jigsaw. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut:
2.1.7.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto 2009: 22, adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Sementara Joyce dan Weil dalam Abimanyu dkk 2008: 2.4, menjelaskan model pembelajaran sebagai berikut:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Amri dan Ahmadi 2010: 190, menyederhanakan bahwa “model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”.
Dari ketiga pendapat tentang model pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah suatu kerangkapola
gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan yang didalamnya memuat langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai
pedoman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.1.7.2 Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. “Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” Isjoni 2010: 15. Cabrera et al. dalam McWey, Henderson, dan Piercy 2006, memberikan
definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “Cooperative learning CL has been identified as an effective pedagogical strategy that promotes a variety of
positive cognitive, affective, and social outcomes ”. Definisi tersebut mengandung
pengertian bahwa pembelajaran kooperatif CL diidentifikasikan sebagai strategi pedagogis yang efektif yang mempromosikan berbagai hasil pengetahuan, sikap,
dan sosial yang positif. “Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya” Trianto 2009: 56. Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam Solihatin dan Raharjo 2008: 5, yang mengatakan bahwa “model pembelajaran
cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem
kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar”. Asma 2006: 6-7, menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif
ditandai dengan adanya ciri-ciri seperti 1
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan meteri belajarnya,
2 Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah, 3
Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin berbeda-beda, dan
4 Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu. Johnson dan Johnson dalam Trianto 2009: 57, menyatakan bahwa
“tujuan pokok belajar kooperatif yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok”. Sementara itu, Stahl menambahkan keuntungan belajar
kooperatif yaitu di samping memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajarnya, juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik itu
keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,
bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas Isjoni 2010: 23.
Roger dan Johnson dalam Lie 2004: 31-7, menyebutkan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat
mencapai tujuan mereka. 2
Tanggung Jawab Perorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Guru yang efektif dalam model
pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3 Tatap Muka
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Interaksi ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini yaitu menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing- masing.
4 Komunikasi Antaranggota
Unsur ini menghendaki agar para sisa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat
dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5 Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2.1.7.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw