.3Fokus Pada Pelanggan... 25

3.1.4Konsep Quality Function Deployment (QFD) ... 26

3.1.4.1Pengertian QFD ... 26

3.1.4.2Struktur QFD ... 27

3.1.4.3Proses QFD ... 28

3.1.4.4Manfaat QFD... 30

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 31

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 36

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 38

4.4.1 Tabulasi Deskriptif ... 38

4.4.2 Quality Function Deployment (QFD) ... 38

4.5 Penjelasan Istilah Dalam Penelitian ... 48

BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

5.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor ... 50

5.1.2 Gambaran Umum Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB... 52


(13)

5.1.2.1 Visi dan Misi ... 52

5.1.2.2 Program Pengembangan ... 53

5.1.2.3 Fasilitas dan Staf ... 53

5.1.2.4 Struktur Organisasi ... 54

5.1.2.5 Dukunga n dan Kerjasama ... 54

5.1.2.6 Kegiatan dan Pencapaian Hasil... 55

5.2 Gambaran Umum Kegiatan Pemuliaan Melon di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB ... 56

5.3 Karakteristik Umum Konsumen Lembaga ... 58

5.4 Karakteristik Umum Konsumen Bukan Lembaga ... 60

5.4.1 Karakteristik Umum Pedagang Pengecer Buah Melon Utuh di Kota Bogor ... 60

5.4.2 Karakteristik Umum Konsumen Buah Melon Utuh Usaha Restoran, Pedagang Es, dan Soup Buah di Kota Bogor ... 61

5.4.3 Karakteristik Umum Kons umen Rumah Tangga Buah Melon Utuh di Kota Bogor... 62

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penyusunan Matiks House Of Quality (HOQ) ... 64

6.1.1 Penyusunan Persyaratan Pelanggan (What) ... 64

6.1.2 Penyusunan Persyaratan Teknik (How) ... 75

6.1.3 Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Pelanggan (What) dan Persyaratan Teknik (How) ... 76

6.1.4 Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik (How) ... 79

6.1.5 Penilaian Kompetitif ... 82

6.1.5.1 Penilaian Kompetitif Pelanggan ... 83

6.1.5.2 Penilaian Kompetitif Teknik ... 85

6.1.6 Pengembangan Prioritas Persyaratan Pelanggan... 87

6.1.6.1 Kepentingan Bagi Pelanggan ... 87

6.1.6.2 Nilai Sasaran Persyaratan Pelanggan ... 95

6.1.6.3 Faktor Skala Kenaikan ... 98

6.1.6.4 Poin Penjualan ... 99

6.1.6.5 Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan ... 107

6.1.7 Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik ... 110

6.1.7.1 Derajat Kesulitan... 110

6.1.7.2 Nilai Sasaran Persyaratan Teknik ... 112

6.1.7.3 Bobot Absolut Persyaratan Teknik ... 114

6.1.7.4 Bobot Relatif Persyaratan Teknik ... 116

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 120

7.2 Saran ... 122


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun 2001-2005 ... 1 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun 2000-2015 ... 2 3. Kandungan Gizi Melon Per 100 Gram ... 3 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Melon Indonesia Tahun

2001-2005……… 5 5. Volume Ek spor Buah Melon Tahun 2001-2005 ... 6 6. Volume Impor, Nilai Benih Melon, dan Negara Produsen

Tahun 2001-2005 ... 7 7. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 2005 ... 51

8. Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Lembaga Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring di Kota Bogor Tahun 2007... 65

9. Karakter Bobot Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota

Bogor Tahun 2007 ... 66 10. Karakter Bentuk Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 ... 67 11. Karakter Warna Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 ... 68 12. Karakter Warna Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen

di Kota Bogor Tahun 2007... 69 13. Karakter Ketebalan Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007... 69

14. Karakter Ketebalan Daging Buah Melon yang Diinginkan

Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007... 70 15. Karakter Tekstur Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen


(15)

16. Karakter Tekstur Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007... 71

17. Karakter Kadar Air Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di

Kota Bogor Tahun 2007 ... 72 18. Karakter Rasa Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota

Bogor Tahun 2007 ... 72 19. Karakter Aroma Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007... 73

20. Karakter Daya Simpan Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 ... 73

21. Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Bukan Lembaga Terhadap Buah Melon Berjaring di Kota Bogor Tahun 2007... 74

22. Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon ... 76 23. Hubungan antara Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan Teknik 78 24. Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon... 80 25. Penilaian Kompetitif Pelanggan ... 84 26. Penilaian Kompetitif Teknik ... 86 27. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang

(1 - 2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 88

28. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat

bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 89 29. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah

Hijau Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 89 30. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah

Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 90 31. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 .. 90

32. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal


(16)

33. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor

Tahun 2007 ... 91 34. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota

Bogor Tahun 2007... 92 35. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 93

36. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 93

37. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi

bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 94 38. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah

5 – 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 94 39. Tingkat Kepentingan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun 2007... 95

40. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Pelanggan ... 96 41. Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan ... 98 42. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang

(1 – 2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 100 43. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat bagi

Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 100 44. Poin Penjualan persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah Hijau

Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 101

45. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor

Tahun 2007 ... 102 46. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis

bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 102 47. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal bagi


(17)

48. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring

Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 . 103 49. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus

Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor

Tahun 2007... 104

50. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 104

51. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 105

52. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 105

53. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah 5 – 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 ... 106

54. Poin Penjualan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun 2007 ... 107

55. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah Melon 108 56. Derajat Kesulitan Setiap Persyaratan Teknik ... 111

57. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Teknik... 112

58. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Buah Melon ... 114


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Matriks Struktur QFD... 28

2. Proses QFD... 30

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

4. Matriks House of Quality (HOQ) Dasar... 47


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM IPB . 127 2. Melon Tanpa Jaring ... 128 3. Melon Berjaring... 129 4. Perhitungan Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan

Bright Meta ... 130 5. Perhitungan Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan

Golden Rock Meta ... 130 6. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah

Melon Tanpa Jaring... 130 7. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah

Melon Berjaring ... 131 8. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 131 9. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bentuk Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 132 10. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Panjang Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 132 11. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Lingkar Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 133 12. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 133 13. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Warna Daging

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 134 14. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 134 15. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Ketebalan Daging


(20)

16. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kepadatan Jala

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 135 17. Perhitunga n Bobot Absolut Persyaratan Teknik Tekstur Daging

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 136 18. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Tekstur Daging

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring... 136 19. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar Air Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 137 20. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar Air Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring... 137 21. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 138 22. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 138 23. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 139 24. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bentuk Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 139 25. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bentuk Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 140 26. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Panjang Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 140 27. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Panjang Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 141 28. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Lingkar Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 141 29. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Lingkar Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 142 30. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 142 31. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah


(21)

32. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 143

33. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Daging Buah Terhadap Buah Melon Berjaring... 144

34. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 144 35. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring... 145 36. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 145 37. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring... 146 38. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 146 39. Perhitunga n Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 147 40. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 147 41. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring... 148 42. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 148 43. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Bua h

Terhadap Buah Melon Berjaring ... 149 44. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring ... 149 45. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan utama sektor pertanian. Perkembangan ekspor untuk komoditi hortikultura dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 cenderung berfluktuasi. Total ekspor hortikultura tertinggi dicapai pada tahun 2005 sebesar 404.276,51 ton, sementara terendahnya terjadi pada tahun 2001 sebesar 324.572,21 ton (Tabel 1). Komoditi hortikultura terdiri dari tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka tanaman.

