7.4. Analisis Pasca-Optimal
Analisis pasca-optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan dalam
model program linier terhadap solusi optimal. Analisis pasca-optimal dapat diakukan dengan merubah koefisien fungsi tujuan, merubah nilai sisi kanan
kendala atau penambahan kegiatan baru dalam model. Kemudian hasil dari perubahan tersebut dibandingkan dengan kondisi optimal awal.
Analisis pasca-optimal dalam penelitian ini dilakukan dengan dua skenario. Skenario I, merubah koefisien fungsi tujuan yang merupakan tingkat
keuntungan perliter produk susu pasteurisasi cup plain diluar range yang diijinkan dan cateris paribus. Perubahan tersebut dengan menurunkan sumbangan
keuntungan dari satu liter produk tersebut diluar range yaitu sebesar Rp. 900,00 terhadap keputusan produksi yang berarti penurunan harga jual. Hal ini
dikarenakan biaya produksi susu pasteurisasi cup plain paling rendah dibandingkan dengan pasteurisasi cup rasa yang lebih banyak penggunaan bahan
penolongnya. Skenario II dengan menambahkan batasan baru dalam model. Hal ini
dilakukan dengan menambahkan kendala permintaan minimum untuk susu dingin terhadap keputusan produksi dan alokasi sumberdaya. Dikarenakan kapasitas
angkut dari IPS Industri Pengolah Susu susu dingin dikirim dalam jumlah relatif tetap sehingga menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Hasil
olahan program linear kedua skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30.
Perubahan tingkat produksi optimal awal pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal Awal dengan Tingkat Produksi Pasca-Optimal liter
Produk Optimal Awal
Skenario 1 Skenario 2
Susu cup coklat 16.624
16.624 16.624
Susu cup strawberry 15.675
15.675 15.675
Susu cup vanila 5.433
5.433 5.433
Susu cup melon 5.340
7.016 5.340
Susu cup plain 214.070,859
212.394,860 8.879,919
Yoghurt strawberry 984
984 984
Yoghurt melon 984
984 984
Yoghurt plain 1.532
1.532 984
Susu dingin 1.181.593
1.181.673,5 1.387.332
Dari Tabel 13 terlihat bahwa kedua skenario memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kondisi optimal awal. Pada skenario I terjadi peningkatan
produk susu pasteurisasi cup melon sebesar 1.676 liter dan penurunan susu pasteurisasi cup plain sebesar 1.676 liter dan peningkatan pada produk susu
dingin sebesar 80,5 liter. Hal ini menunjukkan adanya pengalihan susu cup plain ke susu cup melon dan susu dingin. Pengalihan untuk susu pasteurisasi cup melon
sebesar 1.595,5 liter sedangkan untuk susu dingin sebesar 80,448 liter. Pengalihan untuk memproduksi susu pasteurisasi cup melon lebih besar dibandingkan dengan
susu dingin menunjukkan bahwa tingkat keuntungan untuk susu pasteurisasi cup melon lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan susu dingin. Susu
lainnya tetap pada tingkat optimal awal disebabkan pada tingkat tersebut sesuai dengan sumbangan keuntungan dan batas permintaan minimum.
Pada skenario II, terjadi peningkatan produk susu dingin sebesar 205.739 liter dan penurunan untuk produk susu cup plain dan yoghurt plain masing-
masing sebesar 205.190,94 liter; 548 liter. Hal ini sama seperti pada skenario 1 terjadi pengalihan dan pembagiannya dikarenakan sumbangan keuntungan
masing- masing produk tetapi selain itu produksi susu dingin memiliki batasan permintaan minimum. Adanya penambahan batasan baru ini lebih buruk daripada
sebelum batasan tersebut ditambahkan. Ini selalu dapat diperkirakan, karena penambahan sebuah batasan baru yang tidak berlebihan tidak akan pernah
memperbaiki nilai keuntungan. Keuntungan pada kondisi optimal awal lebih tinggi dari kedua skenario
yaitu sebesar Rp. 788.310.800,00 lebih tinggi dari kondisi aktual sebesar Rp. 306.407.861,00 Pada skenario I,
tingkat keuntungannya sebesar Rp 597.444.100,00 lebih rendah dari optimal awal yaitu sebesar Rp. 190.866.700,00
dan lebih tinggi dari kondisi aktualnya dengan selisih sebesar Rp. 115.541.161,00. Pada skenario II tingkat keuntungannya sebesar Rp 485.566.000,00 lebih rendah
dari optimal awal yaitu sebesar Rp 302.744.800,00 dan lebih tinggi dari kondisi aktualnya dengan selisih sebesar Rp. 3.663.061,00.
