47
∑
+ −
−
−
1 .
t t
t t
r E
C B
............................................................... 16 Persamaan 16 merupakan model utama yang digunakan dalam
melakukan evaluasi ekonomi praktik penggunaan lahan eks-areal HPH di daerah penyangga TNKS. Tiwari 2000 menegaskan bahwa E-BCA model memiliki
kemampuan mengevaluasi pengembalian ekonomi suatu investasi atau proyek pembangunan dengan memperhitungkan aspek lingkungan.
Dalam penelitian ini, model E-BCA digunakan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi suatu pilihan penggunaan lahan land use options dengan
cara ‘internalisasi’, yakni menginternalkan biaya eksternalitas dalam analisis ekonomi. Dengan cara ini, selain dapat diperoleh informasi mengenai kinerja
usahatani yang telah menggunakan eks-areal HPH, juga informasi mengenai kelayakan alternatif penggunaan lahan eks-areal HPH yang ramah lingkungan.
Pengoperasionalan model ini secara empiris dilakukan dengan menggunakan analisis aliran kas casf flow analysis.
3.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini direpresentasikan secara sistematis dalam Gambar 12. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan meliputi: 1 evaluasi perubahan penutupan hutan eks-areal HPH, 2 integrasi informasi dari GIS untuk perhitungan biaya imbangan, 3 estimasi biaya
imbangan penggunaan lahan yang mencakup penilaian kerugian ekonomi dari kerusakan hutan sebagai akibat penggunaan lahan eks-areal HPH yang telah
terjadi maupun yang potensial existing and potential environmental effects, dan 4 evaluasi kelayakan pilihan penggunaan lahan.
48
48
Survei lapangan dan evaluasi ekonomi
Biaya dan manfaat lingkungan
Data pengaruh lingkungan dan
dampak Pengumpulan dan
digitasi peta penutupan lahan
Pengintegrasian informasi dari analisis perubahan penutupan lahan untuk
penghitungan biaya dan manfaat lingkungan
Pengumpulan data dan survei rumah tangga
Internalisasi biaya- manfaat lingkungan
Willingnss-to-pay WTP
Menggunakan primary method
Menggunakan secondary method
Penggunaan nilai yang
berbeda Biaya dan
manfaat langsung Penggunaan suku
bunga yang relevan
Pengumpulan informasi sekunder dan survei
lapangan
Valuasi ekonomi dan estimasi biaya
lingkungan
Kerugian ekonomi penggunaan lahani eks
areal hutan konsesi
Internalisasi biaya dan manfaat lingkungan dan
preferensi masyarakat lokal
Cost-benefit rules
Analisis sensitivitas dan implikasi
kebijakan Analisis perubahan penutupan
lahan dan penggunaan eks-areal HPH menggunakan GIS
Preferensipilihan rumah tangga
Implikasi dan rekomendasi terhadap program pengelolaan eks-areal hutan
konsesi di sekitar daerah penyangga Menyusun alternatif
pemanfaatan lahan eks-areal HPH
Overlay PetaAnalisis
Pengumpulan peta penggunaan lahan
Data perubahan penutupan lahan
alih fungsi lahan
Gambar 12. Kerangka Pemikiran Evaluasi Ekonomi Kegiatan Penggunaan Lahan Hutan Eks- Areal HPH di Sekitar Derah Penyangga TNKS.
Analisis Ekonomi
Analisis biaya-manfaat alih fungsi eks-areal
HPH dan analisis ekonomi
Ranking alternatif berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan perubahan luas lahan, biaya produksi, suku bunga dan inflasi
Representasi peta perubahan
penutupan lahan Citra landsat
Peta tematik
Analisis finansial Pengaturan hak
kepemilikan dan pemberian akses
kepada masyarakat
49 Perubahan penutupan lahan yang menjadi fokus perhatian adalah
perubahan dari kawasan hutan primer dan bekas tebangan menjadi areal perkebunan perusahaan, ladangkebun masyarakat serta lahan yang sudah
ditinggalkan semak belukar, alang-alang dan tanah terbuka. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan perubahan ini merupakan situasi inherent dan dominan
dalam praktik penggunaan lahan baik yang terjadi ketika HPH masih beroperasi maupun paska pengelolaan HPH. Hasil evaluasi ini diasumsikan sebagai
representasi informasi dan data mengenai penggunaan lahan. Hasil evaluasi perubahan penutupan hutan ini selanjutnya dipakai untuk
perhitungan biaya dan manfaat lingkungan. Integrasi dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, informasi perubahan penutupan lahan yang diperoleh dari GIS
digunakan sebagai basis untuk melakukan survei rumah tangga dan menentukan alternatif pemanfaatan lahan. Kedua, penggunaan teknik GIS untuk mengetahui
luas eks-areal HPH dalam praktik penggunaan lahan sebagai dasar untuk melakukan kuantifikasi dampak lingkungan. Ketiga, informasi GIS merupakan
landasan untuk melakukan valuasi dampak praktik penggunaan . Biaya imbangan dari penggunaan lahan didefinisikan sebagai kesempatan
memperoleh manfaat yang dikorbankan apabila dilakukan praktik penggunaan lahan eks-areal HPH menjadi areal perkebunan. Definisi ini menekankan adanya
keterbatasan sumberdaya yang menjadi kendala dari suatu aktivitas ekonomi, sehingga jika sumberdaya lahan berhutan dialokasikan untuk suatu kegiatan
perkebunan, maka manfaat ekologis sumberdaya hutan tidak lagi dapat diperoleh. Dengan demikian, biaya imbangan juga menunjukkan nilai ekonomi
dampak penggunaan eks-areal HPH menjadi lahan perkebunan.