Tabel 1. Volume Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun 2001 - 2005

Komoditi Volume Ekspor (ton)

2001 2002 2003 2004 2005

Tanaman

Hias 12 409.19 13 466.62 9 650.94 15 427.56 17 487.25

Sayur-sayuran • Segar • Olahan 135 115.82 107 303.09 27 812.72 147 963.56 128 895.30 19 068.26 124 667.84 101 641.08 23 026.75 114 855.14 89 027.54 25 827.60 103 257.21 77 492.37 25 764.83 Buah-buahan • Segar • Olahan 176 608.22 17 851.00 158 757.21 197 539.34 29 521.13 168 018.21 208 968.94 30 086.12 178 882.82

210 182 .34 38 634.78 171 547.55 270 656.20 34 664.61 235 991.59 Aneka

Tanaman 438.98 1 785.13 2 610.74 3 668.99 12 875.83

Total Ekspor 324 572.21 360 754.67 345 898.48 344 134.05 404 276.51 Sumber : Departemen Pertanian, 2006 (diolah).

Buah-buahan merupakan bagian dari komoditi hortikultura yang mempunyai potensi cerah sebagai penghasil devisa negara dari ekspor non migas. Hal tersebut dapat dilihat dari komoditi buah-buahan yang mempunyai realisasi ekspor terbesar diantara komoditi hortikultura lainnya. Pada tahun 2001 volume


(23)

ekspor buah-buahan baik segar maupun olahan mencapai 176.608,22 ton dan terus meningkat hingga mencapai 270.656,20 ton pada tahun 2005 (Tabel 1).

Permintaan masyarakat akan komoditi hortikultura khususnya buah-buahan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran ma-syarakat akan kebutuhan gizi. Buah-buahan memiliki komposisi zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi yang terkandung dalam buah-buahan menyebabkan permintaan buah-buahan ini akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2015 permintaan buah-buahan akan mencapai 44,5 persen dengan konsumsi per kapitanya 78,74 kilogram dan total konsumsinya hingga 20.000 ton (Tabel 2).

Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun 2000 - 2015

Tahun Populasi (juta)

Pertumbuhan Permintaan

(%)

Konsumsi Per Kapita

(kg)

Total Konsumsi (ribu ton)

2000 213 30.50 36.76 7.83

2005 227 32.50 45.70 10.37

2010 240 34.50 57.92 13.90

2015 254 44.50 78.74 20.00

Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), 2000.

Buah-buahan Indonesia yang permintaannya diperkirakan akan terus mengalami peningkatan salah satunya adalah melon. Melon banyak disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang enak, manis, harum, dan kandungan gizinya yang tinggi. Melon merupakan salah satu buah eksklusif yang telah memasyarakat. Harganya yang bervariasi, dari yang mahal sampai yang murah, menyebabkan semua kalangan dapat menjangkaunya.

Melon adalah buah yang banyak tumbuh di daerah beriklim tropik dan subtropik. Melon dikenal sebagai buah yang mengandung kadar air yang tinggi.


(24)

Melon dikenal dalam dunia kesehatan mengandung unsur-unsur yang diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu, melon sering dianjurkan ahli-ahli gizi untuk terapi kesehatan karena mempunya i khasiat yaitu membantu sistem pembuangan, antikanker, menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung, dan mencegah penggumpalan darah (Prajnanta, 2002). Pada Tabel 3 dipaparkan kandungan gizi melon setiap 100 gram bahan dapat dimakan.

Tabel 3. Kandunga n Gizi Melon Per 100 Gram

Kandungan Gizi Nilai Satuan

Kalori (energi) 21.00 kal

Protein 0.60 gr

Lemak 0.10 gr

Karbohidrat 5.10 gr

Kalsium 15.00 mg

Fosfor 25.00 mg

Besi 0.50 mg

Vitamin A 640.00 SI

Vitamin B1 0.03 mg

Vitamin B2 0.02 mg

Vitamin C 34.00 mg

Niasin 0.80 gr

Serat 0.30 gr

Air 93.50 gr

Sumber : Wirakusumah dalam Prajnanta, 2002.

Melon berdasarkan penampilan kulit buahnya digolongkan menjadi tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Melon tipe berjaring terdiri dari dua macam yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulatus) dan cantaloupe (Cucumis melo var cantalupensis), contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, emerald sweet, dan new century. Melon tipe tanpa jaring adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus), contohnya varietas honey dew, honey world, dan super salmon. Tanaman melon yang banyak diusahakan orang


(25)

sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah sky rocket, action 434, honey dew, dan jade dew (Setiadi, 2006).

Pada tahun 2010 diperkirakan permintaan melon mencapai 372.242 ton dengan produksi 441.685 ton, sedangkan tingkat konsumsi mencapai 1,60 kilo-gram/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2004). Perkiraan tingkat konsumsi melon ini sangat kecil dibandingkan dengan perkiraan tingkat permin-taan maupun produksinya. Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 2005 produksi melon mencapai 58.440 ton dengan tingkat konsumsi telah mencapai 0,26 kilo-gram/kapita/tahun yang hampir mendekati perkiraan tingkat konsumsi pada tahun 2010. Hal ini menandakan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara perkiraan ting-kat permintaan maupun produksinya dengan perkiraan tingting-kat konsumsi yang di-buat untuk tahun 2010.

Walaupun demikian, peluang permintaan melon yang tinggi ini masih belum dapat direspon oleh sis i produksi. Luas panen, produksi, dan produktivitas melon Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Produksi melon terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar 37.141 ton dengan luas panen 3.013 hektar dan produksitivitas 12,33 ton per hektar. Pada tahun-tahun berikutnya luas panen, produksi, produktivitas melon Indonesia terus mengalami peningkatan hingga tahun 2003, tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan yang cukup besar baik luas panen, produksi, dan produktivitas, kemudian meningkat lagi pada tahun 2005 (Tabel 4).


