Telaah Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

30

2.5. Telaah Penelitian Terdahulu

Kim 2002, dalam penelitiannya mengenai nilai ekonomi hutan tropika di Indonesia, memperhitungkan biaya sosial dalam analisis biaya manfaat eksploitasi hutan tropika. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan nilai ekonomi total dengan menggunakan teknik pemindahan manfaat benefit transfer. Komponen dan besarnya biaya-biaya itu antara lain: biaya kerusakan tegakan tinggal Rp 609 963.88ha, biaya kerusakan hasil hutan non-kayu Rp 230 474hatahun, biaya penurunan jasa penyimpanan karbon Rp 9 048 000hatahun, biaya kehilangan nutrien tanah hidro-orologis sebesar Rp16 623.85hatahun, biaya penurunan indeks biodiversitas Rp 37 891hatahun, biaya penurunan nilai pilihan Rp 3 000hatahun, dan biaya penurunan nilai keberadaan Rp 9 000hatahun, sedangkan nilai warisan tidak dihitung oleh Kim dalam penelitiannya. Hodgson and Dixon 1988, menduga salah satu biaya imbangan non pasar penebangan kayu komersial, yakni potensi kehilangan manfaat perikanan dan daerah resapan air. Jonish 1992, mengevaluasi biaya imbangan penerapan pengelolaan hutan berkelanjutan di Malaysia, berupa potensi kehilangan pekerjaan pada industri kayu. Loomis et al. 1989, menghitung biaya imbangan konversi lahan menjadi perumahan di California, berupa kehilangan kesempatan berburu dan melihat rusa. Saastamoinen 1992, mengevaluasi kehilangan manfaaat kayu komersial dari preservasi hutan di Filipina. Howard 1995, melakukan evaluasi ekonomi terhadap pengelolaan kawasan lindung. Estimasi indirect benefits dihitungnya menggunakan data sekunder tentang produksi ikan, biaya penanaman hutan dan emisi karbon. Option value diestimasi dengan manfaat komersial dari genetic material. Data tambahan biaya diperoleh dari pengeluaran pemerintah dan kontribusi keuangan 31 internasional untuk kawasan lindung. Opportunity costs diperoleh dari estimasi keuntungan bersih terhadap pembangunan pedesaan dan pertanian. Indirect benefits dan non use benefits diestimasi dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi untuk mengestimasi nilai jasa perlindungan daerah tangkapan air watershed protection. Karena sumber air merupakan bagian penting dari sistem hidrologi dan mengatur volume dan kualitas air di daerah bawahan, maka hutan sangat mendukung industri perikanan. Nilai jasa perlindungan daerah tangkapan air ini diasumsikan sama dengan nilai kontribusi industri yang tergantung dengan sumber air tersebut. Jasa hutan sebagai penyerap karbon dinilai dengan menggunakan dua teknik: biaya kerusakan yang dihindari dan biaya pengganti. Pada pendekatan pertama, jasa dinilai sekitar US 17 jutatahun. Penggunaan biaya penggantian jasa penyerapan karbon bernilai US 20 jutatahun. Option value diduga dengan menggunakan pemanfaatan untuk keperluan farmasi US 0.40 jutaha hutan rain forest dan US 0.20 jutaha savannah dan wetland serta pemanfaatan untuk bahan genetik US 1.5 juta. Untuk analisa ekonomi, biaya-manfaat non-pasar dan biaya imbangan dari area yang diproteksi diperhitungkan oleh Howard. Manfaat non-pasar dibaginya menjadi direct dan indirect use values dan option value. Direct use untuk kayu dan hasil hutan non kayu HHNK yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal diperkirakan berdasarkan hasil survei sekitar US 74 jutatahun. Direct use benefits dari turis menyediakan tambahan sebesar US 16 jutatahun. Indirect benefits dari jasa lingkungan hutan yang dihitung untuk penyerapan karbon carbon sequestration mencapai US 17 jutatahun dan watershed protection 32 US 14 jutatahun. Option value lebih dari US 2 juta, berdasarkan pada pengeluaran perusahaan farmasi dan agro-chemical untuk penggunaan materi genetik yang dilindungi. Dari sisi biaya, tambahan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah US 3 jutatahun, opportunity cost per tahun dalam bentuk manfaat yang hilang dari kegiatan pertanian dan pedesaan US 111 juta dan biaya langsung dari kerusakan tanaman dan ternak US 76 juta. Sebagai tambahan, dalam analisa ekonomi pengeluaran negara donor harus diperhitungkan sebagai biaya. Dengan memperhitungkan seluruh biaya dan manfaat, Howard mengestimasi total nilai sistem kawasan lindung menjadi negatif US 