Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Analisis Penerimaan Usahatani Padi Sawah

Biaya benih sendiri paling banyak dikeluarkan pada usahatani milik dibandingkan dengan usahatani bukan milik sakap dengan tujuan untuk menghemat biaya tunai terhadap benih. Hal ini disebabkan karena pada usahatani milik, petani menanggung semua biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pada petani penyakap, biaya benih ditanggung sepenuhnya oleh pemilik lahan ataupun tergantung pada perjanjian antara penyakap dengan pemilik lahan.

b. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Usahatani milik sempit, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp. 526.666,67 20,64 persen dari total biaya dan pada usahatani milik luas biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 130.000,00 5,84 persen dari total biaya. Sedangkan pada usahatani bukan milik sakap sempit, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja keluarga sebesar Rp. 613.500,00 17,14 persen dari total biaya dan Rp. 174.800,00 5,30 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap sempit. Perbedaan dalam penggunaan tenaga kerja dalam keluarga antara usahatani milik luas dan usahatani milik sempit terlihat begitu jelas. Usahatani milik sempit memiliki keunggulan input berupa tenaga kerja khususnya tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan pada usahatani milik luas.

c. Biaya Penyusutan dan Sewa Lahan

Umumnya petani padi sawah di Desa Karacak tidak membeli alat pertanian setiap musim tanamnya. Hal ini disebabkan alat-alat tersebut masih dapat digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan adalah hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan tersebut. Pada analisis ini diperhitungkan biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan berdasarkan pada harga beli dan umur masing- masing alat. Pada penelitian ini hanya menetapkan alat yang paling banyak dipergunakan oleh petani responden, yaitu cangkul, hand sprayer, sabit dan parang. Dari hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata petani menggunakan alat pertanian setiap hektarnya sebesar Rp. 25.259,00 0,99 persen dari total biaya pada usahatani milik sempit dan Rp39.582,00 1,77 persen dari total biaya pada usahatani milik luas, Rp. 19.151,06 0,54 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap sempit dan Rp. 45.970,04 1,40 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap luas. Biaya sewa lahan di daerah penelitian adalah Rp. 1.500.000,00hektar dalam satu tahun, sehingga dalam satu kali musim tanam biaya sewa lahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 750.000,00. Sama halnya biaya pajak lahan, maka biaya sewa lahan pun dibebankan pada petani yang berstatus sebagai pemilik lahan.

7.2.3 Total Biaya Usahatani

Berdasarkan hasil analisis biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, maka biaya total usahatani padi sawah adalah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya total yang dikeluarkan oleh masing- masing petani responden berdasarkan status kepemilikan dan luas lahan yang telah dikonversi dalam satu hektar disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Musim Tanam II 20042005, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Uraian Usahatani Milik Usahatani Bukan Milik Sakap 1 ha = 1 ha 1 ha = 1 ha Biaya Tunai a. Benih b. Pupuk Kimia c. Pupuk Kandang d. Pestisida Kimia e. Pestisida alami f. Tenaga Kerja Luar Keluarga g. Pajak Lahan h. Pengairan i. Bagi Hasil Total Biaya Tunai 56400,00 521168,00 103333,00 20280,00 5600,00 455166,67 55000,00 28000,00 0,00 124524,67 2,20 20,42 4,05 0,79 0,22 17,85 2,15 1,1 0,00 48,79 46060,00 427351,00 37150,00 17295,00 6070,00 676700,00 55000,00 28000,00 0,00 1293626,00 2,07 19,20 1,67 0,78 0,27 30,40 2,47 1,26 0,00 58,12 57800,00 424250,00 125000,00 15125,00 5390,00 173367,00 0,00 28000,00 2115958,70 2944890,70 1,62 11,86 3,49 0,42 0,15 4,84 0,00 0,78 59,14 82,29 53720,00 331958,70 83333,30 16700,00 7245,00 632613,33 0,00 28000,00 1923569,20 3077139,53 1,63 10,05 2,52 0,50 0,22 19,16 0,00 0,85 58,27 93,21 Biaya Yang Diperhitungkan a. Benih b. Sewa lahan c. Penyusutan d. Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total Biaya Diperhitungkan 4900,00 750000,00 25259,88 526666,67 1306826,55 0,19 29,39 0,99 20,64 51,21 12610,00 750000,00 39582,99 130000,00 932192,99 0,57 33,70 1,77 5,84 41,88 1000,00 0,00 19151,06 613500,00 633651,06 0,03 0,00 0,54 17,14 17,71 3300,00 0,00 45970,04 174800,00 224070,04 0,10 0,00 1,40 5,30 6,79 Total Biaya 2552074,22 100,00 2225818,99 100,00 3578541,76 100,00 3301209,57 100,00 t α =0,05 =1,833 t hitung = 1,874 t hitung = 1,985 Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa total biaya yang digunakan pada usahatani milik sempit sebesar Rp. 2.552.074,22 dengan perincian biaya tunai sebesar Rp. 1.124.5247,67 48,79 persen dari total biaya dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 1.306.826,55 51,21 persen dari total biaya dan usahatani milik luas sebesar Rp. 2.225.818,99 dengan perincian biaya tunai sebesar Rp. 1.293.626,00 58,12 persen dari total biaya dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 932.192,99 41,88 persen dari total biaya. Komponen biaya tunai yang paling besar dikeluarkan pada usahatani milik sempit adalah biaya pupuk kimia yaitu sebesar 20,42 persen dari total biaya, dan pada usahatani milik luas adalah tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar 30,40 persen dari biaya total. Sedangkan pada usahatani bukan milik sakap sempit, total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.578.451,76 dengan rincian biaya tunai sebesar Rp. 2.944.890,70 82,29 persen dari total biaya dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 633.651,06 17,71 persen dari total biaya dan pada usahatani bukan milik sakap luas sebesar Rp. 3.301.209,57 dengan perincian biaya tunai sebesar Rp. 3.077.139,53 93,21 persen dari total biaya dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 224.070,04 6,79 persen dari total biaya. Pada usahatani bukan milik sakap luas dan usahatani bukan milik sakap sempit, biaya tunai yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan biaya diperhitungkan. Dimana komponen biaya tunai yang paling besar dikeluarkan adalah biaya bagi hasil yang proporsi biayanya mencapai 60 persen dari total biaya. Sedangkan komponen biaya tunai terbesar selanjutnya adalah pupuk kimia 11,86 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap sempit. Sedangkan pada usaha tani bukan milik sakap luas, komponen biaya tunai yang paling besar dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar 19,16 persen dari total biaya. Berdasarkan uraian tersebut maka semakin luas lahan usahatani padi sawah, maka biaya total yang dikeluarkan semakin kecil. Secara absolut, selisih antara biaya yang dikeluarkan pada usahatani milik luas dan usahatani milik sempit serta pada usahatani bukan milik sakap luas dan usahatani bukan milik sakap sempit berbeda jauh. Berdasarkan hasil uji statistik, perbedaan biaya total yang dikeluarkan usahatani milik luas dan usahatani milik sempit berbeda secara nyata pada taraf nyata a = 0,05. Begitupula pada usahatani bukan milik sakap luas dan usahatani bukan milik sakap sempit berbeda secara nyata pada taraf nyata a = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan garapan berpengaruh terhadap biaya total yang dikeluarkan dalam usaha tani padi sawah.