(26)

Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Melon Indonesia Tahun 2001 - 2005

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2001 3 013 37 141 12.33

2002 4 238 59 106 13.95

2003 3 329 70 560 21.20

2004 2 287 47 664 20.84

2005 3 245 58 440 18.01

Sumber : Departemen Pertanian, 2006.

Penurunan produksi melon ini diakibatkan oleh masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Daerah sentra penanaman melon saat ini hanya terdapat di daerah Ngawi, Madiun, Malang, Pacitan, Klaten, Sukabumi, Cisarua Bogor, Yogyakarta, Lampung, Aceh, Medan ,dan Riau (Setia-di, 2006).

Melon merupakan komoditi buah yang bernilai ekonomi tinggi dan penghasil devisa negara. Berdasarkan Tabel 5, ekspor melon meningkat dari ta-hun 2001 sampai tata-hun 2002, tetapi pada tata-hun 2003 ekspor melon mengalami penurunan sejumlah 263,85 ton padahal produksi melon pada tahun yang sama mencapai 70.560 ton (Tabel 4) dan merupakan produksi melon tertinggi. Hal ini menandakan bahwa masih rendahnya daya saing melon Indonesia di pasar luar negeri disebabkan mutu melon yang masih rendah. Pada tahun 2004 volume ekspor melon mengalami penurunan sejumlah 69,66 ton, hal ini disebabkan produksi melon Indonesia pada tahun yang sama juga sangat rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan lagi sejumlah 296,56 ton.


(27)

Tabel 5. Volume Ekspor Buah Melon Tahun 2001 - 2005

Tahun Ekspor Buah Melon

Volume (ton) Nilai (US$)

2001 319.04 334 493

2002 334.11 173 852

2003 263.85 181 177

2004 69.66 28 060

2005 296.56 497 510

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006.

Berdasarkan data ekspor melon pada tahun 2002, menunjukkan bahwa melon merupakan komoditi penghasil devisa kelima dari kelompok buah-buahan, dari aspek volume, melon menduduki peringkat keenam dengan negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, dan Hongkong1.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, pengembangan melon di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan meningkatkan produksinya dan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat dihasilkan melon yang bermutu tinggi sesuai keinginan konsumen.

1.2 Perumusan Masalah

Melon merupakan tanaman yang memiliki perkembangan yang bagus di Indonesia, tetapi selama perkembangan tersebut terdapat permasalahan yaitu be-nih melon di Indonesia masih impor. Berdasarkan Tabel 6, impor bebe-nih melon tertinggi terjadi pada tahun 2001 sejumlah 6,39 ton dengan nilai Rp 44.730.000.000 sedangkan terendahnya terjadi pada tahun 2005 sejumlah 1,65 ton dengan nilai Rp 11.550.000.000. Rendahnya impor benih melon ini disebabkan saat ini benih-benih melon sudah mulai diproduksi di Indonesia untuk mengurangi

1 Situs Departemen Pertanian www.deptan.go.id Melon, Buah Segar Berpotensi. Tanggal 8


(28)

ketergantungan terhadap benih impor. Data impor, nilai benih melon, dan asal ne-gara produsennya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume Impor, Nilai Benih Melon, dan Negara Produsen Tahun 2001 - 2005

Tahun Volume (ton)

Nilai (milyar)

Negara Produsen

2001 6.39 44.73 China, Belanda, Thailand, Jepang, Taiwan, Den-mark,Australia, Korea, dan USA

2002 2.91 20.37 Thailand, Jepang, Vietnam, Israel, dan Taiwan 2003 3.69 25.83 Vietnam, Thailand, Jepang, Taiwan, dan Korea 2004 2.99 20.93 Vietnam, Thailand, USA, Malaysia, Jepang, China,

Korea, Taiwan, dan Australia

2005 1.65 11.55 Jepang, Korea, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Thailand

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006 (diolah). Keterangan : Sesuai Surat Permohonan Izin Impor Benih Melon.

Walaupun demikian varietas-varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor yaitu Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Thailand, Australia, Korea, Denmark, Malaysia, Vietnam, China, Bela n-da, dan Israel (Tabel 6). Hal tersebut mengakibatkan persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka upaya untuk memproduksi benih melon dalam negeri terus dilakukan, sehingga dapat menghasilkan varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen.

Peran serta lembaga- lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat meghasilkan benih-benih melon yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas-varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan


(29)

pemuliaan untuk mendapatkan varietas- varietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan tanaman. QFD merupakan alat yang digunakan untuk pelaksanaan Total Quality Management (TQM) dalam pengembangan produk. Alat ini merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen.

Penerapan metode QFD dalam pengembangan produk diawali dengan pembentukan matriks atau sering disebut sebagai House Of Quality (HOQ). Matriks ini menerjemahkan apa yang diinginkan konsumen menjadi apa yang dihasilkan organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi keinginan konsumen (Besterfield et al. dalam Silvana 2004). Oleh karena itu, penerapan metode QFD diperlukan dalam pemuliaan melon. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode QFD (penyusunan matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon di PKBT IPB.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi ideotipe melon yang diinginkan konsumen.

2. Menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di PKBT IPB.


(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Bahan masukan bagi pemulia melon dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) sehingga dapat dihasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen.

2. Bahan informasi bagi pemasar dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui keinginan konsumen terhadap buah melon utuh.

3. Bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen mutu dan perilaku konsumen buah melon.

1.5 Batasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut : 1. Konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu,

konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga. Lembaga yang di-maksud dalam penelitian ini adalah konsumen benih dan juga sebagai produsen buah melon.

2. Konsumen lembaga yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan konsumen bukan lembaga yaitu pedagang pengecer buah melon utuh (pedagang pengecer tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket) dan konsumen langsung buah melon utuh yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah dan soup buah).

3. Metode QFD terdiri dari empat matriks, dalam penelitian ini hanya matriks perencanaan produk.


(31)

4. Variabel dalam penelitian ini ialah atribut buah yang diperhatikan konsumen dalam menentukan kualitas melon dan dapat diperbaiki melalui kegiatan pemuliaan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Melon

2.1.1Varietas Melon

Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Australia, hingga berkembang di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua, Cibinong, Darmaga (Bogor), dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam beberapa varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, dan Cina. Bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidayanya, sehingga tidak mengherankan varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan. Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, dan Belanda (Prajnanta, 2002).