Tabel 14 di bawah ini menyajikan penggunaan dan dual price DP sumberdaya SD yang mengalami perubahan pada analisis pasca-optimal
dibandingkan dengan optimal awalnya. Pada skenario I, perubahan yang terjadi yaitu penurunan produksi susu cup plain, sehingga menyebabkan peningkatan
susu cup melon dan susu dingin. Hal ini menyebabkan peningkatkan penggunaan semua tenaga kerja langsung kecuali TK mesin cup dan TK pengemas yoghurt
dalam keadaan tetap, tidak berubah. Selain itu juga meningkatkan penggunaan gula, flavour melon, pewarna melon, cup, plate cooler dan tangki penerima
seiring meningkatnya masing- masing produk yang dihasilkan.
Pada skenario II, dikarenakan adanya penambahan batasan baru pada model yaitu permintaan minimum untuk produk susu dingin maka sumberdaya
susu segar memiliki dual price yang berbeda yaitu sebesar koefisien susu cup plain. Penurunan pada produk susu cup plain dan yoghurt plain menyebabkan
penurunan pada penggunaan Lactobacilus, lid cup, plastik, tangki penyalur, PHE, mesin cup, kompor gas, alat pencampur I, incubator dan alat pengemas yoghurt
yang semuanya merupakan sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi dan yoghurt. Namun dikarenakan terjadi peningkatan pada produk susu dingin maka
penggunaan plate cooler untuk memproduksi susu dingin mengalami peningkatan. Sedangkan untuk tenaga kerja langsung semua mengalami
penurunan seiring penurunan masing- masing produk yang dihasilkan. Ketersediaan susu segar menjadi pembatas utama yang membatasi fungsi tujuan.
Tabel 14. Perbandingan Penggunaan Sumberdaya Optimal dan Pasca-Optimal
Sumberdaya Optimal awal
Skenario I Skenario II
Penggunaan DP
Penggunaan DP
Penggunaan DP
Susu segar 1.440.074
319,170 1.440.074
319,170 1.440.074
1.791,66 Gula
4.504 4.671,600
4.504,000 Flavour
melon 6,324
8 6.980,15
6,324 Pewarna
melon 0,127
0,160 0,127
Lactobacillus 35
110.083 35
110.083 29,520
Cup 363.664
1.800.000 363.664
Lid cup 1.800.000
210,356 1.800.000
82,975 363.664
Plastik 24.500,00
24.500,00 20.664,00
Plate Cooler 453,732
453,763 532,736
Tangki Penyalur
214,200 214,200
43,276 Tangki
Penerima 7,193
7,473 7,193
PHE 257,143
257,143 51,952
Mesin Cup 3.214,286
3.214,286 649,399
Kompor Gas 87,500
87,500 73,800
Alat Pencampur I
14,584 14,584
12,301 Incubator
11,655 11,655
9,83 Alat
pengemas yoghurt
116,55 116,55
98,302 TK Teknis
1.522,919 1.523,264
1.295,887 TK Mesin
4.826,274 4826,672
2.013,992 TK
Pencampur 24,493
24,773 22,210
TK Mesin Cup
6.428,572 6.428,572
1.298,798 TK pengemas
yoghurt 234,500
234,500 197,784
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu : 1.
Berdasarkan hasil analisis optimalisasi produksi susu olahan di pabrik MT KUD Mitrayasa, diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan masih belum
optimal. Seluruh susu segar yang masuk dari peternak telah diolah, namun kombinasi tingkat produksi yang dihasilkan masih belum mendatangkan
keuntungan yang maksimal. KUD Mitrayasa masih bisa meningkatkan keuntungan yang diperolehnya, dengan mengoptimalkan sumberdaya yang
dimiliki untuk memproduksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain. Untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, maka produksi susu cup plain
dan yoghurt plain masing- masing sebesar 214.070,859 liter; 1.532 liter. Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt
strawbery, yoghurt melon dan susu dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter; 1.181.593
liter. Dengan berproduksi pada kondisi optimal ini KUD Mitrayasa dapat diperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp. 202.221.784,00.
2. Kondisi optimal dicapai dengan mengoptimalkan persediaan susu segar,
Lactobacillus, dan lid cup. Untuk penggunaan jam kerja mesin, mesin cup merupakan yang paling besar yaitu 3.214,286 jam. Hal ini dikarenakan untuk
susu pasteurisasi cup plain sumberdayanya sudah optimal yaitu lid cup. Begitu pula dengan mesin- mesin yang digunakan untuk memproduksi susu cup plain
mengoptimalkan penggunaan tangki penyalur serta PHE. Pada kondisi