7.3 Analisis Penerimaan Usahatani Padi Sawah

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk menentukan pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani padi sawah. Pendapatan usahatani padi sawah merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan demikian dapat dilihat sejauh mana peranan usahatani padi sawah terhadap pendapatan rumah tangga petani di daerah penelitian. Analisis ini terdiri dari analisis struktur biaya dan penerimaan usahatani padi sawah. Pengukuran penerimaan pada penelitian ini didasarkan pada hasil produksi pada Musim Tanam II Januari-April 20042005. Sedangkan biaya dihitung berdasarkan harga yang berlaku di pasar. Penerimaan usahatani padi sawah diperoleh dari hasil rata-rata panen padi pada Musim Tanam II Januari- April 20042005 dikalikan dengan rata-rata harga jual padi dalam GKP Gabah Kering Panen yang diterima oleh petani. Harga padi GKP di lokasi penelitian diberi harga Rp. 1.050,00 hingga Rp. 1.200,00. Rata- rata penerimaan dari suatu usahatani padi sawah per hektar berdasarkan status kepemilikan dan luas lahan yang digunakan pada Musim Tanam II 20042005 dapat dilihat pada Tabel 14 berikut: Tabel 14. Rata-rata Penerimaan per Hektar Usahatani Padi Sawah MT II 20042005 di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Uraian Usahatani Milik Usahatani Bukan Milik Sakap 1 hektar = 1 hektar 1 hektar = 1 hektar Produksi GKPKg 4946,67 4.659,50 4.776,33 4.246,27 Harga rata-rata 1015,00 1.050,00 1.020,00 1.025,00 Total Penerimaan 5.020.870,05 4.729.392,50 4.871.856,60 4.352.426,75 t α =0,05 =1,833 t hitung = 2,05 t hitung = 4,95 Pada Tabel 14 terlihat bahwa total penerimaan dari suatu usahatani padi sawah per hektar pada usahatani milik sempit sebesar Rp. 5.020.870,05 lebih besar dibandingkan pada usahatani milik luas yaitu sebesar Rp. 4.729.392,50. Pada usahatani bukan milik sakap sempit, total penerimaan yang diterima sebesar Rp. 4.871.856,60 lebih besar dibandingkan dengan usahatani bukan milik sakap luas yaitu sebesar Rp. 4.352.426,75. Perbedaan penerimaan yang diperoleh pada usahatani milik luas dan usahatani milik sempit berbeda secara nyata pada taraf nyata a = 0,05. Begitupula dengan usahatani bukan milik sakap luas dan usahatani bukan milik sakap sempit menunjukkan bahwa perbedaan penerimaan sebesar Rp. 519.429,95 berbeda secara nyata pada a = 0,05, dimana usahatani dengan lahan lebih sempit memiliki total penerimaan yang lebih besar.

7.4 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Pengelolaan dan Nilai Harapan Hasil Kebun Campuran (Studi Kasus di Desa Barengkok dan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang , Kabupaten Bogor)

0 6 71

Dinamika Populasi Dan Prospek Pengembangan Ayam Kampung (Studi Kasus di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

0 11 66

Analisis pendapatan usahatani padi sawah menurut sistem mina padi dan sistem non mina padi (Kasus di desa Tapos I dan Desa Tapos II, kecamatan Tenjolaya, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

5 47 191

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

PENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu kasus di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis).

0 1 9