Melon tipe berjaring mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras, kasar, berjaring, dan tahan lama. Melon tipe ini terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulatus) dan cantaloupe melon (Cucumis melo var cantalupensis). Tipe musk melon banyak ditanam di Indonesia, tipe ini mempunyai ciri-ciri yaitu kulit buahnya kasar, tetapi ada juga yang halus, berjaring atau beralur, berwarna hijau kekuning-kuningan, daging buah berwarna


(33)

jingga atau berwarna hijau cerah. Contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, dan emerald sweet. Tipe cantaloupe melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus atau berjaring, berwarna hijau keputihan, daging buah berwarna jingga, aromanya tajam, dan tidak tahan disimpan lama. Contoh varietasnya sakata 144, dan new century yang berbentuk lonjong. Melon tipe tanpa jaring mempunyai ciri-ciri berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh melon tipe ini adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus) dengan varietas honey dew, honey world, dan super salmon (Prajnanta, 2002).

Berikut ini diuraikan sifat-sifat berbagai varietas melon hibrida yang beredar di Indonesia (Prajnanta, 2002) :

1. Sky Rocket

Varietas ini bentuknya bulat, warna kulitnya hijau kekuningan ditutupi jaring, warna dagingnya hijau muda, baunya harum, rasa buahnya sangat manis dengan kadar gula 12 – 13 persen, renyah, dan legit. Kulit buahnya tebal dan mempunyai berat rata-rata 2,0 – 3,0 kilogram.

2. New Century

Varietas new century merupakan jenis melon berbuah lonjong dan berdaging jingga. Daging buah tebal, jingga muda, lembut, rasa buahnya sangat manis (kadar gula buah mencapai 14 persen), dan renyah. Varietas jenis ini beratnya mampu mencapai 2,5 - 4,0 k ilogram.

3. Ten Me

Ten me dikenal sebagai varietas melon paling mahal yang pernah ada di Indonesia. Buah berbentuk bulat panjang, berat rata-rata 2,0 - 4,0 kilogram,


(34)

kulit buah berjaring halus dan teratur. Daging buah tebal, putih krem, sangat lembut, berair, dan sangat enak.

4. Honey Dew

Buah berwarna hijau putih. Permukaan halus tanpa jala. Daging lembut tidak berserat, berwarna hijau muda, kandungan gula 14 – 16 persen brix. Bijinya sedikit dan bobot 1,4 – 2,0 kilogram.

5. Emerald Sweet

Penampilan varietas ini lebih menarik dibandingkan sky rocket. Jaringnya tebal, kadar gulanya tinggi (15 - 19 persen). Bentuk buah bulat agak lonjong dengan berat berkisar 1,5 - 2,5 kilogram. Kulit buah berwarna hijau keabu-abuan dengan daging buah hijau kekuningan dan lembut. Rasa buah sangat manis dan beraroma.

6. Melon Ngawi

Melon Ngawi sebenarnya bukan varietas melon. Malon Ngawi merupakan melon F-1 Hybrid varietas Action 434. Buah berbentuk bulat, bobotnya 2,1 - 4,0 k ilogram. Kulit buah berjaring, warna hijau kuning, daging buahnya tebal, dan aromanya tidak begitu tajam.

7. Golden Melon

Berbentuk bulat oval, bobot rata-rata satu kilogram, kulitnya tidak berjaring, dan berwarna kuning mulus. Warna daging buahnya putih krem, daging buahnya tebal, teksturnya lembut, berair, dan rasanya manis.


(35)

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

2.2.1 Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Buah-buahan

Rahmawati (2000) melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap atribut buah-buahan di Kotamadya Bogor. Jenis Buah-buahan yang diteliti adalah jenis buah yang sering dikonsumsi keluarga yaitu jeruk, pepaya, pisang, mangga, dan rambutan dengan menggunakan analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai relatif penting dari tiap atribut.

Nilai kegunaan menunjukkan preferensi konsumen terhadap taraf suatu atribut. Taraf buah yang diinginkan responden adalah buah yang matang, ukuran sedang kecuali untuk rambut an ukurannya besar, berkulit bersih, daging bua h agak keras kecuali pisang daging buahnya lunak, dan selalu tersedia di pasar. Warna dan rasa cenderung relatif untuk masing- masing jenis buah.

Hasil peringkat nilai relatif penting untuk buah pisang, rambutan, dan jeruk berturut-turut adalah rasa, derajat kematangan, ukuran, warna, kebersihan kulit buah, dan ketersediaan buah di pasar. Buah pepaya dan mangga berturut-turut adalah rasa, ukuran, derajat kematangan, warna, kebersihan kulit buah, ketersediaan buah di pasar, dan kekerasan daging buah.

Saleh (2003) melakukan penelitian mengenai kajian preferensi konsumen terhadap buah-buahan di Swalayan Hero Pajajaran Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa alasan responden dalam mengkonsumsi buah-buahan ditentukan oleh faktor- faktor gizi, pelengkap menu makanan keluarga, sebagai pencuci mulut, dan diet. Responden mengambil keputusan membeli buah-buahan


(36)

lebih terpengaruh dengan melihat langsung atribut fisik buah-buahan yang ada serta pengaruh harga dan potongan harga.

Preferensi konsumen terhadap buah-buahan dianalisis dengan alat analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai relatif penting dari tiap yang diteliti. Jenis buah-buahan yang dianalisis adalah buah anggur, apel, jeruk, melon, duku, mangga, pisang, strawbery, dan belimbing. Nilai kegunaan dari analisis konjoin menunjukkan taraf buah yang diinginkan konsumen adalah buah yang matang, berukuran sedang, daging buah lunak, karakter buah sedikit berair kecuali jeruk, dan untuk anggur responden memilih buah yang tidak berbiji. Warna dan rasa cenderung relatif untuk masing- masing jenis buah.

Khusus buah melon, responden memilih buah melon yang berwarna kuning kehijauan dan berasa manis sampai manis agak tawar. Hasil peringkat nilai relatif penting untuk buah melon berturut-turut adalah rasa buah, ukuran buah, derajat kematangan, warna kulit buah, kekerasan daging buah, dan warna daging buah.

Martias (1997) melakukan penelitian mengenai analisis preferensi konsumen dan perilaku konsumsi buah-buahan pada masyarakat kelas atas. Penelitian ini menggunakan The Before Consumption Positioning Technique pada analisis pembentukan persepsi konsumen dan The After Consumption Positioning Technique untuk menentukan preferensi konsumen.

