Jangka waktu Penentuan suku bunga Analisis sensitivitas

90 Dalam penelitian ini, sangat diperhatikan prinsip-prinsip penerapan analisis finansial dan analisis ekonomi dalam mengevaluasi kegiatan penggunaan lahan eks-areal HPH menjadi areal perkebunan. B benefit pada analisis finansial, merupakan pendapatan dari usahatani perkebunan rakyat dan perusahaan, sedangkan pada analisis ekonomi meliputi pendapatan dari usahatani perkebunan ditambah dengan manfaat sosial yang dihasilkan dari ekosistem eks-areal HPH. Sedangkan CCost pada analisis finasial meliputi semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas penggunaan lahan, mulai dari perencanaan sampai dengan penjualan hasil, sedangkan pada analisis ekonomi dimasukkan biaya eksternalitas biaya imbangan sehubungan dengan adanya aktivitas penggunaan lahan. Akan tetapi dalam analisa ekonomi, pajak tidak termasuk biaya karena pajak dan subsidi hanyalah transfer.

5. Jangka waktu

Mengingat evaluasi penggunaan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah konversi eks-areal HPH menjadi areal perkebunan, maka jangka waktu yang digunakan disesuaikan dengan usia produktif tanaman yang diteliti dalam hal ini adalah tanaman kelapa sawit dan karet. Oleh karena itu jangka waktu analisis finansial dan analisis ekonomi ditetapkan selama 30 tahun.

6. Penentuan suku bunga

Untuk analisis finansial, tingkat suku bunga atau tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman nominal nominal interest rate yang berlaku di perbankan. Sedangkan untuk analisis ekonomi digunakan tingkat suku bunga riil riel interest rate sebagaimana yang disarankan oleh Klempere 1996, dengan formula sebagai berikut 91 f 1 i 1 r 1 + + = + atau 1 - f 1 i 1 r + + = dimana: r adalah suku bunga riil, i suku bunga nominal dan f tingkat inflasi. Dalam perhitungan suku bunga riil digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berdasarkan Laporan BI 2005 Rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu satu bulan = 12.75 persen 2. Dalam penelitian ini digunakan sebagai suku bunga nominal = 16 persen Bisnis Indonesia , 26 Desember 2005 3. Inflasi = 9.06 persen triwulan II 2005 Indef, 2005 Perhitungan real interest rate, adalah sebagai berikut i suku bunga nominal = 0.16 f inflasi = 0.09 1+ i = 1.16 1+f = 1.09 1+i1+f = 1.06 r = 1+Ii+f-1 r = 0.64 atau 6.4 persen Dalam penelitian ini, digunakan dua tingkat suku bunga, yakni: 1. Untuk analisis finansial digunakan suku bunga nominal i = 16 persen 2. Untuk analisis ekonomi digunakan suku bunga riil r = 6.4 persen Dalam analisis yang telah dilakukan seluruh manfaat dan biaya didiskontokan didasarkan atas suku bunga periode tahun dimulainya investasi dan dikenakan sejak tahun pertama kegiatan ekonomi penggunaan lahan dilakukan. 92

7. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan terhadap model Environment Benefit Cost Anlysis E-BCA sebagaimana yang telah diuraikan pada BAB III. Nilai kriteria kelayakan terutama nilai NPV setelah dilakukan simulasi perubahan pada variabel-variabel utama yang mempengaruhi keputusan investasi. Tahap awal dalam melakukan analisis sensitivitas adalah menyusun rancangan simulasi yang meliputi identifikasi variabel yang akan digunakan, menyusun skenario dan menetapkan besar perubahan yang relevan. Tabel 5 menyajikan rancangan simulasi untuk keperluan analisis sensitivitas terhadap hasil analisis ekonomi masing-masing alternatif pengelolaan. Analisis ini menggunakan empat variabel utama secara parsial, antara lain: luas lahan, biaya produksi, suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Terhadap masing-masing variabel tersebut dilakukan simulasi dengan perlakukan sebagai berikut: 1 Luas lahan ditambah atau dikurangi seluas 1 ha. Skenario ini dibuat dengan harapan didapat informasi yang objektif mengenai dampak yang ditimbulkan jika dilakukan penambahan luas areal per ha yang diinginkan oleh masyarakat maupun pembatasan areal yang diinginkan oleh pemerintah. Dampak yang ditimbulkan ini tidak saja penerimaan dari usahatani melainkan juga dalam bentuk manfaat atau biaya lingkungan yang ditimbulkan. 2 Biaya produksi mengalami kenaikan atau turun sebesar 5 persen. Ditetapkannya proporsi 5 persen atas kenaikan biaya produksi didasarkan atas realita di lapangan dimana upah tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 5 persen per tenaga kerja setiap tahunnya. Sedangkan penurunan biaya 93 produksi 5 persen dibuat sekedar untuk mengetahui situasi sebaliknya dimana ongkos diproyeksikan mengalami penurunan 5 persen sejalan adanya bantuan stimulan yang diberikan oleh pemerintah. 3 Suku bunga nominal mengalami kenaikan atau turun sebesar 1 persen. Skenario ini didasarkan kepada perubahan suku bunga kredit usahatani yang umumnya berkisar antara 25 sampai dengan 100 basis poin. 4 Tingkat inflasi naik atau turun sebesar 2 persen. Simulasi ini didasarkan kepada perubahan tingkat inflasi yang umumnya berkisar antara 1 sampai dengan 2 persen per tahun. Tabel 5. Rancangan skenario analisis sensitivitas alternatif pengelolaan lahan kritis di eks-areal HPH di sekitar zona penyangga TNKS Alternatif Pengelolaan Perubahan Variabel Luas lahan Biaya produksi Suku bunga Nominal Inflasi Alternatif –1 Skenario-1A1 Naik 1 ha Skenario-1A2 Turun 1 ha Skenario-1B1 Naik 5 Skenario-1B2 Turun 5 Skenario-1C1 Naik 1 Skenario-1C2 Turun 1 Skenario-1D1 Naik 2 Skenario-1D2 Turun 2 Alternatif –2 Skenario-2A1 Naik 1 ha Skenario-2A2 Turun 1 ha Skenario-2B1 Naik 5 Skenario-2B2 Turun 5 Skenario-2C1 Naik 1 Skenario-2C2 Turun 1 Skenario-2D1 Naik 2 Skenario-2D2 Turun 2 Alternatif –3 Skenario-3A1 Naik 1 ha Skenario-3A2 Turun 1 ha Skenario-3B1 Naik 5 Skenario-3B2 Turun 5 Skenario-3C1 Naik 1 Skenario-3C2 Turun 1 Skenario-3D1 Naik 2 Skenario-3D2 Turun 2

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Eks- Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber MJRT 5.1.1. Letak dan Lokasi Menurut administrasi pemerintahan, eks-areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber MJRT terletak di dua wilayah kabupaten yakni Kabupaten Muko-Muko dan Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Lokasi eks-areal MJRT ini berdasarkan tercakup kedalam kelompok hutan Sungai Ipuh – Sungai. Ketahun. Berdasarkan posisi geografis, areal HPH ini terletak antara: 101 35’00”- 101 57’00” BT bujur timur dan 02 54’00”-03 18’00” LS lintang selatan. Sementara batas-batas areal kerja eks-areal MJRT, meliputi: 1. Sebelah Utara : Taman Nasional Kerinci Sebelat TNKS 2. Sebelah Timur : TNKS dan eks areal kerja HPH. PT. Dirgahayu Rimba 3. Sebelah Selatan: Eks-areal HPH. PT. Dirgahayu Rimba 4. Sebelah Barat : Eks-areal HPH. PT. Bina Samakhta Lokasi penelitian memiliki aksesibilitas yang tinggi, yaitu dapat ditempuh dari Kota Bengkulu terus ke Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara melalui jalan darat. Selanjutnya, dari Putri Hijau melalui darat dapat langsung menuju ke lokasi penelitian eks-areal MJRT dan bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih satu jam. Peta-peta lokasi eks-areal MJRT secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 21.

5.1.2. Sejarah Pengelolaan

Pengelolaan HPH oleh PT MJRT didasarkan pada Surat Keputusan SK Menteri Pertanian Nomor: 422KptsUM81974 tanggal 7 Agustus 1974 dengan luas areal 80 000 ha. Izin pengelolaan HPH ini diberikan selama 20 tahun dan