BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Mutu
Pemahaman konsep mutu sangat penting dalam pengembangan aktivitas suatu perusahaan karena pertumbuhan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh
mutu produk atau jasa yang dihasilkannya. Mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda bagi setiap orang dan organisasi, dalam upaya memahami konsep
mutu suatu produk, maka berikut ini dikemukakan beberapa definisi mutu menurut para ahli dan organisasi.
American Society for Quality Control dalam Render dan Heizer 2001 mendefinisikan bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Menurut Oakland 1993 mutu
adalah memenuhi persyaratan pelanggan sedangkan menurut Deming dalam Oakland 1993 mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, sekarang,
dan yang akan datang. Definisi lain mengenai mutu juga terdapat dalam Goetsch dan Davis
2000. Menurut Fred Smith, CEO of Federal Express mendefinisikan mutu adalah usaha untuk memenuhi harapan yang ditetapkan pelanggan. The General
Services Administration GSA mendefinisikan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat pertama kali dan seterusnya. Boeing mendefinisikan mutu
ialah memberikan pelanggannya dengan produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan dan harapan secara konsisten. The U.S Departemen Of Defense DOD mendefinisikan mutu adalah mengerjakan sesuatu dengan benar saat pertama kali,
selalu berusaha untuk memperbaiki dan selalu berusaha untuk memuaskan pelanggan.
Walaupun tidak ada definisi mutu yang dapat diterima secara universal, namun dari beberapa definisi di atas terdapat beberapa persamaan yang terdapat
dalam elemen-elemen sebagai berikut : 1.
Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2.
Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang. Berdasarkan elemen-elemen tersebut Goetsch dan Davis mendefinisikan
mutu sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Garvin dalam Nasution 2001 mengidentifikasikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk yaitu :
1. Kinerja performance, berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan features,merupakan aspek kedua dari
performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
3. Kehandalan reliability, berkaitan dengan kemungkinan suatu produk
berfungsi secara berhasil dalam periode tertentu di bawah kondisi tertentu. 4.
Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to spesifications, berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5.
Daya tahan durability, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan.
6. Kemampuan pelayanan service ability, yaitu meliputi kecepatan,
kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika esthetics, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan perceived quality, berkaitan dengan perasaan
pelanggan dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi. Menurut Kader dalam Poerwanto 1996 berbagai komponen mutu
digunakan untuk mengevaluasi komoditas dalam hubungannya dengan spesifikasi untuk pengkelasan atau standar, seleksi dalam program pemuliaan tanaman,
evaluasi terhadap respon tanaman atas kondisi lingkungan atau perlakuan pascapanen. Kriteria mutu untuk produk buah-buahan meliputi :
1. Mutu visual atau penampakan, yang meliputi ukuran dimensi, berat, dan
volume, bentuk rasio antar dimensi, kereragaman, dan kondisi permukaan, warna keseragaman warna, intensitas, dan gloss serta kondisi umum
kemulusan, ada atau tidaknya cacat dan kerusakan. 2.
Tekstur dan mouthfeel, meliputi kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran, kealotan, dan kekentalan sari buah. Mutu tekstur buah tropika
berkaitan dengan kepentingan transportasi dan peruntukan konsumsi segar atau setelah diolah.
3. Flavor rasa, aroma, dan citarasa, meliputi kemanisan, keasaman, intensitas
rasa pahit, pedas, sepat, intensitas dan kualitas aroma serta off-flavor. Off – flavor biasanya terjadi karena kesalahan dalam perlakuan pascapanen.
4. Nilai gizi dan zat berkhasiat mutu fungsional, meliputi kandungan gula atau
karbohidrat, vitamin dan mineral, antioksidan karoten, isoflavon, dan zat berkhasiat lainnya.
5. Keamanan, yang meliputi bebas kontaminasi baik oleh mikroba patogen,
toksin, bahan kimia, pestisida, serta cemaran fisik lainnya kotoran. 6.
Kemudahan penanganan, meliputi kemudahan untuk dikonsumsi, kemudahan untuk disajikan, kemudahan pembuangan sampah serta banyaknya sampah,
dan sebagainya. 7.
Sifat mutu lainnya, seperti faktor ekonomi harga, faktor lingkungan, halal, umur simpan, dan konsistensi suplai.
3.1.2 Konsep Total Quality Management TQM