Tahap Penyusunan Mat riks Transaksi antar wilayah
wilayah Kalimantan Timur dengan wilayah lain di Indo nesia sudah tersedia yang sangat membantu dalam menyusun data-data mengenai impor dan ekspor antara
Kalimantan Timur dengan wilayah-wilayah lainnya di Indo nesia. Tersedianya tabel I-O tunggal Kalimantan Timur dan I-O antar wilayah
yang bersumber pada studi Bappenas 2006, sangat membantu pekerjaan untuk menyusun tabel I-O antar wilayah dalam studi ini. Dimana untuk tahap berikutnya
khusus untuk Provinsi Kalimantan Timur akan didisagregasi menjadi dua wilayah yakni Kaltimtara dan Kaltimsela. Proses ini dilakukan melalui beberapa langkah
yang dapat dijelaskan singkat sebagai berikut :
Pertama , menyusun tabel I-O tunggal untuk Kaltimtara dan Kaltimsela
melalui teknik non survey. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menyusun tabel I-O tunggal tanpa melalui survey, dimana salah satunya yang paling banyak digunakan adalah metode LQ atau Location Quotient Harrigan,
1982; McCann and Dewhurst, 1988; Flegg, et al., 1995; Thomo, 2004. Metode ini sangat praktis diterapkan untuk menyusun sebuah tabel I-O, karena hanya
membutuhkan dua data dasar yakni tabel I-O yang menjadi referensi utama dan data PDRB Produk Domestik Regional Bruto untuk wilayah yang akan dibuat
tabe l I-O. Dalam studi ini yang menjadi referensi utamanya adalah I-O Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2006 yang di update dari tahun 2003 dengan menggunakan metode RAS, kemudian oleh karena Kaltimtara dan Kaltimsela itu
merupakan kumpulan dari masing- masing wilayah kabupaten maka data PDRB yang digunakan dalam penyusunan I-O tunggal dengan metode LQ ini merupakan
PDRB gabungan dari masing- masing wilayah kabupaten yang telah ditetapka n
yakni PDRB Kaltimtara merupakan penjumlahan dari PDRB Kabupaten Berau, Bulungan, Nunukan, Malinau dan Tarakan. Sementara PDRB Kaltimsela adalah
penjumlahan PDRB Kabupaten Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Pasir dan Bontang.
Menghindari kesulitan dalam pengumpulan data-data pendukung lainnya, maka jumlah sektor ekonomi yang ada di PDRB dan I-O tunggal Kalimantan
Timur diagregasi menjadi 20 sektor dengan tetap mempertahankan jumlah sektor- sektor ekonomi yang terkait dengan infrastruktur yang menjadi fokus pembahasan
dalam studi. Hasil agregasi sektor ekonomi menghasilkan struktur tabel I-O antar wilayah Kalimantan Timur sebagai berikut.
Tabel 9. Struktur Tabel Input-Output antar wilayah Kaltimtara dan
Kaltimsela No.