1.08 milyar, atau negatif US 332ha. Howard juga menemukan bahwa masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan mengalami kerugian sekitar US 135rumah tanggatahun sedangkan maanfaat yang diperoleh berkisar antara US 30 hingga US 136rumah tanggatahun. Sedangkan manfaat dari ikan tidak ada biaya yang diestimasi, melainkan manfaat dari jasa proteksi daerah tangkapan air. Analisis finansial yang dilakukan oleh Howard menghasilkan NPV yang positif yakni US 37.2ha, sedangkan analisa ekonomi menghasil NPV negatif yakni US 332.4ha. Hasil ini memperlihatkan bahwa terjadi kerancuan dalam insentif finansial yang dihadapi oleh pemerintah dan opportunity cost yang besar berkenaan dengan kawasan lindung dengan kepadatan yang tinggi. Rekomendasi kebijakan yang diusulkan berkenaan dengan upaya bagaimana agar kesejahteraan yang diperoleh lebih besar dari biaya kawasan. Studi yang dilakukan oleh Howard ini mendapat respon dari Bishop 1999, bahwa analisis yang dilakukan oleh Howard hanya melihat hutan lindung 33 dari perspektif makro sehingga beberapa kawasan lindung lebih mudah dijustifikasi dalam bentuk ekonomi dibandingkan yang lainnya, misalnya manfaat yang hilang dari kegiatan pertanian yang mengakibatkan kesuburan lahan menjadi lebih rendah atau remote areas. Isu sustainability tidak dianalisis secara eksplisit, demikian pula kasus ekstraksi kayu dan HHNK, serta kasus perhitungan manfaat yang hilang dari kegiatan pertanian atau pedesaan. Degredasi tanah sebaiknya menjadi perhatian jika kawasan lindung dikonversi menjadi peruntukan lain, misalnya untuk pertanian. Elaborasi kemungkinan yang lain meliputi sensitivity analysis untuk menguji kesahihan hasil perubahan tertentu pada asumsi kunci, shadow pricing of marketted items dan penggunaan suku bunga sosial pada analisis ekonomi mempertimbangkan penggunaan langsung yang lainnya misalnya air minum yang bersih dari kawasan lindung. Untuk keperluan dugaan hasil hutan non-kayu, menarik untuk menyimak studi yang dilakukan oleh Chopra 1993, di hutan tropika di India. Dalam penelitiannya, Chopra mengetengahkan analisa finansial biaya-manfaat hutan non kayu terhadap hutan tropis basah dan hutan tropis kering dari hutan sekunder berdasarkan nilai total ekonomi. Analisa meliputi nilai manfaat langsung dan tak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Suku bunga yang digunakan adalah 12 persen selama 30 tahun waktu perencanaan, digunakan untuk menghitung net present value NPV. Metode valuasi yang digunakan adalah teknik pasar dan non-pasar market and non market based techniques. Hasil studi ini menunjukkan bahwa jumlah nilai guna langsung dan tak langsung dari hutan yang diestimasi diperkirakan antara US 220hatahun dan US 357hatahun. 34 Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pengelolaan hutan, Gunatilake et al. 1993, menduga manfaat ekonomi hutan berdasarkan kegiatan masyarakat di sekitar kawasan hutan negara di Srilangka. Metode harga pasar produk atau harga barang substitusi digunanakan untuk menilai HHNK utama yang dieksploitasi oleh masyarakat lokal. Sementara itu pendekatan sistem bercocok tanam digunakan untuk menjelaskan seluruh kegiatan ekonomi masyarakat serta untuk menduga pendapatan bersih dan pendapatan non-moneter tanpa memasukkan ongkos tenaga kerja dalam keluarga. Harga produk di lokasi usahatani dan hutan farm and forest gate price digunakan untuk mengestimasi pendapatan, disesuaikan dengan ongkos transpor ke lokasi. WTP digunakan untuk menilai tanaman obat-obatan. Hasil studi ini mengungkapkan bahwa HHNK tidak termasuk rumput menyediakan US 253rumah tanggatahun, atau sama dengan 16.2 persen dari total pendapatan. Return untuk kawasan dari pengambilan HHNK sekitar US 92hatahun, dibandingkan US 399 dan US 1 034hatahun, masing-masing untuk kegiatan bercocok tanam dan produksi kapulaga cardamom. Hadker et al. 1997, yang menduga WTP penduduk untuk konservasi kawasan lindung Borivli menarik pula untuk disimak. Survei dilakukan di lima kawasan yang padat dan mengalami ancaman perambahan dan deforestasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan metode Contingent Valuation dengan memakai formulasi pilihan double-bounded dichotomous dimana responden ditawarkan dua jumlah penawaran