Biaya Pestisida Kimia Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga

pada usahatani milik luas. Hal ini disebabkan harga beli pada usahatani milik sempit lebih tinggi dari pada usahatani milik luas, karena pada umumnya pada usahatani sempit membeli input dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan petani luas.

c. Biaya Pupuk Kandang

Selain pupuk kimia, petani responden juga menggunakan pupuk kandang, tetapi dalam proporsi yang sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa usahatani milik sempit dan luas, masing- masing sebesar Rp. 103.333,00 4,05 persen dari total biaya dan Rp. 37.150,00 1,67 persen dari total biaya. Sedangkan pada usahatani bukan milik sakap, biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kimia sebesar Rp. 125.000,00 3,49 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap sempit dan Rp. 83.333,30 2,52 persen dari total biaya pada usahatani bukan milik sakap luas. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa usahatani sempit menggunakan pupuk kandang yang dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan usahatani luas, dengan alasan bahwa penggunaan pupuk kandang kurang efisien apalagi persediaan pupuk kandang cukup terbatas. Pupuk kandang ini lebih banyak digunakan pada usahatani sempit dalam menutupi kekurangan penggunaan pupuk kimia.

d. Biaya Pestisida Kimia

Biaya pestisida kimia yang dikeluarkan dari total biaya pada usahatani milik sempit maupun usahatani milik luas dan usahatani bukan milik sakap sempit maupun usahatani bukan milik sakap luas secara berturut-turut sebesar Rp. 20.280,00 0,79 persen dari total biaya, Rp. 17.295,00 0,78 persen dari total biaya, Rp. 15.125,00 0,42 persen dari total biaya dan Rp. 16.700,00 0,50 persen dari total biaya. Penggunaan pestisida kimia banyak dilakukan dalam usahatani milik, karena ingin mendapatkan hasil yang terbaik bagi usahataninya. Sedangkan bagi usahatani bukan milik sakap yang relatif memiliki modal yang lebih kecil akan berfikir dua kali dalam menggunakan pestisida kimia dalam jumlah yang cukup banyak. Selain pertimbangan harganya yang cukup mahal, juga harus menanggung biaya pestisida kimia sendiri tanpa dibantu oleh pemilik lahan. Pestisida kimia lebih banyak digunakan dalam usahatani milik luas. Sedangkan pada usahatani milik sempit dan usahatani bukan milik sakap hanya sedikit dalam menggunakan pestisida kimia karena harganya yang cukup mahal, sedangkan modal yang dimiliki relatif kecil.

e. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga

Upah rata-rata buruh tani di daerah penelitian yaitu sebesar Rp. 10.000,00 hingga Rp. 12.000,00HOK dengan lama kerja rata-rata 6-7 jam. Biaya tenaga kerja upahan banyak digunakan untuk kegiatan seperti pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemanenan. Usahatani milik sempit dan usahatani milik sempit proporsi biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 455.466,00 17,85 persen dari biaya total dan Rp. 676.700,00 30,40 persen dari total biaya. Sedangkan usahatani bukan milik sakap sempit mengeluarkan biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 173.367,00 4,84 persen dari total biaya, dan pada usahatani bukan milik sakap luas sebesar Rp. 632.613,33 19,16 persen dari total biaya. Perbedaan dalam penggunaan tenaga kerja antara usahatani milik luas dan usahatani milik sempit cukup besar, hal ini disebabkan pada usahatani milik luas menggunakan tenaga kerja luar keluarga lebih besar, dimana tenaga kerja tersebut dalam melakukan kegiatan usahatani lebih efisien dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan pada usahatani milik sempit dan usahatani bukan milik sakap biasanya mengoptimalkan produktivitas dari tenaga kerja dalam keluarga karena keterbatasan modal.

f. Biaya Pajak

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Pengelolaan dan Nilai Harapan Hasil Kebun Campuran (Studi Kasus di Desa Barengkok dan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang , Kabupaten Bogor)

0 6 71

Dinamika Populasi Dan Prospek Pengembangan Ayam Kampung (Studi Kasus di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

0 11 66

Analisis pendapatan usahatani padi sawah menurut sistem mina padi dan sistem non mina padi (Kasus di desa Tapos I dan Desa Tapos II, kecamatan Tenjolaya, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

5 47 191

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

PENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu kasus di Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis).

0 1 9