6.1.3 Penanaman
Belum tersedianya saluran irigasi yang memadai menyebabkan penanaman padi tandur di Desa Karacak tidak dapat dilakukan secara serempak. Apabila
dilakukan secara serempak, maka akan menyebabkan beberapa lahan petani kekurangan air sehingga berdampak terhadap produktivitas tanaman yang
dihasilkan. Oleh karena itu, penanaman padi di Desa Karacak tidak dilakukan secara serempak karena petani tidak mau mengambil resiko lahannya menjadi
kekurangan air. Namun, dampaknya tanaman padi mudah terserang hama tikus dan keong mas, akibatnya produksi menjadi menurun.
Pada penanaman padi ini petani menggunakan jarak tanam 25 x 25 cm dengan jumlah bibit per lubang tanam sebanyak tiga hingga lima batang. Namun
sekarang ini sedang coba diterapkan jarak tanam Legowo, yaitu pola penanaman dengan jarak tanam 12,5 x 25 cm. Karena berdasarkan hasil penelitian, jarak
tanam ini memberikan hasil produksi yang lebih besar dibandingkan dengan jarak tanam sebelumnya.
6.1.4 Penyiangan
Penyiangan ngarambet merupakan kegiatan pencabutan gulma dan pembersihan pematang sawah dari rumput. Kegiatan ini biasanya dilakukan
sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Penyiangan pertama dilakukan petani ketika tanaman berusia 15 – 20 hari setelah tanam. Sedangkan penyiangan kedua
dilakukan diantara kegiatan pemupukan I dan pemupukan II atau ketika tanaman berusia 30 – 40 hari setelah tanam.
Biaya penyiangan biasanya dibayarkan dalam dua bentuk, yaitu tunai dan non tunai. Bentuk tunai yaitu biaya yang dikeluarkan dalam bentuk upah kerja
sebesar Rp. 10.000,00 hingga Rp. 12.000,00orang dalam satu hari penuh. Sedangkan bentuk non tunai yaitu biaya yang dikeluarkan dalam bentuk gabah
kering panen GKP seberat 2-3 Kgorang setelah panen selesai.
6.1.5 Pemupukan
Sistem pertanian padi sawah di Desa Karacak pada umumnya menggunakan pupuk kimia dengan jenis Urea, TSP atau SP-36 dan KCl.
Disamping itu, adapula petani yang menggunakan pupuk kandang. Jenis pupuk dan dosis yang digunakan oleh petani masih belum sesuai dengan anjuran
pemerintah yaitu harus menggunakan pupuk Urea, TSP atau SP-36, KCl dan ZA dengan dosis berturut-turut sebesar 200 Kg, 100 Kg dan 100 Kg per hektar lahan
per musim tanam. Sebagian besar petani hanya menggunakan pupuk Urea dan TSP atau SP-36 saja, sedangkan yang menggunakan KCl dan ZA hanya beberapa
orang saja. Masalah penggunaan pupuk yang belum berimbang ini bukan berarti
bahwa petani tidak tahu sama sekali tentang aturan dosis pupuk berimbang. Sebenarnya petani telah mengetahui dosis penggunaan pupuk berimbang per
hektar dari PPL ataupun dari penanggung jawab kelompok tani. Namun, yang menjadi kendala para petani untuk menerapkan penggunaan pupuk berimbang
adalah:
1 Anggaran petani untuk modal usahatani cukup kecil dan tidak tentu setiap
musimnya 2
Harga pupuk yang berubah-ubah dan relatif cukup mahal bila dibandingkan dengan harga gabah kering
3 Pupuk tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
Kegiatan pemupukan di Desa Karacak dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali. Pemupukan pertama, untuk yang melakukan tiga kali pemupukan adalah
ketika tiga hari sebelum dilakukan penanaman. Sedangkan untuk yang melakukan pemupukan sebanyak dua kali, biasanya waktu pemupukannya adalah ketika
tanaman berusia 20 hari setelah tanam atau sama dengan waktu pemupukan kedua untuk yang melakukan tiga kali pemupukan. Pada kegiatan pemupukan ini, petani
melakukannya dengan cara ditebarkan. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk Urea, KCl dan pupuk kandang.
6.1.6 Pengendalian Hama dan Penyakit