BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
Usahatani padi sawah merupakan kegiatan di bidang pertanian yang mengorganisasikan alam, tenaga kerja, modal dan manajemen, yang ditujukan
untuk produksi padi. Keempat unsur, yaitu lahan yang mewakili untuk alam, tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, modal yang beraneka
ragam jenisnya serta unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani, saling terkait satu sama lain karena
kedudukannya dalam usahatani padi sama pentingnya sehingga keempat unsur tersebut tidak dapat dipisahkan.
Lahan merupakan modal utama dalam usahatani padi sawah selain tenaga kerja dalam menopang kehidupannya. Meningkatnya jumlah penduduk
mengakibatkan lahan yang dapat diusahakan untuk pertanian menjadi semakin berkurang. Berkurangnya lahan pertanian menyebabkan jumlah usahatani sempit
bertambah. Dalam usahatani, input terbagi menjadi dua macam. Pertama, input berupa
tenaga kerja, baik tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Kedua, input bukan tenaga kerja seperti benih, pupuk dan pestisida. Pada petani
miskin lahan sempit, mereka memiliki persediaan yang cukup dalam input tenaga kerja, khususnya tenaga kerja dalam keluarga. Karena lahan mereka
sempit, mereka cukup menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengelola usahataninya. Namun, petani miskin lahan sempit memiliki
keterbatasan dalam penggunaan input bukan tenaga kerja, karena pada umumnya mereka memiliki modal yang sedikit. Sehingga dalam mengelola usahataninya,
petani miskin lahan sempit akan mengoptimalkan penggunaan input tenaga kerja dalam keluarga untuk meningkatkan produksi. Sedangkan petani kaya lahan
luas, mereka tidak memiliki persediaan input tenaga kerja yang cukup dalam mengelola usahataninya, karena tidak akan efisien jika hanya mengandalkan
tenaga kerja keluarga. Maka petani kaya lahan luas akan menggunakan tenaga kerja luar keluarga karena mereka memiliki modal yang cukup untuk membayar
upah tenaga kerja. Selain itu juga petani kaya lahan luas akan mengoptimalkan penggunaan input bukan tenaga kerja seperti penggunaan benih, pupuk dan obat-
obatan dalam meningkatkan produksi. Permasalahan pertanian Indonesia tidak saja menya ngkut luas pemilikan
lahan, tetapi meliputi status pemilikan lahan. Ada gambaran yang menyatakan bahwa usahatani milik akan lebih efisien dari pada usahatani bukan milik sakap
dengan sistem bagi hasil dalam pengelolaan usahataninya. Dalam usahatani milik, petani akan menerima keuntungan bersih secara penuh sehingga petani akan
bergairah dalam mengerjakan lahan demi meningkatkan hasil yang dinikmati secara penuh tanpa potongan. Berbeda dengan usahatani bukan milik sakap yang
mengerjakan lahan dan menerima hasil setelah dikurangi bagi hasil dan biaya sarana-sarana produksi. Dalam usahatani bukan milik sakap, petani akan
bergairah dalam meningkatkan produksinya tergantung pada perjanjian bagi hasil antara pemilik lahan dengan penggarap.
Dalam usahatani bukan milik sakap, petani akan berusaha meningkatkan produksi jika sistem bagi hasilnya menguntungkan. Tetapi kenyataannya sistem
bagi hasil lebih menguntungkan bagi pemilik lahan. Selain itu, pendapat kurang efisiennya sistem bagi hasil disebabkan ole h pandangan bahwa petani bukan
milik sakap tidak memiliki kebebasan dalam memilih berbagai input yang digunakan dalam usahataninya, tetapi pilihannya dibatasi oleh kemungkinan
pemberhentian apabila hasilnya tidak memuaskan pemilik lahan. Petani bukan pemilik penyakap juga pada umumnya kurang mempunyai modal dan
kemampuan yang cukup dalam mengelola usahataninya, sehingga peluang untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani pun kecil.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan dan profitabilitas pada usahatani padi sawah dengan mengambil sampel petani yang telah
distratifikasi berdasarkan status kepemilikan lahan menjadi petani milik dan petani bukan milik sakap. Kemudian masing- masing populasi tersebut
distratifikasi lagi berdasarkan luas lahan garapan menjadi petani milik luas, petani milik sempit, petani bukan milik sakap luas dan petani bukan milik sakap
sempit. Dalam penelitian ini tidak memasukkan petani dengan status kepemilikan sewa, karena melihat kondisi di lapangan yang lebih dominan petani penyakap.
Dari masing- masing sub populasi tersebut akan dianalisis tingkat pendapatan dan profitabilitas usahataninya untuk melihat sejauh mana pendapatan yang diperoleh
dari usahatani padi sawah yang dilakukan berdasarkan luas dan status kepemilikan lahan, serta apakah usahatani yang dilakukan oleh petani tersebut cukup
menguntungkan atau justru kebalikannya. Untuk kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
Status kepemilikan Lahan
Luasan lahan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Petani padi sawah
Usahatani Milik Usahatani Bukan
Milik sakap
Luas = 1
Sempit 1 Ha
Luas = 1 Ha
Sempit 1 Ha
Analisis Profitabilitas Usahatani
Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani
KEUNTUNGAN MAKSIMUM
BAB IV METODE PENELITIAN