Sektor-Sektor Ekonomi 1
Tanaman Pangan 2
Tanaman Perkebunan 3
Peternakan dan Hasil- hasilnya 4
Kehutanan 5
Perikanan 6
Pertamba nga n Migas da n Non Migas 7
Industri Makanan dan Minuman 8
Industri Tekstil dan Alas Kaki 9
Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu 10
Industri Pulp dan Kertas 11
Industri Lainnya 12
Listrik, Gas dan Air Bersih 13
Bangunan 14
Hotel, Restoran dan Perdagangan 15
Angkutan Darat 16
Angkutan Laut, S ungai da n Penyebe rangan 17
Angkutan Udara 18
Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya 19
Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank 20
Jasa-jasa Lainnya
Oleh karena tabel I-O yang dibangun merupakan I-O antar wilayah yang terdiri atas wilayah Kaltimtara dan Kaltimsela, maka secara keseluruhan sektor
ekonomi yang menjadi bahan analisis dalam I-O antar wilayah ini adalah sebanyak 40 sektor, yakni 20 sektor untuk wilayah Kaltimtara dan 20 sektor yang
sama untuk Kaltimsela. Berdasarkan matriks teknologi Kalimantan Timur serta PDRB Kaltimtara
dan Kaltimsela, dibangun tabel I-O tunggal untuk setiap wilayah menggunakan metode simple location quotient Simple LQ, dengan rumus sebagai berikut :
.......................................................................................... [39] dimana :
LQ
i
: nilai koe fisien location quotient sektor i wilayah UtaraSelatan v
i
: PDRB sektor i untuk wilayah UtaraSelatan v
t
: PDRB total untuk wilayah UtaraSelatan V
i
: PDRB sektor i untuk P rovinsi Kalimantan Timur V
t
: PDRB total untuk Provinsi Kalimantan Timur Ketentuan yang diterapkan untuk menaksir koefisien teknologi suatu wilayah
berdasarkan nilai LQ ini adalah : 1.
Jika LQ ≥ 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i di wilayah dapat memenuhi permintaan wilayah, sehingga koe fisien input wilayah Utara atau
Selatan sama dengan koe fisien input provinsi a
ij w
2. Jika LQ 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i wilayah tidak dapat
memenuhi permintaan wilayah. Keadaan ini koe fisien input wilayah dapat diduga dengan menggandakan LQ de ngan a
ij
atau a
ij
= a
ij
.
w
= LQ
i
. a
ij
.
t i
t i
i
V V
v v
LQ =
dimana : a
ij
adalah koefisien input dari sektor i di Provinsi Kalimantan Timur a
ij w
i i
i i
i i
E M
X E
X DSP
− +
− =
adalah koefisien input sektor i di Kalimantan Timur wilayah Selatan atau Utara
Kedua , mengubah tabel I-O yang semula dalam bentuk matriks transaksi
total menjadi transaksi do mestik. Tabe l I-O ini menggambarkan transaksi antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh komponen impor baik dari luar negeri
maupun regional. Keunggulan dari tabel transaksi domestik adalah hubungan antar sektor hanya mencakup barang da n jasa hasil prod uksi wilayah setempat
saja, sementara impor dipisahkan pada suatu sel tersendiri. Akan tetapi, karena informasi untuk memisahkan komponen impor dari setiap input di masing-
masing sektor sangat terbatas maka digunakan suatu rasio yang disebut Domestic Supply Percentage DSP dan dirumuskan sebagai berikut :
................................................................... [40] dimana :
DSP
i
adalah domestic supply percentage, yang merupakan rasio antara produksi suatu wilayah yang digunaka n pada wilayah itu sendiri
terhadap jumlah penyediaan produksi + impor domestik untuk sektor ke-i
X
i
adalah produksi domestik untuk sektor ke-i E
i
adalah ekspor ke luar negeri atau ke provinsi lain untuk sektor ke-i M
i
adalah impor dari luar negeri atau dari provinsi lain untuk sektor ke-i
DSP digunakan untuk memisahkan komponen impor dari setiap input disepanjang baris. Keterbatasan dari penggunaan DSP ini adalah bahwa komposisi
antara produk domestik dan impor dari suatu input tertentu di seluruh sektor yang menggunakan diasumsikan sama.
Ketiga , masing- masing tabe l I-O domestik yang berhasil dibangun
tersebut kemudian ditempatkan dalam sebuah tabel tersendiri yang akan menjadi sumber paling utama dalam rangka menyusun tabel I-O antar wilayah Provinsi
Kalimantan Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rancangan Awal Matriks Transaksi Provinsi Kalimantan Timur
Output Input
Kaltimtara Kaltimsela
Permintaan Akhir
Total Output Kaltimtara
UU ij
Z -
F X
U U
Kaltimsela -
SS ij
Z F
X
S S
Impor M
M
U S
Input Primer V
V
U S
Total Input Y
Y
U S
dimana :
UU ij
Z adalah matriks transaksi tunggal Kalimantan Timur wilayah Utara
SS ij
Z adalah matriks transaksi tunggal Kalimantan Timur wilayah Selatan F
U
adalah permintaan akhir Kalimantan Timur wilayah Utara F
S
adalah permintaan akhir Kalimantan Timur wilayah Selatan M
U
adalah impor Kalimantan Timur wilayah Utara M
S
adalah impor Kalimantan Timur wilayah Selatan V
U
adalah input primer Kalimantan Timur wilayah Utara V
S
adalah input primer Kalimantan Timur wilayah Selatan Y
U
adalah total input Kalimantan Timur wilayah Utara
Y
S
adalah total input Kalimantan Timur wilayah Selatan X
U
adalah total output Kalimantan Timur wilayah Utara X
S
ROW U
ROI U
S U
U
M M
M M
+ +
= adalah total output Kalimantan Timur wilayah Selatan
Keempat , merupakan tahap yang paling penting yakni mengeluarkan
sebagian transaksi dari satu wilayah ke luar wilayah, yakni 1 transaksi dari wilayah Kaltimtara ke Kaltimsela, ROI Rest of Indonesia dan ROW Rest of the
World, dan 2 transaksi dari wilayah Kaltimsela ke Kaltimtara, ROI Rest of Indonesia da n ROW Rest of the World. Penyusunan seluruh transaksi antar
wilayah ini dilakukan dengan cara mendisagregasi vektor baris impor IM pada masing- masing wilayah ke luar wilayah, dengan kata lain untuk setiap wilayah
transaksi impor itu adalah : ........................................................... [41]
ROW S
ROI S
U S
S
M M
M M
+ +
= .............................................................. [42]
dimana : M
adalah matriks vektor impor suatu wilayah s
adalah Kalimantan Timur wilayah Selatan u
adalah Kalimantan Timur wilayah Utara ROI adalah rest of Indonesia atau wilayah-wilayah Indo nesia lainnya
ROW adalah rest of the world atau luar negeri Pada prins ipnya disagregasi matriks impor pada masing- masing wilayah
sama dengan membangun matriks perdagangan antar wilayah. Dalam hal ini matriks perdagangan antar wilayah yang dirinci secara sektoral hanyalah transaksi
antar wilayah Kaltimtara dan Kaltimsela, sedangkan untuk ROI da n ROW pada
setiap wilayah analisis merupakan transaksi total yang dirinci secara sektoral namun tidak antar wilayah.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun matriks perdagangan antar wilayah yang dimaksud, namun da lam studi ini hanya
digunakan satu cara yakni metode proporsional O-D sesuai dengan data yang berhasil dihimpun dari Departemen Perhubungan mengenai Proyek Asal- Tujuan
Tahun 2006 dan BPS Kalimantan Timur tahun 2006. Melalui metode ini akhirnya diperoleh I-O antar wilayah Kalimantan Timur yang siap dianalisis dengan
berbagai metode analisis seperti angka pengganda regional, angka pengganda antar wilayah, ketimpangan antar wilayah, simulasi kebijakan dan lain- lain.
