hal ini disebabkan pada usahatani milik luas menggunakan tenaga kerja luar keluarga lebih besar, dimana tenaga kerja tersebut dalam melakukan kegiatan
usahatani lebih efisien dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan pada usahatani milik sempit dan usahatani bukan milik sakap
biasanya mengoptimalkan produktivitas dari tenaga kerja dalam keluarga karena keterbatasan modal.
f. Biaya Pajak
Biaya pajak lahan di daerah penelitian sebesar Rp. 110.000,00ha dalam satu tahun, sehingga dalam satu musim tanam biaya yang dikeluarkan untuk pajak
sebesar Rp. 55.000,00. Biaya pajak ini hanya dikeluarkan pada usahatani milik, sedangkan pada usahatani bukan milik sakap tidak mengeluarkan biaya pajak.
Pembayaran biaya pajak di lokasi penelitian dilakukan oleh petani milik maupun petani pemilik lahan. Dimana pembayarannya dilakukan secara koordinir
melalui aparat desa. Petani responden khususnya petani milik seluruhnya selalu membayar biaya pajak lahan ini. Dengan alasan dari pada mereka mendapatkan
masalah, maka biaya yang akan dikeluarkan pun menjadi lebih besar. Jika petani di Desa Karacak yang memiliki lahan khususnya untuk sawah tidak membayar
ataupun terlambat dalam membayar pajak, maka mereka akan diberi sangsi dengan membayar sejumlah uang yang besarnya tergantung pada luas lahan yang
dimiliki ataupun berdasarkan jumlah hari keterlambatan pembayaran.
g. Biaya Bagi Hasil
Biaya bagi hasil ini dikeluarkan pada usahatani bukan milik sakap. Biaya bagi hasil ini diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan penjumlahan biaya
yang dikeluarkan untuk benih, pupuk baik pupuk kimia maupun pupuk kandang
dan biaya pengairan yang dibagi dua. Proporsi bagi hasil disetiap daerah berbeda- beda tergantung pada adat istiadat dan perjanjian antara pemilik dan penyakap.
Tetapi di Desa Karacak, sistem bagi hasil yang dilakukan adalah sistem maro, yang artinya bahwa petani pemilik lahan dan petani penyakap mendapatkan
proporsi hasil panen yang sama yaitu 50 persen. Hanya saja biaya yang ditanggung oleh petani penyakap lebih besar dibandingkan biaya yang harus
ditanggung oleh petani pemilik lahan.
7.2.2 Biaya Yang Diperhitungkan
Dalam analisis pendapatan usahatani padi sawah di daerah penelitian, biaya yang diperhitungkan meliputi biaya benih, biaya penggunaan tenaga kerja
dalam keluarga, biaya penyusutan alat pertanian serta biaya sewa lahan pada usahatani milik. Biaya yang diperhitungkan dalam usahatani padi sawah adalah
sebagai berikut:
a. Biaya Benih
Benih yang digunakan oleh petani responden untuk usahatani padi sawah tidak seluruhnya berasal dari hasil pembelian di kios-kios ataupun dari
penanggung jawab kelompok tani. Tetapi adapula yang berasal dari hasil panen sebelumnya yang memang telah dipersiapkan untuk benih tanam selanjutnya.
Benih yang dipersiapkan biasanya jumlahnya tidak begitu besar yaitu berkisar antara 4 hingga 5 kilogram per hektar. Dalam analisis biaya ini, harga benih
sendiri per kilogramnya disamakan dengan benih yang dibeli di kios-kios atau dari penanggung jawab kelompok tani yiatu sebesar Rp. 3.000,00Kg.
Biaya benih sendiri paling banyak dikeluarkan pada usahatani milik dibandingkan dengan usahatani bukan milik sakap dengan tujuan untuk
menghemat biaya tunai terhadap benih. Hal ini disebabkan karena pada usahatani milik, petani menanggung semua biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pada petani
penyakap, biaya benih ditanggung sepenuhnya oleh pemilik lahan ataupun tergantung pada perjanjian antara penyakap dengan pemilik lahan.
b. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga