Analisis Status Sumberdaya KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI

Tabel 9. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 Mesin Aktual Optimal Penggunaan Slacksurplus TK Teknis 1.300,45 1.533,919 13.037,081 TK Mesin 1.500,94 4.826,274 75.253,726 TK Pencampur 24,35 24,493 7.255,507 TK Mesin Cup 1.294,05 6.428,572 851,428 TK pengemas yoghurt 438,98 234,500 7.045,500 Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa ketersediaan jam tenaga kerja langsung masih terdapat sisa, terutama ketersediaan untuk tenaga kerja bagian mesin sebesar 75.253,726 jam. Hal ini disebabkan karena selama tiga bulan pabrik belum memulai produksi untuk susu pasteurisasi dan yoghurt. Selain itu juga produksi selain susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain menyebabkan penggunaan tenaga kerja langsung untuk masing- masing produk belum optimal. Namun dapat dilihat bahwa berproduksi pada tingkat optimal mengurangi jam menganggur dari seluruh bagian kecuali bagian mesin untuk susu dingin karena penggunaannya menjadi lebih sedikit dibandingkan aktualnya. Dengan demikian pabrik masih dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerjanya untuk meningkatkan produksi, sehingga tidak terjadi banyak pemborosan biaya tenaga kerja.

7.2. Analisis Status Sumberdaya

Tingkat produksi susu olahan dari pabrik MT-KUD ditentukan juga oleh ketersediaan sumberdaya ya ng dimilikinya. Untuk mencapai kondisi optimal, tingkat produksi akan dibatasi pada ketersediaan sumberdaya yang paling sedikit jumlahnya. Analisis status sumberdaya ini bertujuan untuk mengetahui sumberdaya yang membatasi produksi serta pengaruh penambaha n sebelumnya mengenai penggunaan sumberdaya. Besarnya penggunaan sumberdaya dapat dilihat dari besarnya nilai slack atau surplus-nya. Sumberdaya habis digunakan maka nilai slack-nya nol, statusnya sebagai sumberdaya pembatas P. Sebaliknya bila sumberdaya tersebut masih tersisa atau berlimpah maka nilai slack-nya lebih besar dari nol dan statusnya sebagai sumberdaya bukan pembatas BP. Nilai slack juga berkaitan dengan besarnya pengaruh penambahan atau pengurangan jumlah ketersediaan sumberdaya bersangkutan terhadap nilai fungsi tujuan. Besarnya pengaruh ini ditunjukkan oleh nilai dual price- nya. Nilai ini merupakan jumlah penambahan nilai fungsi tujuan bila dilakukan penambahan satu satuan ketersediaan sumberdaya. Nilai dual price akan lebih besar dari nol jika sejumlah sumberdaya yang bersangkutan habis digunakan atau berstatus pembatas. Sedangkan bila jumlah sumberdaya masih tersisa maka penambahan ketersediaan tidak berpengaruh terhadap nilai fungsi tujuan. Sumberdaya yang menjadi pembatas terdiri dari susu segar, lactobacillus, lid cup dan permintaan minimum semua produk kecuali susu cup plain dan yoghurt plain. Dengan demikian sumberdaya tersebut memiliki nilai dual price masing- masing sebesar 319,170; 110.083; 210,356; -1.291,410; -1.259,680 ; - 1.060,680; 884,680; -1.259,680; -884,680. Sumberdaya bahan baku susu segar pada kedua periode menjadi pembatas P dengan dual price 319,170, artinya penambahan satu liter susu segar sedangkan sumberdaya lainnya tetap akan menambahkan nilai fungsi tujuan sebanyak 319,170. Nilai dual price kendala susu ini setara dengan koefisien susu dingin X9 pada fungi tujuan, yang berarti setiap penambahan bahan baku ini pada kondisi yang lain tetap maka susu tersebut akan diolah menjadi susu dingin. Hal ini disebabkan penggunaan sumberdaya bahan penolong untuk susu pasteurisasi dan yoghurt hampir mencapai optimal. Nilai 110.083 pada lactobacillus dan lid cup berarti penambahan satu satuan lactobacillus dan lid cup dengan sumberdaya lainnya tetap akan menambahkan nilai fungsi tujuan sebanyak masing- masing 110.083 dan 210,356. Analisis status sumberdaya pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, pembatas utama adalah lactobacillus dengan nilai dual price terbesar yaitu 110.083. Penambahan sumberdaya ini akan menghasilkan keuntungan terbesar dibandingkan dengan pembatas yang lain. Sedangkan permintaan minimum untuk produk susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain terdapat sisa masing- masing sebesar 209.026.860 liter dan 548 liter. Hal ini dikarenakan adanya batas permintaan minimum untuk susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain. Sehingga apabila ditambahkan satu satuan produk, tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Namun untuk produk lainnya berstatus sebagai pembatas dan dual price-nya bernilai negatif. Nilai ini berarti bahwa jika ditambahkan ke pasar sebanyak satu satuan maka akan mengurangi nilai fungsi tujuan atau keuntungan sebesar nilai dual price-nya. Hal ini dikarenakan permintaan minimum susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain adalah jumlah penjualannya sehingga perlu adanya perluasan pasar. Tabel 10. Analisis Status Sumberdaya Pabrik MT-KUD tahun 2006 Sumberdaya Slack or surplus Dual Price Status Susu segar 319,170 P Bubuk coklat 243,632 BP Gula 1.996 BP Flavour strawberry 3,68 BP Flavour vanila 0,85 BP Flavour melon 1,676 BP Pewarna strawberry 0,667 BP Pewarna melon 0,873 BP Lactobacillus 110.083 P Cup 3.000.000 BP Lid cup 210,356 P Plastik 2.237.500 BP Plate Cooler 3914,268 BP Tangki Penyalur 3425,800 BP Tangki Penerima 3632,807 BP PHE 8478,857 BP Mesin Cup 1153,714 BP Kompor Gas 4280,500 BP Alat Pencampur I 3625,416 BP Incubator 4356,345 BP Alat Pencampur II 3637,284 BP Alat pengemas yoghurt 3523,450 BP TK Teknis 13.037,081 BP TK Mesin 75.253,726 BP TK Pencampur 7.255,507 BP TK Mesin Cup 851,428 BP TK pengemas yoghurt 7.045,500 BP X1 minimum -1.291,410 P X2 minimum -1.259,680 P X3 minimum -1.060,680 P X4 minimum -884,680 P X5 minimum 209.026.860 BP X6 minimum -1.259,680 P X7 minimum -884,680 P X8 minimum 548 BP Ket : P pembatas, BP bukan pembatas

7.3. Analisis Sens itivitas