160 untuk penggunaan lahan untuk kebunladang yang dominan diusahakan oleh
masyarakat di kedua eks-areal HPH adalah usahatani kelapa sawit dan karet. Tabel 50 menyajikan hasil analisis biaya manfaat yang terdiri dari analisis
finansial dan ekonomi masing-masing praktik penggunaan lahan eks-areal HPH, meliputi: 1 perkebunan kelapa sawit PT. Alno Agro Utama yang telah
memanfaatkan eks-areal MJRT, 2 perkebunan kelapa sawit masyarakat di eks- areal MJRT, dan 3 perkebunan karet masyarakat di eks-areal RKI. Dari hasil
analisis finansial, ketiga praktik penggunaan lahan eks-areal HPH memperlihatkan penampilan yang baik. Sedangkan dari hasil analisis ekonomi dengan
memasukkan biaya imbangan penggunaan lahan, ternyata hanya pengusahaan kebun karet yang dikelola oleh masyarakat memperlihatkan penampilan
meyakinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
6.3.1. Perkebunan Kelapa Sawit yang Dikelola Swasta
Berdasarkan hasil analisis finansial pada Tabel 50, terlihat bahwa pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh PT. Alno Agro Utama
menunjukkan penampilan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang positif, serta nilai IRR yang lebih besar dari suku bunga nominal 16 persen dan
nilai rasio BC yang lebih besar dari satu. Perusahaan akan mendapat keuntungan bersih sebesar Rp 18 145 715 600, selama jangka waktu analisis 25 tahun pada
faktor diskonto suku bunga nominal sebesar 16 persen. Nilai IRR=20.23 persen menunjukkan sampai tingkat bunga tersebut kredit yang ditawarkan oleh
perbankan masih menguntungkan. Nilai rasio BC sebesar 1.21 berarti investasi satu rupiah pada suku bunga 16 persen akan memberikan pengembalian sebesar
Rp 1.21. Dengan demikian dari sudut pandang perusahaan private, serta tanpa mempertimbangkan biaya lingkungan atau biaya sosial yang ditimbulkan,
161 perkebunan kelapa sawit PT. Alno Agro Utama memberikan dampak yang positif
dalam bentuk keuntungan kepada perusahan dalam jumlah yang besar. Tabel 50. Ringkasan Hasil Analisis Finansial dan Ekonomi Praktik Penggunaan
Lahan Eks-Areal HPH Menjadi Usahatani Tanaman Komersial
No Pengelolaan Analisis Finansial
Analisis Ekonomi NPV
Rp 000 IRR
BC NPV
Rp 000 IRR
BC 1
Perkebunan Kelapa Sawit
18.145.715,60 20.35 1.21 170.103.166,14 3.21 0.77
2 Kebun Kelapa
Sawit Masyarakat 72.078,95 36.12
2.74 113.644,34 2.54 0.44
3 Kebun Karet
Masyarakat 20.422,27 24.41
1.57 10.049,23 6.81 1.04
Sumber: Hasil Analisis Finansial dan Ekonomi 2006
Namun, dari hasil analisis ekonomi yang menginternalisasi biaya lingkungan atau biaya sosial kedalam struktur biaya perusahaan cash flow,
pengusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Alno Agro Utama memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan.
Seperti terlihat pada Tabel 50, pengelolaan perkebunan kelapa sawit menunjukkan penampilan yang kurang baik karena nilai NPV tercatat sebesar minus
Rp 170 103 166 140. Hal ini menunjukkan bahwa dari sudut pandang ekonomi lingkungan, praktik penggunaan lahan eks-areal MJRT untuk perkebunan kelapa
sawit akan memberikan kerugian ekonomi kepada masyarakat secara bersama- sama dalam suatu perekonomian. Dampak negatif ini ditimbulkan dari praktik
penggunaan lahan eks-areal MJRT untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas areal mencapai 5 578 ha yang telah dilakukan dalam kurun waktu 1994-1996.
Tingkat IRR perkebunan sawit sangat kecil yakni 3.21 persen yang menunjukkan tingkat pengembalian ekonomi jauh di bawah tingkat suku bunga nominal kredit
yang berlaku dewasa ini 16 persen. Rasio BC pada perkebunan kelapa sawit
162 sebesar 0.77 yang menunjukkan nilai sekarang arus manfaat lebih kecil dari nilai
sekarang arus biaya.
6.3.2. Pengusahaan Kebun Kelapa Sawit yang Dikelola Masyarakat