Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia sekolah 5-25 tahun adalah yang paling banyak yaitu sekitar 51,07 persen dari
total penduduk. Sehingga anak-anak jarang ikut membantu orang tuanya dalam mengelola usahatani keluarga, kecuali pada waktu-waktu tertentu yaitu sepulang
sekolah atau hari libur. Mata pencaharian penduduk sebagian besar berada di sub sektor pertanian
tanaman pangan, kemudian sub sektor perkebunanperladangan dan sub sektor peternakan Tabel 4. Sedangkan pada sub sektor industri kecilkerajinan dan sub
sektor perikanan hanya sejumlah 17 orang.
Tabel 4. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Desa Karacak, 2004
No Subsektor
Jumlah jiwa Persen
1 Pertanian tanaman panga n
1.174 29,70
2 Perkebunanperladangan
580 14,67
3 Peternakan
404 10,22
4 Perikanan
95 2,40
5 Industri kecilkerajinan
17 0,43
6 Jasaperdagangan
1.683 41,58
Total 3.953
100,00 Sumber: Laporan Hasil Observasi 2004
5.3 Gambaran Umum Usahatani Padi Sawah di Desa Karacak
Desa Karacak merupakan salah satu desa di Kecamatan Leuwiliang yang usahatani padinya cukup luas. Penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun.
Musim Tanam I MT I antara bulan Juli-Oktober dan Musim Tanam II MT II antara bulan Januari-April, mereka tidak tetap dalam melakukan tandur tergantung
dari hari raya. Petani di desa ini, pada umumnya menggunakan pola tanam monokultur. Varietas padi yang umumnya di tanam adalah IR 64 dan Ciherang.
Sistem budidaya padi di Desa Karacak dimulai dari penyiapan lahan dengan cara pengairan lahan, pengolahan lahan dengan cangkul ataupun bajak
kerbau. Selanjutnya dilakukan penyemaian benih padi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Umur persemaian padi rata-rata 23 hari sebelum dipindah ke la han
penanaman tandur. Penyiangan dilakukan rata-rata dua kali dalam satu musim tanam
bergantung pada banyak sedikitnya gulma yang ada, begitu pula dengan pemupukan. Intensitas dan cara pengendalian hama dan penyakit tanaman sangat
bervariasi, mulai dari cara pengendalian mekanik hingga cara pengendalian kimiawi. Kegiatan terakhir dalam produksi adalah pemanenan yang dilakukan saat
umur tanaman antara 100 sampai dengan 120 hari sejak tanam tandur. Sistem panen yang umum digunakan adalah sistem bawon, dimana pemanen adalah
tenaga kerja luar keluarga yang dibayar dengan cara memberi 15 bagian dari hasil panen dalam bentuk gabah kering panen.
Sarana produksi yang digunakan untuk usahatani padi sawah di Desa Karacak terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan alat pertanian. Pupuk yang
digunakan terdiri dari pupuk urea dan TSP, sedangkan pupuk KCl, ZA dan pupuk kandang jarang digunakan. Pestisida juga jarang digunakan oleh petani di Desa
Karacak, karena mereka sedang mencoba menerapkan Pengendalian Hama Terpadu PHT, sehingga mereka lebih banyak menggunakan pestisida nabati
botani yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, meskipun masih ada petani yang menggunakan pestisida kimia, jumlahnya sangat sedikit. Sedangkan alat-alat
pertanian yang dimiliki dan sering digunakan oleh petani adalah cangkul, caplak,
sabit, ember dan garu. Jarang petani yang memiliki traktor sendiri, biasanya mereka menggunakan traktor dengan sistem sewa.
Penggunaan tenaga kerja dipengaruhi oleh luas lahan garapan dan berat jenis pekerjaan. Tenaga kerja luar keluarga biasanya lebih banyak digunakan
apabila luas lahan garapan relatif besar, sedangkan untuk luas lahan garapan yang relatif kecil dan jenis pekerjaan yang tidak terlalu berat biasanya lebih banyak
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Adapun status petani berdasarkan pemilikan lahan garapan yang ada di
Desa Karacak terdiri dari petani milik yang menggarap lahannya sendiri atau digarap oleh orang lain kuli, dan petani penggarap yang menggarap lahan orang
lain baik dengan sistem sewa, bagi hasil maro maupun gadai. Dilokasi penelitian petani penggarap jumlahnya lebih banyak dibandingkan petani milik.
Petani milik yang menggarap lahannya sendiri akan menanggung seluruh biaya usahatani dan akan menerima seluruh penerimaan usahatani. Sedangkan
petani pemilik yang lahannya digarap oleh orang lain akan menanggung beberapa biaya bersama seperti halnya petani penggarap dan mendapat bagi hasil sebagai
pembayaran sewa atas lahannya. Petani penggarap sistem sewa akan mengeluarkan seluruh biaya variabel
seperti biaya sewa kerbau, benih, pupuk, pestisida dan seluruh biaya tenaga kerja luar keluarga. Tetapi petani penggarap dengan sistem sewa ini akan mendapatkan
seluruh penerimaan dari hasil usahatani padi sawah tersebut. Sedangkan petani penggarap dengan sistem bagi hasil maro, sebagian biaya usahatani seperti biaya
bibit, pupuk dan pengairan ditanggung oleh pemilik lahan ataupun sebagian ditanggung oleh pemilik lahan dan sebagian lagi ditanggung oleh petani
penggarap, tergantung dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Tetapi pada umumnya biaya, bibit, pupuk dan pengairan ditanggung oleh pemilik
lahan.
5.4 Karakteristik Petani Responden