Hasil penelitiannya menunjukkan alasan utama masya rakat kelas atas dalam mengkonsumsi buah-buahan ditentukan oleh faktor gizi, rasa, dan kebiasaan. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis buah antara lain


(37)

mutu, kebersihan, dan warna buah. Atribut buah salak yang cenderung diinginkan konsumen yaitu buah salak yang rasanya manis, ukuran buah yang besar, daging buah tebal dan keras, dan kulit buah yang bersih. Atribut buah mangga yang cenderung diinginkan konsumen yaitu buah mangga yang rasanya manis, ukuran besar, kulit yang bersih, daging buah cenderung manis, dan derajat kematangan cenderung mentah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa pada penelitian sebelumnya cenderung menitikberatkan pada preferensi konsumen dan tidak melihat bagaimana kemampuan produsen dalam memenuhi keinginan konsumen tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menerapkan metode QFD untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap buah melon dan kemampuan produsen (pemulia melon) untuk menghasilkan buah melon yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen.

Adapun atribut-atribut buah dalam penelitian ini hanya atribut buah yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan buah melon dan dapat diperbaiki melalui kegiatan pemuliaan tanaman melon. Atribut buah melon tersebut meliputi bobot buah, bentuk buah, warna kulit dan daging buah, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah.

2.2.2 Quality Function Deployment (QFD)

Muspitawati (2002) melakukan penelitian mengenai kajian strategi peningkatan kualitas produk industri sayuran segar PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor. Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan menggunakan Quality Function Deployment (QFD),


(38)

mengidentifikasi prioritas komoditi dengan menggunakan diagram pareto dan mengamati proses karakteristik mutu tertinggi, dan tahapan terakhir analisis SWOT.

Penerapan metode QFD diawali dengan merancang tabel konsumen dengan perumusan persyaratan pelanggan, kemudian menentukan tingkat kepentingan masing- masing atribut yang merupakan hasil dari pendapat para konsumen ahli. Langkah selanjutnya merumuskan tingkat kepuasan para pelanggan dengan menggunakan nilai indeks. Nilai indeks ini dimasukkan ke dalam kategori interval kelas yang sesuai sehingga didapat tingkat kepuasan konsumen. Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan keinginan konsumen dan karakteristik proses yang sesuai, kemudian dilakukan analisa hubungan antar masing- masing atribut dengan seluruh karakteristik proses dalam matriks QFD.

Hasil penelitiannya menunjukkan atribut-atribut kualitas yang diingikan pelanggan adalah kesegaran, kebersihan, warna, bentuk, ukuran yang seragam, daya tahan, dan adanya jaminan keamanan pangan. Analisis QFD menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan pelanggan cukup memuaskan dan bila dibandingkan dengan pesaing, PT Saung Mirwan memiliki nilai kriteria mutu yang sama atau lebih baik. Agar harapan konsumen yaitu kesegaran terpenuhi, maka perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dalam penanganan bahan baku, pengawasan, dan penyimpan.

Batubara (2003) melakukan penelitian mengenai membangun kepuasan pelanggan melalui QFD (kasus restoran Hoka-hoka Bento). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa restoran Hoka- hoka Bento dapat memuaskan pelanggannya, apabila 16 atribut mutu restoran yang menjadi spesifikasi pelanggan terpenuhi.


(39)

Atribut tersebut adalah keramahan dan kesopanan staf, kemampuan staf melakukan tugas, harga produk, kecepatan melayani, keragaman produk makanan, respon keluhan pelanggan, kebersihan dan kerapihan staf, kecepatan staf membersihkan meja, kenyamanan restoran, kotak saran, penawaran menu favorit, kebersihan makanan, citarasa lokal, kamar mandi dan tempat cuci tangan, fasilitas delivery, dan terakhir kemudahan lokasi.

Kemampuan produsen dalam memenuhi harapan pelanggannya masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal pelayanan. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tertinggi pelanggan yaitu atribut keramah-tamahan dan kesopanan staf, perusahaan harus mengoptimalkan kemampuannya dalam hal pelayanan yaitu mengadakan pelatihan dan membuat Standar Operasi Pelayanan (SOP).

Simanjuntak (2005) melakukan penelitian mengenai penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pengembangan varietas nenas. Penelitiannya dilakukan di Kota Bogor dan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Penerapan metode QFD yaitu dengan membangun matriks House Of Quality (HOQ).

Langkah pertama dimulai dengan menyusun persyaratan pela nggan yaitu persyaratan pelanggan primer dan sekunder. Langkah kedua menyusun persyaratan teknik yaitu persyaratan teknik primer dan sekunder. Langkah ketiga adalah membangun matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan teknik dengan hubungan yang kuat, sedang, lemah, dan ada yang tidak memiliki hubungan sama sekali.


(40)

Langkah kempat adalah membangun matriks hubungan antar persayaratan teknik yang dibedakan menjadi hubungan yang bersifat positif (mendukung) dan negatif (berlawanan). Langkah kelima dalam membangun matriks HOQ yaitu penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik.

Langkah keenam yaitu megembangkan prioritas pelanggan meliputi tingkat kepentingan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, point penjualan, dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif.

Hasil dari penelitian ini adalah matriks perencanaan varietas nenas. Matriks tersebut dapat digunakan PKBT IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan tanaman nenas, sehingga keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini akan dikembangkan dua varietas melon yaitu varietas melon tanpa jaring dan varietas melon berjaring, hal tersebut dilakukan agar dapat mewakili keinginan konsumen lembaga maupun konsumen bukan lembaga, sehingga pada akhirnya akan diperoleh penggabungan dua matriks HOQ.


(41)

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Mutu

Pemahaman konsep mutu sangat penting dalam pengembangan aktivitas suatu perusahaan karena pertumbuhan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh mutu produk atau jasa yang dihasilkannya. Mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda bagi setiap orang dan organisasi, dalam upaya memahami konsep mutu suatu produk, maka berikut ini dikemukakan beberapa definisi mutu menurut para ahli dan organisasi.

American Society for Quality Control dalam Render dan Heizer (2001) mendefinisikan bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Menurut Oakland (1993) mutu adalah memenuhi persyaratan pelanggan sedangkan menurut Deming dalam Oakland (1993) mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, sekarang, dan yang akan datang.

Definisi lain mengenai mutu juga terdapat dalam Goetsch dan Davis (2000). Menurut Fred Smith, CEO of Federal Express mendefinisikan mutu adalah usaha untuk memenuhi harapan yang ditetapkan pelanggan. The General Services Administration (GSA) mendefinisikan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat pertama kali dan seterusnya. Boeing mendefinisikan mutu ialah memberikan pelanggannya dengan produk dan jasa yang memenuhi


(42)

kebutuhan dan harapan secara konsisten. The U.S Departemen Of Defense (DOD) mendefinisikan mutu adalah mengerjakan sesuatu dengan benar saat pertama kali, selalu berusaha untuk memperbaiki dan selalu berusaha untuk memuaskan pelanggan.