secara berurutan, penawaran keduanya tergantung dari respon terhadap penawaran yang pertama. Hasil penelitian ini menemukan bahwa rata-rata WTP rumah tangga 35 yang diestimasi mencapai US 0.23bulan atau secara agregat memiliki present value sekitar US 31.6 juta, dimana jauh di atas budget sekarang untuk memelihara kawasan yakni sebesar US 20 000 juta. Sementara itu, Prasanthi et al. 1999, yang juga menggunakan CVM, melakukan dugaan nilai penggunaan dan bukan penggunaan hutan hujan tropis seluas 9 000 ha di Srilangka. Nilai ekonomi yang dipertimbangkan meliputi nilai penggunaan dan nilai bukan penggunaan dalam upaya menghitung nilai total ekonomi hutan lindung. Nilai kegunaan meliputi manfaat langsung yang berasal dari ekstraksi produk hutan, non-consumptive uses seperti rekreasi, dan manfaat tidak langsung dari jasa lingkungan hutan lindung dan digabungkan dengan pertanyaan WTP tunggal. Dalam penelitian ini digunakan open-ended CVM yang merupakan bagian dari WTP individu terhadap nilai kegunaan dan bukan kegunaan termasuk nilai keberadaan exiestence values. Walsh et al. 1990, menyajikan studi kasus manfaat pelestarian dari pemanfaatan hutan secara intensif di negara bagian Colorado, USA, termasuk isu- isu penurunan kualitas. Nilai yang dihitung menggunakan CVM, dan hasilnya diuji dengan berbagai kemungkinan pengaruh atau bias. Nilai ekonomi yang dipertimbangkan antara lain nilai kegunaan langsung rekreasi, nilai pilihan dan nilai bukan kegunaan nilai keberadaan dan warisan. Total WTP per tahun rata- rata US 47rumah tangga dengan tingkat kepercayan 95 persen sebesar US 32 hingga US 62. Nilai bukan kegunaan pelestarian direpresentasikan mendekati ¾ dari total manfaat, dan keinginan mereka meningkatkan manfaat diestimasikan lebih dari 2 kali dan ½ kali dari nilai rekreasi itu sendiri. 36 Penelitian mengenai nilai manfaat hutan tropika juga dilakukan oleh Chomitz and Kumari 1998, yang melakukan dugaan terhadap perubahan nilai manfaat hidrologis dan hasil hutan non-kayu kawasan hutan. Nilai manfaat hidrologis yang diperhitungkan berasal dari dampak perubahan penggunaan lahan, diantaranya adalah: erosi dan sedimentasi, kerusakan dam, produksi ikan, suplai air dan kekeringan. Chomitz and Kumari menyimpulkan antara lain bahwa pelestarian hutan menghasilkan manfaat domestik yang substansial dalam mengurangi erosi yang dihasilkan dari berbagai perubahan seperti pembangunan jalan, tanaman tahunan, semak belukar, dimana kawasan yang dipengaruhi berdampak langsung terhadap arusaliran, reservoir, dan daerah tangkapan air yang dipengaruhi adalah kecil, curam, dan rawan erosi. Cruz et al. 1988 dalam Chomitz and Kumari 1998, melaporkan erosi di sekitar dam Pantabangan, Filipina mengakibatkan kerugian sebesar US 4hatahun sebagai akibat alih fungsi hutan. Proteksi hutan akan menyediakan manfaat lebih kurang US 80ha pada tingkat suku bunga 5 persen. Mengenai nilai manfaat proteksi hutan ini juga dilaporkan oleh Shahwahid et al. 1997, yang melakukan penelitian di Hulu Langat Forest Reserve, Malaysia, bahwa proteksi hutan menghasilkan manfaat sebesar US 44hatahun. Biaya imbangan larangan penebangan kayu komersial sekitar US 1 400ha. Dengan demikian manfaat bersih dari proteksi hutan adalah US 1 356ha. Eade and Moran 1996, dalam penelitiannya menyajikan aset lingkungan dalam dua dimensi, yakni dalam bentuk ”peta-peta nilai ekonomi” termasuk nilai non-pasar. Tujuannya adalah untuk mengestimasi efek spasial perubahan nilai ekonomi pada peta-peta tersebut dan melakukan penilaian dengan menggunakan 37 geografical information system GIS. Metode yang digunakan dalam menduga total nilai ekonomi kawasan konservasi Rio Bravo, Brazil ini adalah dengan memanfaatkan GIS dan menghitung nilai ekonomi aset lingkungan tersebut dengan menggunakan teknik benefit transfer. Nilai ratio, interval atau nominal aset lingkungan ini dikalikan dengan nilai manfaat aset lingkungan pada tempat lain dengan menggunakan teknik benefit transfer menghasilkan nilai aset lingkungan yang bersangkutan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total nilai ekonomi aset-aset lingkungan kawasan Rio Bravo adalah antara US 43.35 sampai dengan US 2 000.55sel.

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS