mengulas kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep
pada siswa; pemberian kuis, yaitu guru memberikan kepada siswa kuis seputar materi diskusi yang harus dikerjakan secara individu. Nilai yang
diperoleh masing-masing anggota kelompok asal, dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok; dan yang terakhir pemberian
penghargaan kelompok, yaitu kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.
2.1.8.3 Penutup Pembelajaran
Beberapa kegiatan dalam tahap penutup pembelajaran, meliputi 1 siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran; 2 guru memotivasi belajar
siswa; dan 3 penutup pembelajaran.
2.2 Kajian Empiris
Penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Salah satunya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif Ashiddiqi pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera Manusia
melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah Dasar Watesalit 02 Batang”. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa penerapkan model jigsaw dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase tuntas belajar klasikal, dari 66,67
dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 68,83 pada siklus I, menjadi 90 dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 75,33 pada siklus II. Selain itu, juga terjadi
peningkatan aktivitas siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Aktivitas
siswa secara perorangan dari 68,04 pada siklus I, meningkat menjadi 90 pada siklus II. Sementara aktivitas siswa secara kelompok dari 83,03 pada siklus I,
meningkat menjadi 98 pada siklus II. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pungkas Astiti pada tahun 2011
dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di SD Negeri
Padasugih 1 Brebes”. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas V yang memperoleh pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan yang tidak. Pada kelas eksperimen atau kelas yang pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw diperoleh hasil penelitian yang berupa rata-rata hasil belajar sebesar 78,14, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 70,30. Oleh karena itu, dari
dua penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Untuk itu, peneliti mencoba menggunakan kembali model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif
Ashiddiqi, di mana jenis penelitian dan model pembelajaran yang digunakan itu sama, yang membedakan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw
pada mata pelajaran yang diajarkan. M. Hanif Ashiddiqi menerapkan jigsaw pada mata pelajaran IPA, sedangkan peneliti menerapkannya pada mata pelajaran IPS.
Sementara kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pungkas Astiti yaitu mulai dari penerapan model pembelajaran sampai pada materi pelajaran yang diajarkan, dan yang membedakan yaitu jenis penelitian
yang digunakan. Pungkas Astiti menggunakan jenis penelitian eksperimen, sedangkan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas.
2.3 Kerangka Berpikir