Walaupun tidak ada definisi mutu yang dapat diterima secara universal, namun dari beberapa definisi di atas terdapat beberapa persamaan yang terdapat dalam elemen-elemen sebagai berikut :

1. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

Berdasarkan elemen-elemen tersebut Goetsch dan Davis mendefinisikan mutu sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Garvin dalam Nasution (2001) mengidentifikasikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk yaitu :

1. Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features),merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.


(43)

3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode tertentu di bawah kondisi tertentu. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), berkaitan

dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (service ability), yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (esthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi.

Menurut Kader dalam Poerwanto (1996) berbagai komponen mutu digunakan untuk mengevaluasi komoditas dalam hubungannya dengan spesifikasi untuk pengkelasan atau standar, seleksi dalam program pemuliaan tanaman, evaluasi terhadap respon tanaman atas kondisi lingkungan atau perlakuan pascapanen. Kriteria mutu untuk produk buah-buahan meliputi :

1. Mutu visual atau penampakan, yang meliputi ukuran (dimensi, berat, dan volume), bentuk (rasio antar dimensi, kereragaman, dan kondisi permukaan), warna (keseragaman warna, intensitas, dan gloss) serta kondisi umum (kemulusan, ada atau tidaknya cacat dan kerusakan).

2. Tekstur dan mouthfeel, meliputi kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran, kealotan, dan kekentalan sari buah. Mutu tekstur buah tropika


(44)

berkaitan dengan kepentingan transportasi dan peruntukan (konsumsi segar atau setelah diolah).

3. Flavor (rasa, aroma, dan citarasa), meliputi kemanisan, keasaman, intensitas rasa pahit, pedas, sepat, intensitas dan kualitas aroma serta off-flavor. Off – flavor biasanya terjadi karena kesalahan dalam perlakuan pascapanen.

4. Nilai gizi dan zat berkhasiat (mutu fungsional), meliputi kandungan gula atau karbohidrat, vitamin dan mineral, antioksidan (karoten, isoflavon), dan zat berkhasiat lainnya.

5. Keamanan, yang meliputi bebas kontaminasi baik oleh mikroba patogen, toksin, bahan kimia, pestisida, serta cemaran fisik lainnya (kotoran).

6. Kemudahan penanganan, meliputi kemudahan untuk dikonsumsi, kemudahan untuk disajikan, kemudahan pembuangan sampah serta banyaknya sampah, dan sebagainya.

7. Sifat mutu lainnya, seperti faktor ekonomi (harga), faktor lingkungan, halal, umur simpan, dan konsistensi suplai.

3.1.2 Konsep Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management (TQM) menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen (Render dan Heizer, 2001). Menurut Kotler (2005) TQM adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan memperbaiki mutu semua proses, produk, dan pelayanan organisasi. Jika perusahaan ingin bertahan dalam persaingan dan memperoleh laba, maka perusahaan tersebut harus menjalankan TQM.


(45)

Menurut Goetsch dan Davis (2000) TQM adalah suatu pendekatan untuk menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus- menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Pendekatan TQM hanya akan tercapai dengan memperhatikan karakteristik TQM sebagai berikut :

1. Dasar strategi

2. Fokus pada pelanggan (internal dan eksternal) 3. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

4. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah

5. Memiliki komitmen jangka panjang 6. Membutuhkan kerjasama tim

7. Memperbaiki proses secara berkesinambunga n 8. Mengadakan pendidikan dan pelatihan

9. Memberikan kebebasan yang terkendali 10.Memiliki kesatuan tujuan

11.Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Sasaran utama yang ingin dicapai TQM adalah kepuasan pelanggan, memastikan mutu kepada pelanggan, menumbuhkan kerjasama yang baik dari seluruh karyawan dari semua tingkatan serta kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan (Marimin, 2004).


(46)

3.1.3 Fokus Pada Pelanggan

Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan. Pada dasarnya, dikenal tiga macam pelanggan dalam sistem kualitas modern yaitu (Gasperz dalam Nasution, 2001) : 1. Pelanggan Internal

Orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performansi pekerjaan (perusahaan).

2. Pelanggan Antara

Orang yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk.

3. Pelanggan Eksternal

Pembeli atau pemakai akhir produk, sering disebut sebagai pelanggan nyata. Menurut Kotler (2005) pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada kita. Kunci utama mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang diperkirakan terhadap kerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama dan membeli lebih banyak.


(47)

3.1.4 Konsep Quality Function Deployment (QFD) 3.1.4.1Pengertian QFD

Tugas menerjemahkan permintaan-permintaan pelanggan sasaran menjadi prototipe yang berfungsi dibantu beberapa metode yang dikenal sebagai penyebaran fungsi mutu Quality Function Deployment (QFD). Metodologi ini mengambil daftar atribut pelanggan Customer Attribute (CA) yang diinginkan, yang dihasilkan riset pasar, dan mengubahnya menjadi daftar atribut rekayasa Engineering Attribute (EA) yang dapat digunakan oleh para insinyur. Sumbangan utama QFD adalah bahwa metode tersebut meningkatkan komunikasi antara para pemasar, insinyur, dan orang-orang bagian produksi (Kotler, 2005).

Gaspersz dalam Marimin (2004) mendefinisikan QFD sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing- masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak.

QFD menerjemahkan apa yang diinginkan pelanggan serta bagaimana cara organisasi menghasilkannya. Hal tersebut memungkinkan organisasi memprioritaskan kebutuhan pelanggan, mencari inovasi untuk menanggapi kebutuhan pelanggan, merubah proses agar lebih efektif. QFD adalah penerapan penting untuk proses perbaikan sehingga organisasi memungkinkan untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Goestch dan David,2000).


(48)

3.1.4.2Struktur QFD

Matriks House of Quality (HOQ) adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD (Gambar 1). Tembok rumah sebelah kiri (komponen 1) merupakan masukan dari pelanggan. Pada langkah ini, perusahaan berusaha menentukan segala persyaratan pelanggan yang berhubungan dengan penentuan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini terdapat pada bagian langit- langit rumah (komponen 2).

Tembok rumah sebelah kanan (komponen 3) adalah matriks perencanaan. Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan menjadi rencana-rencana untuk memenuhi atau melebihi persyaratan yang ditentukan pelanggan. Matriks ini meliputi langkah- langkah seperti menggambarkan persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan.