50 Untuk mengestimasi biaya imbangan, digunakan pendekatan nilai
ekonomi total lihat Gambar 13, meliputi: 1 kehilangan nilai manfaat langsung, yaitu nilai kerugian akibat musnahnya barang atau jasa yang dapat digunakan
secara langsung seperti: kayu komersial, kayu bakar dan hasil hutan non kayu, 2 kehilangan nilai manfaat tidak langsung, seperti kehilangan pengendali banjir;
unsur hara tanah; dan kehilangan karbon, 3 kehilangan nilai pilihan, meliputi nilai pilihan dan nilai warisan, dan 4 kehilangan nilai keberadaan, yaitu kerugian
dari hilangnya nilai intrinsik hutan seperti spiritual, sosial dan budaya.
Gambar 13. Kerangka Penilaian Dampak Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH di Sekitar Daerah Penyangga TNKS.
Dampak penggunaan lahan eks-areal HPH
K ehi
la n
g an
n il
ai pe ma
nfaa
ta n
use value
lo ss
es K
ehilan g
an bu
kan n ilai p
ema nfa
ata n
no n
u se
va lue
lo sse
s
Valuasi kehilangan nilai ekonomi total
Total economic value losses
Primary method Secondary method
CVM Based market
price Replacement
cost K
ehi la
n g
an ka
yu k
o me
rs ial
Keh ila
ng an
HH NK
Keh ila
ng an
k arb
on K
ehi la
n g
an un
sur hara
tana h
K ehi
la n
g an
pe ng
en das
li ba
n jr
K ehi
lan ga
n n ila
i pi lih
an K
ehila n
g an
n ilai ke
bera da
an K
ehila n
g an ka
yu ba
kar
Benefit transfer Ke
h ila
ng an
ni la
i wari
sa n
51 Komponen-komponen dampak yang tidak memiliki nilai pasar, diestimasi
dengan menggunakan CVM dan replacement cost. Pada penerapan CVM, ditawarkan suatu nilai untuk merehabilitasi lahan melalui mekanisme dis-insentif,
yakni dengan memperhitungkan nilai manfaat eks-areal HPH. Nilai ekonomi diukur dalam kaitannya dengan fungsi utilitas melalui konsep WTP. Responden
dimintai pendapat dan persepsi mereka terhadap fungsi-eks areal HPH sebagai kawasan penyangga TNKS dan konservasi, serta kesediaan mereka membayar
iuran konservasi untuk pembiayaan pengelolaan kawasan tersebut. Sementara, metode replacement cost digunakan untuk membandingkan nilai kehilangan
nutrien tanah sebelum dan setelah dikonversi. Untuk sumberdaya hutan yang memerlukan keahlian diluar kompetensi penulis, seperti perhitungan nilai
penyerapan karbon digunakan secondary method. Teknik yang digunakan adalah benefit transfer
. Informasi yang dihasilkan dari metode ini strategis untuk mempengaruhi kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah.
Dalam pengambilan keputusan terhadap penggunaan eks-areal HPH senantiasa didasarkan kepada konsep sustainabilitas. Tiwari 2000, membedakan
dua kriteria sustainabilitas yakni sustainabilitas kuat strong sustainability dan sustainabilitas lemah weak sustainability. Sustainabilitas kuat berkenaan dengan
keseluruhan sumberdaya, lingkungan dan basis ekologi pembangunan. Sedangkan sustainabilitas lemah menunjukkan kemungkinan adanya substitusi antara
sumberdaya yang dibuat oleh manusia man-made dengan sumberdaya alam natural capital untuk menjaga produktivitas dari waktu ke waktu. Namun dalam
penelitian ini konsep yang digunakan adalah konsep sustainabilitas lemah karena untuk negara berkembang seperti di Indonesia, penerapan konsep sustainabilitas
52 lemah lebih relevan dalam memasukkan aspek sustainabilitas dalam analisis
keputusan. Hal ini disebabkan di negara berkembang stok sumberdaya perkapita biasanya rendah atau sumberdaya alam mengalami penurunan. Disamping itu di
negara berkembang memiliki tabungan relatif rendah yang menyebabkan kemampuan untuk menginvestasi kembali modal alam menjadi sangat terbatas.
