angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, moral, dan sebagainya. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami
jika siswa melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pemahaman guru terhadap karakteristik siswa SD dapat dijadikan titik awal atau pedoman dalam merancang pembelajaran di SD, agar
tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa itu sendiri.
2.1.7 Pembelajaran IPS
Dalam subbab ini akan dibahas tentang pengertian IPS dan pembelajaran IPS SD. Berikut merupakan paparan selengkapnya.
2.1.6.1 Pengertian IPS
IPS menurut Jarolimek adalah “mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya”. Sementara menurut Michaelis, “IPS
dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan” Masitoh, Susilo, dan
Soewarso 2010: 1. Selanjutnya Nasution dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso 2010: 1, menegaskan lagi bahwa:
IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan
fisik maupun lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi,
sosiologi, politik dan psikologi sosial.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran atau bidang ilmu pendidikan yang di dalamnya mengkaji
tentang manusia beserta interaksinya dalam lingkungan hidupnya, baik interaksi dengan sesama manusia lingkungan sosial maupun dengan lingkungan fisik.
2.1.6.2 Pembelajaran IPS SD
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD. Fungsi mata pelajaran IPS di SD menurut Hernawan dkk 2008: 8.29, yaitu
“untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari, serta
menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini”. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembelajaran IPS di SD yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, seperti yang dikutip Mukayanah
2009: 1
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam kehidupan sosial,
3 Memiliki komitmen serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, 4
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional, dan global. Pembelajaran IPS di SD dalam pelaksanaannya harus memperhatikan
kebutuhan anak usia SD yang pada umumnya berada pada rentang usia 6-12 tahun. Anak dalam rentang usia 7-11 tahun menurut Piaget dalam
Mangkoesapoetra 2005, berada dalam perkembangan kemampuan
intelektualkognitif pada tingkatan operasional konkret. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang
sebagai waktu yang masih jauh. Mereka hanya mempedulikan waktu sekarang konkret dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami abstrak.
Padahal bahan materi IPS yang nantinya mereka pelajari, penuh dengan pesan- pesan yang bersifat abstrak. Untuk itu, sesuai dengan karakteristik anak dan IPS
SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru
yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, seharusnya meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi. Sesuai pernyataan Powers dalam Makewa, Role, dan Genga 2011, bahwa “a good teacher is one who looks for effective and different methods to
generate interest and enthusiasm among the students that he or she teaches ”.
Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa seorang guru yang baik adalah orang yang mampu mencari metode yang berbeda dan efektif untuk membangkitkan
minat dan antusias siswa terhadap hal yang sedang diajarkannya. Misalnya dengan menyajikan materi melalui penerapan model cooperative learning tipe
jigsaw, role playing , membaca sajak, buku novel, atau surat
kabarmajalahjurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menyajikan pembelajaran IPS SD dengan
menarik dan menciptakan suasana belajar IPS yang diminati siswa.
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw