Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Perubahan fisik kawasan hutan eks-areal hutan konsesi di sekitar daerah penyangga TNKS telah mengakibatkan pengurangan luas tutupan hutan di kawasan ini tidak saja akibat penggunaan lahan paska pengelolaan HPH tetapi juga sejak masih dalam pengelolaan HPH. Jenis penggunaan lahan yang dominan antara lain adalah: perkebunan kelapa sawit swasta, ladangkebun masyarakat, dan penggunaan lahan oleh masyarakat di sekitar kawasan yang memperbanyak luasan semak belukar, tanah terbuka dan alang-alang. 2. Kondisi topografi, terbukanya akses ke dalam kawasan hutan dan kurangnya pengawasan merupakan faktor utama yang mendorong terjadinya penggunaan lahan eks-areal HPH di sekitar daerah penyangga TNKS. Hal ini terlihat dari jenis penggunaan lahan terhadap hutan bekas tebangan yang lebih banyak dibandingkan dengan hutan primer. 3. Pada eks-areal HPH yang berjarak relatif jauh dengan kawasan TNKS, tidak ditemukannya adanya penggunaan lahan yang telah memasuki kawasan TNKS. Sedangkan pada eks-areal HPH yang relatif dekat dengan kawasan TNKS, penggunaan lahan untuk perkebunan tanaman komersial dan ladang masyarakat telah masuk cukup jauh ke kawasan TNKS, sehingga menimbulkan tekanan terhadap kawasan lindung ini. 4. Biaya imbangan opportunity cost penggunaan lahan bekas tebangan menjadi perkebunan kelapa sawit yang dikelola swasta merupakan yang paling besar, yakni mencapai Rp 191 427 700hatahun. Sementara biaya imbangan penggunaan lahan hutan bekas tebangan menjadi ladangkebun masyarakat, 184 yakni mencapai Rp 118 842 600hatahun. Dari biaya imbangan tersebut, kehilangan unsur hara merupakan kerugian ekonomi paling menyolok yakni rata-rata 80 hingga 90 persen. 5. Pengusahaan kelapa sawit yang menggunakan eks-areal HPH, baik yang dilakukan oleh swasta maupun masyarakat secara finansial menunjukkan kinerja yang baik. Namun secara ekonomi dengan melakukan internalisasi biaya lingkungan ke dalam cash flow usahatani, pengusahaan perkebunan kelapa sawit menunjukkan kinerja atau penampilan yang buruk. Sedangkan pengusahaan kebun karet yang dikelola oleh masyarakat di sekitar eks-areal HPH baik secara finansial maupun ekonomi menunjukkan kineja yang baik. Hal ini menunjukkan usahani ini memiliki kemampuan untuk menjembatani kepentingan konservasi dan peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan. 6. Penerapan sistem agroforestri dalam upaya rehabilitasi lahan kritis di eks-areal hutan konsesi sejalan dengan preferensi masyarakat di sekitar kawasan eks- areal HPH. Dari perspektif ekonomi sistem ini layak untuk dikembangkan karena karena memiliki potensi untuk meningkatkan jasa ekosistem kawasan hutan tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga dapat mendukung konservasi lahan dan melindungi kawasan TNKS. 7. Penambahan luas lahan pada alternatif pengelolaan agroforestri memberikan memberikan dampak positif paling besar bagi masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan jika dibandingkan dengan kedua alternatif lainnya. Selain itu, penurunan suku bunga kredit usahatani dan peningkatan harga juga memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 185 7.2. Saran 7.2.1. Implikasi dan Rekomendasi