Ditinjau dari pelaksanaannya, penerapan E-BCA untuk mengevaluasi praktik penggunaan lahan eks-areal HPH di sekitar daerah penyangga TNKS
merupakan suatu analisis keputusan investasi yang lampau. Di sini, dibandingkan hasil-hasil yang yang diharapkan dari semua pengeluaran selama pelaksanaan
kegiatanproyek penggunaan lahan yang lalu dengan semua hasil yang didapatkan dan diharapkan dari kegiatanproyek dimaksud. Gittinger 1986, mengatakan
analisis seperti ini berguna untuk menentukan hasil dari kegiatan ekonomi yang lalu dengan harapan bahwa penilaian mengenai kegiatanproyek yang akan datang
mungkin lebih baik hasilnya. Namun, kurang menolong untuk menetapkan alternatif apa yang akan dilakukan pada sekarang ini.
Untuk kepentingan pengembangan alternatif rehabilitasi eks-areal HPH di sekitar daerah penyangga TNKS, dipertimbangkan dua hal: 1 internalisasi biaya
eksternalitas; dan 2 preferensi masyarakat lokal berkaitan dengan pemberian akses pengelolaan kepada masyarakat. Segmen ini diperlukan untuk mendapatkan
informasimasi penting mengenai kinerja alternatif penggunaan lahan dalam rangka mengusahakan ’rekonsiliasi’ antara kepentingan pengembangan ekonomi
masyarakat dan konservasi-eks areal HPH di daerah penyangga TNKS. Analisis ditujukan untuk menguji kombinasi pengaturan hak kepemilikan
sumberdaya lahan yang paling rasional dan dampak internalisasi eksernalitas
53 terhadap penampilan suatu alternatif pengelolaan. Kombinasi yang yang diuji
adalah hak kepemilikan berada di tangan negara dimana pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat dengan akses yang terbatas. Kombinasi pengelolaan
ini dipilih disamping memiliki landasan teori yang kuat juga untuk mengakomodasi preferensi masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam
yang diperoleh dari kegiatan survei. Dalam rangka mengevaluasi alternatif tersebut, digunakan dua macam
pendekatan analisis biaya-manfaat, yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial merupakan langkah awal untuk mengestimasi biaya dan manfaat
ekonomi penggunaan lahan. Tujuan dilakukannya analisis finansial adalah mengukur keuntungan individu yang diperoleh rumah tangga atau perusahaan dari
suatu penggunaan lahan, berdasarkan biaya dan manfaat finansial. Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar yang
tidak mencerminkan nilai ekonomi yang sesungguhnya karena adanya ‘kegagalan pasar’ atau ‘market failures’ dan ‘kegagalan kebijaksanaan’ atau ‘policy failures’.
Kegagalan pasar dalam pemanfaatan sumberdaya eks-areal HPH di sekitar daerah penyangga TNKS meliputi terjadinya: ‘open acces’ dalam pemanfaatan lahan,
eksternalitas misalnya terjadinya banjir di beberapa wilayah yang relevan dan ketidaksempurnaan informasi misalnya mengabaikan manfaat keanekaragaman
hayati untuk masa yang akan datang. Sementara, kegagalan kebijakan terjadi ketika intervensi pemerintah tidak mampu memperbaiki kegagalan pasar
misalnya peraturan pemerintah tidak efektif dalam mengatur perambahan. Mengingat harga pasar bukan nilai sumberdaya yang sesungguhnya, maka
dilakukan analisis ekonomi yang dimaksudkan untuk mengukur pengaruh
54 penggunaan lahan terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam
analisis ekonomi harga yang dipergunakan adalah harga bayangan shadow price. Pada analisis ekonomi, apa saja yang menambah pendapatan nasional sehubungan
dengan kegiatan ekonomiproyek, digolongkan sebagai suatu manfaat. Sebaliknya, apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang dan jasa
termasuk jasa ekosistem eks-areal HPH, digolongkan sebagai suatu biaya. Secara umum, langkah-langkah dalam analisis finansial dan ekonomi,
dikembangkan sebagai berikut: 1 identifikasi dan kuantifikasi tentang input dan output – pada analisis finansial hanya dipertimbangkan input dan output secara
finansial sedangkan pada analisis ekonomi, selain input dan output tersebut diperhitungkan input dan output yang tidak diperjual-belikan di pasar – diperlukan
penilaian input dan output sehingga arus kas cash flow yang disusun berdasarkan pada harga pasar untuk analisis finansial – sedangkan pada analisis
