3 Tatap Muka
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Interaksi ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini yaitu menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing- masing.
4 Komunikasi Antaranggota
Unsur ini menghendaki agar para sisa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat
dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5 Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2.1.7.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas
Aronson. Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi 2010: 94
mengatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan
kelompok awal di mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda untuk setiap anggota. Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang
terbentuk dari sekumpulan anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama.
Priyanto dalam Wena 2009: 194-5, menyebutkan ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu:
1 Pembentukan Kelompok Asal
Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam pembelajaran. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota
dengan kemampuan yang heterogen. 2
Pembelajaran pada Kelompok Asal Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok
asal. Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya yang dikerjakan secara individual.
3 Pembentukan Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, kemudian
masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
4 Diskusi Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap
anggota kelompok ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan
yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 5
Diskusi Kelompok Asal Induk Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal
masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi
keahliannya kepada anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan
giliran. 6
Diskusi Kelas Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
7 Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai
kelompok.
8 Pemberian Penghargaan Kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat langkah ke-8 yaitu adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang unggul. Hal ini
dimaksudkan untuk memotivasi siswa agar semakin giat dalam belajar. Untuk menentukan kelompok yang unggul tersebut dilakukan dengan menghitung skor
kelompok yang didapat dari hasil kuis. Skor kelompok tersebut merupakan sumbangan skor perkembangan individu dari setiap anggota kelompok. Menurut
Asma 2006: 120, prosedur penyekoran kuis yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1. Prosedur Penyekoran Kuis Langkah 1
Menetapkan skor dasar Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini
Langkah 3 Menghitung skor perkembangan
Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor yang lalu.
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran
terkini
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya
ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui
skor dasar mereka, dengan menggunakan skala.
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 poin di bawah sampai 1 poin di
bawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin di atas skor
dasar Lebih dari 10 poin skor dasar
Pekerjaan sempurna 0 poin
10 poin 20 poin
30 poin 30 poin
Menurut Asma 2006: 54 untuk menghitung skor tim atau kelompok dapat dihitung rata-rata perolehan skornya dengan rumus:
N =
Berdasarkan rata-rata skor tim, diperoleh tiga tingkatan penghargaan yang diberikan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2. Tingkatan Penghargaan Kelompok Kriteria Rata-rata tim
Penghargaan 15
20 25
KELOMPOK BAIK KELOMPOK HEBAT
KELOMPOK SUPER
2.1.9 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam