Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan

masyarakat. Jika mereka belum mengkonsumsi beras, maka mereka belum makan. Selain itu, makan nasi merupakan budaya yang telah mengakar sejak zaman nenek moyangnya dahulu. Beras bukan hanya berfungsi sebagai komoditas pangan dan ekonomis, tetapi juga merupakan komoditas politik dan keamanan. Bagi negara besar seperti Amerika Serikat, pangan termasuk beras di dalamnya merangkap komoditas politik dan strategis yakni bila diperlukan, pangan dapat dipakai sebagai senjata ampuh untuk menekan suatu negara yang tidak sejalan dengan garis politiknya Sawit, 2001 dalam Sumiati, 2003.

2.2 Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan

Soeharjo dan Patong 1977 membedakan status petani dalam usahatani menjadi tiga, yaitu; 1 Petani Pemilik owner operator Petani pemilik adalah golongan petani yang memiliki tanah dan ia pulalah yang secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor- faktor produksi baik yang berupa tanah, peralatan dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. Dengan demikian, ia bebas dalam menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa perlu dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golongan petani yang agak berbeda statusnya adalah yang mengusahakan tanamannya sendiri dan juga mengusahakan lahan orang lain part owner operator. 2 Petani Penyewa Petani penyewa adalah golongan petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan jalan menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan sebelum penggarapan dimulai. Lama kontrak sewa ini tergantung pada perjanjian antara pemilik tanah dengan penyewa. Jangka waktu dapat terjadi satu musim, satu tahun, dua tahun atau jangka waktu yang lebih lama. Dalam sistem sewa, resiko usahatani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usahatani yang mungkin terjadi. 3 Penyakap Penyakap adalah golongan petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi hasil, resiko usahatani ditanggung bersama oleh pemilik tanah dan penyakap. Besarnya bagi hasil tidak sama untuk setiap daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh tradisi daerah masing- masing, kelas tanah, kesuburan tanah, banyaknya pemintaan dan penawaran dan peraturan negara yang berlaku. Menurut peraturan pemerintah, besarnya bagi hasil ialah 50 persen untuk pemilik lahan dan 50 persen untuk penyakap setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi yang berbentuk sarana. Disamping kewajiban terhadap usahataninya, dibeberapa daerah terdapat pula tambahan bagi penyakap, misalnya kewajiban membantu pekerjaan dirumah pemilik tanah dan kewajiban-kewajiban lain berupa materi. Keuntungan petani sebagai pemilik lahan dan sebagai penyewa, antara lain: 1 Lahan tersebut bebas diolah petani, 2 Petani bebas untuk menentukan tanaman yang akan diusahakan, dan 3 Petani bebas dalam menggunakan teknologi dan cara budidaya yang paling dikuasai. Berbeda dengan petani penyakap, mereka tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pola tanam dan jenis input yang digunakan, tetapi pilihannya dibatasi oleh kemungkinan pemberhentian apabila hasilnya tidak memuaskan pemilik lahan.

2.3 Usahatani Padi

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Pengelolaan dan Nilai Harapan Hasil Kebun Campuran (Studi Kasus di Desa Barengkok dan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang , Kabupaten Bogor)

0 6 71

Dinamika Populasi Dan Prospek Pengembangan Ayam Kampung (Studi Kasus di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

0 11 66

Analisis pendapatan usahatani padi sawah menurut sistem mina padi dan sistem non mina padi (Kasus di desa Tapos I dan Desa Tapos II, kecamatan Tenjolaya, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

5 47 191

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

PENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu kasus di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis).

0 1 9