ekonomi, arus kas disusun berdasarkan harga bayangan, 2 menentukan kelayakan suatu kegiatan ekonomi, baik untuk analisis finansial maupun ekonomi
digunakan kriteria NPV, IRR, dan BC ratio, dan 3 melakukan analisis sensitivitas untuk menentukan rangking kekuatan suatu kegiatan karena adanya
perubahan-perubahan, terutama dalam hal harga input dan suku bunga pinjaman. Dengan dilakukannya analisis finansial dan analisis ekonomi, tidak saja
memberikan informasi penting tentang kelayakan alternatif penggunaan lahan eks-areal HPH, tetapi juga memberikan informasi mengenai distribusi manfaat
yang dihasilkan oleh kegiatan penggunaan lahan. Kelayakan yang diperoleh dari analisis finansial mencerminkan bahwa manfaat dari praktik penggunaan lahan
dinikmati hanya oleh individu atau perusahaan yang melakukan. Sedangkan
55 kelayakan dari hasil analisis ekonomi mencerminkan nilai sosial bersih yang
dinikmati oleh suatu perekonomian. Informasi mengenai distribusi penggunaan lahan eks-areal HPH dan opsi lainnya sangat bermanfaat untuk menyusun
implikasi dan rekomendasi kegiatan ekonomi yang dapat mendukung pengelolaan eks-areal HPH di sekitar daerah penyangga TNKS.
Karena analisis ekonomi terhadap alternatif pengelolaan eks-areal HPH belum memperkirakan terjadinya hal-hal di luar jangkauan asumsi yang telah
disusun, maka dilakukan analisis kepekaan sensitivity analysis terhadap ketidakpastian pada peristiwa-peristiwa dan nilai-nilai mendatang. Analisis
dikerjakan dengan cara mengubah suatu variabel dan menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada ukuran nilai alternatif pengelolaan terutama nilai NPV.
Analisis ini menggunakan empat variabel utama secara parsial, antara lain: luas lahan, biaya produksi, suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Penggunaan secara
parsial ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase perubahan masing-masing variabel tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan program pengelolaan. Dasar pemikiran menggunakan variabel- variabel tersebut antara lain:
1 Luas lahan. Variabel ini merupakan faktor produksi utama dalam suatu usahatani. Seringkali penggunaan lahan oleh masyarakat menimbulkan
konflik kepentingan antara pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Pada suatu sisi pemerintah yang mengedepankan aspek konservasi berusaha membatasi
penggunaan lahan di sekitar zona penyangga TNKS, namun di sisi lain masyarakat berkeinginan mendapatkan lahan pertanian yang lebih luas
sehingga memungkinkan mereka untuk hidup secara layak.
56 2 Biaya produksi. Biaya produksi yang dimaksudkan adalah pengeluaran yang
dilakukan atas penggunaan faktor produksi seperti: lahan, tenaga kerja, alat- alat produksi, pupuk dan pestisida. Kecenderungan umum yang terjadi
adalah biaya produksi cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini juga dialami oleh petani di sekitar lokasi penelitian terutama
yang diakibatkan oleh pengurangan subsidi pemerintah dan kenaikan ongkos transportasi. Menghadapi situasi ini umumnya petani membatasi penggunaan
faktor produksi khususnya dalam penggunaan tenaga kerja luar keluarga, pupuk dan pestisida sehingga dapat mengurangi biaya produksi mereka.
3 Suku bunga nominal. Suku bunga nominal merupakan faktor yang menentukan perusahaanpetani dalam melakukan pinjaman kredit ke
perbankan. Kenaikan dan penurunan suku bunga nominal merupakan situasi yang sering dihadapi dalam perekonomian Indonesia. Kenaikan suku bunga
dilakukan oleh pemerintah untuk meredam laju inflasi, sedangkan suku bunga yang tinggi terus-menerus akan berdampak negatif bagi perekonomian,
sehingga perlu diturunkan. 4 Tingkat inflasi. Faktor inflasi merupakan faktor eksternal yang tanpa disadari
oleh petani dapat berdampak positif maupun negatif bagi penampilan usahataninya. Ketika terjadi krisis moneter dan ekonomi tahun 1998 yang
ditandai dengan inflasi tinggi, para petani yang mengusahakan tanaman perkebunan komersial memperoleh hasil penjualan output yang tinggi karena
harga output meningkat sampai lima kali lipat. Melalui skenario ini ingin diperoleh informasi bagaimana pengaruh perubahan tingkat inflasi terhadap
manfaat yang diterima oleh usahatani dan masyarakat secara keseluruhan.
IV. METODOLOGI PENELITIAN