Pada bagian tengah rumah (komponen 4) adalah tempat di mana persyaratan pelanggan dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Pada bagian bawah rumah (komponen 5) merupakan daftar prioritas persayaratan proses manufaktur. Pada bagian atap (komponen 6), langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan manufaktur. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang


(49)

terbaik yang dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi (Goestch dan David,2000).

Gambar 1. Matriks Struktur QFD (Goestch dan Davis, 2000).

3.1.4.3 Proses QFD

Titik awal (starting point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, hal ini disebut sebagai suara dari pelanggan. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang menghubungkan apa keinginan pelanggan (what) dan bagaimana suatu produk akan didesain dan diproduksi agar memenuhi pelanggan tersebut (how).

4. Hubungan :

• Apa arti tuntutan pelanggan bagi proses pabrikasi?

• Dimana ada iteraksi antar hubungan? 2. Tuntunan atau spesifikasi terkini pengusaha

perusahaan terhadap pemasok

1. Masukan Pelanggan

3. Matrik Perencanaan : • Pemeringkatan

Kepentingan • Pemeringkatan

persaing • Nilai sasaran • Skala kenaikan yang

dibutuhkan • Poin penjualan

Bobot Perencanaan (dikalkulasikan) 6. Identifikasi pertukaran

yang berhubungan dengan persyaratan produksi

5. Daftar prioritas dari persyaratan proses penting bagi perusahaan


(50)

Menurut Besterfield et al. dalam Simanjuntak (2005), proses QFD secara lengkap terdiri dari empat fase yang dinyatakan dalam empat matriks, yaitu : 1. Matriks Perencanaan Produk

Fase ini dimulai dari persyaratan pelanggan, untuk setiap persyaratan pelanggan harus ditentukan persyaratan desain yang dibutuhkan, di mana jika memuaskan akan membawa hasil dalam pemenuhan persyaratan pelanggan. 2. Matriks Pengembangan Bagian

Persyaratan desain dari matriks pertama dibawa ke matriks kedua untuk menentukan karakteristik kualitas bagian.

3. Matriks Perencanaan Proses

Operasi proses kunci ditentukan oleh karakteristik kualitas bagian dari matriks sebelumnya.

4. Matriks Perencanaan Produksi

Persyaratan produksi ditentukan dari operasi proses kunci. Pada fase ini dihasilkan prototipe dan peluncuran produk.

Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui siapa pelanggan produk kita dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan ke dalam desain produk secara teknis dan karakteristik teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan desain proses, yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi.


(51)

Akhirnya, disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan (Nasution, 2001).

Tim Umpan Balik

Gambar 2. Proses QFD (Nasution, 2001).

3.1.4.4Manfaat QFD

Menurut (Goestch dan Davis, 2000), QFD memberikan sejumlah manfaat bagi organisasi yang mencoba untuk mempertinggi daya saingnya dengan memperbaiki secara kontinu kualitas dan produktivitasnya. Manfaat dari QFD antara lain :

1. Fokus pada pelanggan

QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan. Informasi kemudian diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan pelanggan yang spesifik.

Karakteristik Pelanggan Evaluasi Tingkat Persaingan Karakteristik Teknis Kesesuaian dengan Kebutuhan Pelanggan Desain Proses Karakteristik Bagian Proses Operasi Arus Proses Produksi Rencana Produksi Pelaksanaan

Produksi Produk Riset

Segmentasi Pasar


(52)

2. Efisiensi waktu

QFD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengembagan produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasi dengan jelas.

3. Orientasi kerjasama tim

QFD merupakan pendekatan orientasi kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan atas konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.

4. Orientasi pada dokumentasi

Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan melon di Indonesia saat ini adalah benih melon masih impor. Varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor sehingga persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor baik buah melon tanpa jaring maupun buah melon berjaring.

Adapun atribut-atribut buah dalam penelitian ini hanya atribut buah yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan buah melon yaitu bobot buah, bentuk buah, warna kulit dan daging buah, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah. Atribut buah melon ini akan dimasukkan ke dalam persyaratan pelanggan untuk mengetahui ideotipe buah melon yang diinginkan oleh konsumen.


(53)

Konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, konsumen lembaga yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan konsumen bukan lembaga yaitu pedagang pengecer buah melon utuh (pedagang pengecer tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket) dan konsumen langsung buah melon utuh yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah dan soup buah). Konsumen lembaga adalah konsumen benih melon yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan juga sebagai produsen buah melon yang diasumsikan mengetahui tipe-tipe melon seperti apa yang diinginkan konsumen. Konsumen bukan lembaga adalah konsumen yang tidak memproduksi buah melon.

Peran serta lembaga- lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat meghasilkan benih-benih melon yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas-varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. PKBT IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietas-varietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen.

Salah satu cara untuk menghasilkan varietas melon sesuai keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode QFD. Metode QFD ini mencoba menyesuaikan antara apa yang diinginkan konsumen dengan persyaratan teknik yang dimiliki oleh produsen. Persyaratan teknik merupakan hasil pendapat dari pakar ahli di PKBT IPB.


(54)

Penerapan metode QFD diawali dengan penyusunan matriks HOQ. Matriks HOQ yang disusun hanya matriks HOQ yang pertama yaitu matriks perencanaan produk. Langkah- langkah dalam penyusunan matriks ini terdiri dari penyusunan persyaratan pelanggan (what), menyusun peryaratan teknik (how), mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian kompetitif yang terdiri dari penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik, mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan yang terdiri dari kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif.

Matriks HOQ yang telah disusun ini digunakan untuk merumuskan perencanaan pengembangan varietas melon dan sebagai bahan masukan bagi PKBT IPB. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.


(55)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional.

Keterangan :

Rekomendasi bagi PKBT IPB

Persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor baik melon

tanpa jaring maupun melon berjaring

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Konsumen Lembaga :

• PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor Konsumen Bukan Lembaga : • Pedagang Pengecer • Konsumen Langsung

Buah Melon Utuh : ü Rumah Tangga ü Bukan RumahTangga

Kegiatan Pemuliaan dan Pengembangan

Varietas Melon

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD)

Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) Langkah-langkah :

1. Menyusun persyaratan pelanggan 2. Menyusun persyaratan teknik

3. Mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik

4. Mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik

5. Penilaian kompetitif

6. Mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan 7. Mengembangkan prioritas persyaratan teknik

Varietas melon di Indonesia masih berasal dari benih impor

Perencanaan Pengembangan Varietas Melon Atribut Buah Melon : Bobot,bentuk, warna kulit dan daging, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah.


