Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi Penelitian Terdahulu

Koperasi persusuan primer termasuk KUD yang mempunyai unit usaha persusua n merupakan unit usaha persusuan yang berasosiasi langsung deengan para peternak sapi perah yang menjadi anggota-anggotanya. Koperasi ini secara konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan para peternak sapi perah untuk memperkuat posisi tawar mereka dalam menentukan harga jual produk susu dengan cara penjualan bersama, menyalurkan input-input produksi dengan jalan pembelian bersama dan memberikan perlakuan tertentu pada komoditas produksi susu anggota agar tidak cepat rusak dan terkontaminasi. Koperasi primer ini dikonsepkan untuk menjadi institusi yang membela kepentingan anggota- anggotanya, yaitu para peternak sapi perah. Di sisi lain peranan dari gabungan koperasi persusuan GKSI, secara konseptual merupakan “payung” politik bagi koperasi-koperasi primer yang lahir sebagai suatu wadah tunggal, memperjuangkan kendali harga beli susu terhadap IPS dan mendistribusikan kuota produksi pada masing- masing koperasi primer anggotanya. Koperasi sekunder ini secara konsep berperan menjadi mediator akomodatif untuk meredakan persaingan antar koperasi persusuan primer dalam memperebutkan kuota produksi dan tingkat harga beli susu M.Koeswardhono dan Lina Karliyenna, 1989.

2.2. Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi

Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi kerakyatan yang berwatak sosial. Disamping untuk memberikan pelayanan kepada anggotanya tujuan didirikannya koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui watak sosialnya. Dalam kegiatannya koperasi selalu mementingkan pelayanan kepada anggota dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuannya koperasi tidak semata- mata menggerakan usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum, namun demikian mencari keuntungan di dalam koperasi juga diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pembagian sisa hasil usaha SHU dan menghidupkan koperasi itu sendiri. KUD sebagai koperasi pedesaan yang tidak menunjukkan ciri khusus sebagai koperasi produsen pertanian. Dengan sifatnya yang serba usaha dalam pengertian serba keanggotaan, serba fungsi dan serba komoditi KUD mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak spesifik dan sulit menetapkan kompetensi dan bisnis intinya. Serba komoditi berarti menangani berbagai komoditi dalam satu koperasi, seperti beras, ternak, kopi, ikan dan lainnya. Serba fungsi berarti menangani berbagai fungsi dalam satu koperasi, seperti pemasaran, distribusi dan kredit. Serba kenggotaan berarti berbagai kelompok kepentingan yang mungkin saling berbeda menjadi anggota satu koperasi Soedjono, 1996. Menurut Hendar dan Kusnadi 1999, konsep keuntungan maksimum berkendala karena merupakan organisasi yang mengaku adanya kendala-kendala efisiensi. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi melalui perbedaan harga atau pelayanan kepada anggota dan non anggota. Oleh karena itu koperasi dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya. Suatu organisasi dikatakan efisien apabila mampu berproduksi dan mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk mencapai tujua n organisasi.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi produksi pada perusahaan dalam industri pengolahan susu di Indonesia dengan menggunakan program linier sudah banyak dilakukan. Lokasi penelitian sudah mencakup perusahaan besar, perusahaan menengah, dan koperasi. Secara umum, tujuan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut adalah untuk mencari kombinasi produksi yang memaksimumkan laba. Beberapa diantaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini. Sukma 2001 melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi susu olahan di pabrik milk treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan KPBS untuk tahun 1999. Produk susu olahan KPBS yang menjadi variabel keputusan adalah susu dingin, susu pasterisasi dalam kemasan 500 ml susu pack, susu segar, susu pasteurisasi coklat dan susu pasteurisasi strawberry. Kendala yang dimasukkan dalam model program linier meliputi bahan baku, bahan penolong, jam kerja mesin, kendala transfer, jam tenaga kerja langsung, dan produksi minimum. Hasil analisa optimal menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan maksimum, KPBS harus meningkatkan produksi susu pasteurisasinya serta mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke industri pengolahan susu. Produksi optimal menghasilkan keuntungan maksimum sebesar Rp. 4.46 milyar atau Rp. 1.47 milyar di atas pendapatan pada tingkat aktualnya. Kondisi optimal dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk produksi susu pasteurisasi antara lain mesin PHE, homogenizer, bahan baku, stabilizer, dan panncau 4R. Hasil analisis juga menunjukan masih banyaknya sumber daya yang berlebih seperti bahan baku penolong, jam kerja mesin, dan tenaga kerja langsung. Widhiani 2001 melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi susu kental manis SKM pada PT Friesche Vlag untuk bulan februari hingga April 2001. Ada dua jenis produk yang produksi optimalnya menjadi variabel keputusan pada model program linier yaitu SKM bendera putih dan SKM bendera coklat. Hasil analisis olahan optimal menunjukkan tingkat produksi optiaml untuk SKM bendera putih sebesar 194,500 dan SKM bendera coklat sebesar 99,500 karton. Produksi optimal ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 15754 milyar yang berarti lebih besar sebesar Rp 435 juta dari pendapatan aktualnya. Produksi pada tingkat optimal mampu menekan waktu kerja menganggur pada sejumlah mesin dan meningkatkan penggunaan sejumlah bahan baku ketimbang pada tingkat produksi aktualnya. Rahmadani 2006 telah melakukan penelitian dengan judul optimalisasi produksi mie Instan di PT Jakarama Tama Ciawi Jawa Barat. Produksi mie instan pada kondisi aktual yang dilakukan belum optimal. Ada jenis mie instan yang harus ditingkatkan dan diturunkan serta tidak direkomendasikan untuk diproduksi. Tingkat produksi optimal untuk mie instan diantaranya G100GEP sebesar 113.930,64 karton, G100GS sebesar 1.700 karton, GEGS sebesar 1.237,5 karton, GMS-GSP sebesar 1.335 karton dan GMS-GAM sebesar 770 karton dan mie instan G100AB, G100ST, dan G100KA pada kondisi optimal tidak direkomendasikan untuk diproduksi. Secara keseluruhan kegiatan produksi pada kondisi optimal perencanaan total produksi sebesar 118.973,14 karton, sedangkan pada kondisi aktual total produksi sebesar 260.022 karton, sehingga terdapat selisih tingkat produksi yang positif yaitu tingkat produksi pada kondisi aktual total melebihi kondisi optimalnya sebesar 141.048,86 karton. Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai penelitian terdahulu pada perusahaan-perusahaan dan koperasi yang diteliti mengenai produksinya mengindikasikan bahwa masing- masing kegiatannya belum optimal. Hal ini dilihat dari data produksi aktual yang terjadi di perusahaan dan data optimal produksi yang telah diolah dengan program linier. Sebagian besar peneliti menggunakan bantuan komputer program LINDO, begitu juga dalam penelitian ini. Pada penelitian ini dipilih lembaga Koperasi Unit Desa KUD mengingat peranannya terhadap pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Untuk topik optimalisasi produksi susu olahan di unit usaha susu KUD Mitrayasa terdapat produk olahan lainnya yang berbeda yaitu yoghurt. Dalam menjalankan usahanya tersebut KUD berusaha mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk tiga jenis produk susu yang dihasilkan yaitu susu dingin, susu pasteurisasi, dan yoghurt yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal.

III. KERANGKA PEMIKIRAN