(56)

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan mengambil lokasi di wilayah Kota Bogor. Survei dilakukan terhadap pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon ut uh serta survei terhadap pemulia melon dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon. Pemilihan Kota Bogor dilakukan secara sengaja (purposive), hal ini dikarenakan Kota Bogor merupakan salah satu sentra penanaman melon di Indonesia dan juga me rupakan daerah penanaman melon pertama di Indonesia. Selain itu, masyarakat Kota Bogor merupakan salah satu konsumen yang potensial dilihat dari penduduknya yang berkembang pesat, perumahan yang dibangun, dan pendapatan penduduk yang cukup tinggi.

Survei terhadap pemulia melon dilakukan di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB yang juga sebagai produsen benih melon. Survei terhadap konsumen benih dilakukan di PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor yang juga sebagai produsen buah. Pemilihan PKBT IPB dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PKBT IPB merupakan produsen benih yang mencoba mengembangkan melon yang berkualitas melalui pemuliaan tanaman. Pemilihan PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor juga dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memproduksi buah melon dan juga sebagai konsumen benih yang sangat memperhatikan mutu melon yang dihasilkannya


(57)

serta mengetahui tipe-tipe melon seperti apa yang diinginkan konsumen. Penelitian lapangan untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2006 sampai Februari 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuisioner dengan pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta pemulia melon dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon.

Data sekunder diperoleh dari instansi- instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB, internet, serta literatur- literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampe l

Konsumen yang diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga dengan keseluruhan 80 konsumen. Konsumen lembaga hanya diambil satu konsumen yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor. Konsumen bukan lembaga diambil 79 konsumen yang terdiri dari pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh.

Pedagang pengecer terdiri atas pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradis ional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket. Penentuan tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan asumsi pedagang pengecer mengetahui keinginan konsumennya karena berinteraksi langsung dengan


(1)

Lampiran 35. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 3 4.5 13.5

Bentuk Bulat 0 4.5 0

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 9 9 81

Daging Tebal 0 12 0

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 0 4.5 0

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 0 9 0

Kadar Air Sedang 0 4.5 0

Rasa Manis 0 6 0

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 3 4.5 13.5

Total 108

Lampiran 36. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging

Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Kecil < 1 kg 9 9 81

Bentuk Bulat 1 9 9

Warna Kulit Kuning 0 6 0

Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 0 3.6 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 4.5 0

Daging Tebal 9 6 54

Tekstur Kulit Tidak Berjaring 0 3.6 0

Tekstur Daging Berserat Halus 0 6 0

Kadar Air Sedikit 0 4.5 0

Rasa Manis Sekali 0 7.8 0

Aroma Wangi 0 5.4 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0


(2)

Lampiran 37. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging

Buah Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 9 4.5 40.5

Bentuk Bulat 1 4.5 4.5

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 9 0

Daging Tebal 9 12 108

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 0 4.5 0

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 0 9 0

Kadar Air Sedang 0 4.5 0

Rasa Manis 0 6 0

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0

Total 153

Lampiran 38. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Kecil < 1 kg 0 9 0

Bentuk Bulat 0 9 0

Warna Kulit Kuning 0 6 0

Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 0 3.6 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 4.5 0

Daging Tebal 0 6 0

Tekstur Kulit Tidak Berjaring 9 3.6 32.4

Tekstur Daging Berserat Halus 0 6 0

Kadar Air Sedikit 0 4.5 0

Rasa Manis Sekali 0 7.8 0

Aroma Wangi 0 5.4 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0


(3)

Lampiran 39. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala

Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 0 4.5 0

Bentuk Bulat 0 4.5 0

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 9 0

Daging Tebal 0 12 0

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 9 4.5 40.5

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 0 9 0

Kadar Air Sedang 0 4.5 0

Rasa Manis 0 6 0

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0

Total 40.5

Lampiran 40. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Kecil < 1 kg 0 9 0

Bentuk Bulat 0 9 0

Warna Kulit Kuning 0 6 0

Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 0 3.6 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 4.5 0

Daging Tebal 0 6 0

Tekstur Kulit Tidak Berjaring 0 3.6 0

Tekstur Daging Berserat Halus 3 6 18

Kadar Air Sedikit 9 4.5 40.5

Rasa Manis Sekali 0 7.8 0

Aroma Wangi 0 5.4 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0


(4)

Lampiran 41. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 0 4.5 0

Bentuk Bulat 0 4.5 0

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 9 0

Daging Tebal 0 12 0

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 0 4.5 0

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 3 9 27

Kadar Air Sedang 9 4.5 40.5

Rasa Manis 0 6 0

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0

Total 67.5

Lampiran 42. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Kecil < 1 kg 0 9 0

Bentuk Bulat 0 9 0

Warna Kulit Kuning 0 6 0

Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 0 3.6 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 4.5 0

Daging Tebal 0 6 0

Tekstur Kulit Tidak Berjaring 0 3.6 0

Tekstur Daging Berserat Halus 9 6 54

Kadar Air Sedikit 9 4.5 40.5

Rasa Manis Sekali 0 7.8 0

Aroma Wangi 0 5.4 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0


(5)

Lampiran 43. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 0 4.5 0

Bentuk Bulat 0 4.5 0

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 9 0

Daging Tebal 0 12 0

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 0 4.5 0

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 9 9 81

Kadar Air Sedang 9 4.5 40.5

Rasa Manis 0 6 0

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0

Total 121.5

Lampiran 44. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah

Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Kecil < 1 kg 0 9 0

Bentuk Bulat 0 9 0

Warna Kulit Kuning 0 6 0

Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 0 3.6 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 4.5 0

Daging Tebal 0 6 0

Tekstur Kulit Tidak Berjaring 0 3.6 0

Tekstur Daging Berserat Halus 0 6 0

Kadar Air Sedikit 0 4.5 0

Rasa Manis Sekali 9 7.8 70.2

Aroma Wangi 0 5.4 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0


(6)

Lampiran 45. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah

Terhadap Buah Melon Berjaring

Persyaratan Pelanggan

Nilai Hubungan What dan How

(a)

Bobot Absolut Persy. Pelanggan

(b)

(a x b)

Bobot Sedang (1 – 2,5 kg) 0 4.5 0

Bentuk Bulat 0 4.5 0

Warna Kulit Hijau Kekuningan 0 7.8 0

Warna Daging Hijau MudaKekuningan 0 4.5 0

Ketebalan Kulit Tipis 0 9 0

Daging Tebal 0 12 0

Tekstur Kulit Berjaring Kasar 0 4.5 0

Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 0 9 0

Kadar Air Sedang 0 4.5 0

Rasa Manis 9 6 54

Aroma Wangi 0 7.2 0

Daya Simpan 5 – 10 Hari 0 4.5 0