Adapun rancangan matriks transaks i antar wilayah Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Matriks Transaksi Dasar Input-Output antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Output Input
Kaltimtara Kaltimsela
Permintaan Akhir
Total Output
Kaltimtara
UU ij
Z
US ij
Z
F X
U U
Kaltimsela
SU ij
Z
SS ij
Z F
X
S S
Rest of Indonesia
ROI ROI
U S
Rest of the World
ROW ROW
U S
Input Primer
V V
U S
Total Input
Y Y
U S
dimana :
Z
ij
: transaksi antara sektor i de ngan sektor j
F : permintaan akhir atau final demand yang terdiri atas konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal
tetap bruto, perubahan stok modal dan ekspor U
: wilayah Kaltimtara S
: wilayah Kaltimsela ROI
: rest of Indonesia atau wilayah-wilayah Indo nesia lainnya ROW : rest of the world atau luar negeri
V : input primer yang terdiri atas upa hgaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung
X : total penerimaan atau output
Y : total pengeluaran atau input
Secara diagonal elemen-elemen matriks
UU ij
Z dan
SS ij
Z seluruhnya menggambarkan terjadinya transaksi pada sektor itu sendiri i = j atau antar
sektor i ≠ j untuk masing-masing wilayahnya sendiri, sedangkan elemen-elemen
matriks di luar diagonal menunjukkan adanya transaksi pada sektor itu sendiri i = j atau antar sektor i
≠ j untuk antar wilayah. Misalkan elemen
SU ij
Z dan i
≠ j, jika dibaca secara vertikal mempunyai arti bahwa untuk memproduksi output sektor i
pada wilayah U dibutuhkan input dari sektor j wilayah S sebanyak
SU ij
Z .
Sedangkan secara horisontal dari total output sektor i sebanyak X
i
di wilayah S sebesar
SU ij
Z didistribusikan untuk memenuhi permintaan antara sektor j yang ada
di wilayah U. Singkatnya I-O antarwilayah Kalimantan Timur ini dibangun melalui
beberapa tahapan yakni sebagai berikut :
Pertama , melakukan updating pemuktahiran matriks transaksi total
menurut harga produsen Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003 menjadi tahun 2006. Metode updating yang digunakan adalah metode RAS.
Kedua , menyusun PDRB wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara tahun 2006,
dimana PDRB Kaltimsela merupakan penjumlahan dari PDRB Kota Samarinda, Kabupaten Balikpapan, Bontang, Kutai Timur, Kutai Barat, Kutai Kartanegara,
Penajam PU, dan Pasir untuk tahun 2006. Sedangkan PDRB Kaltimtara adalah total dari PDRB Kabupaten Tarakan, Bulungan, Berau, Nunukan dan Malinau
untuk tahun 2006.
Ketiga , menurunka n I-O tunggal Kaltimsela dan Kaltimtara tahun 2006
dengan menggunakan metode SLQ simple location quotient berdasarkan referens i dari matriks transaksi I-O Kalimantan Timur tahun 2006 yang diperoleh
pada tahap pertama, dan PDRB Kaltimsela dan Kaltimtara dari tahap kedua. I-O Kaltimsela dan Kaltimtara yang diperoleh masing- masing merupakan I-O
transaks i total menurut harga prod usen.
Keempat , mengubah I-O transaksi total Kaltimsela dan Kaltimtara
masing- masing menjadi I-O transaksi domestik menurut harga produsen. Metode yang digunakan disini adalah metode DSP domestic supply percentage.
Kelima , berdasarkan I-O transaksi domestik masing- masing wilayah
tersebut kemudian dibangun I-O antar wilayah Kalimantan Timur tahun 2006 yang mensinergikan keterkaitan antara wilayah Selatan Kaltimsela da n Utara
Kaltimtara. Metode yang digunakan dengan cara memproporsikan perdagangan antar wilayah Selatan dan Utara berdasarkan data-data O-D origin and
destination tahun 2006 dari Departemen Perhubungan.
Keenam , melakuka n balancing menyeimbangkan matrik transaksi I-O
antar wilayah dengan metode cross entrophy. Berhubung matrik I-O Kalimantan Timur yang tersedia saat studi ini
dilakuka n ada lah I-O tahun 2003, sementara analisis dilakukan untuk tahun 2006, akhirnya I-O tahun 2003 tersebut perlu di update atau dimutakhirkan sesuai
dengan tahun terakhir analisis. Metode yang digunakan untuk melakukan updating I-O 2003 tersebut adalah RAS. Pada dasarnya RAS itu ada lah sebuah nama rumus
matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana R dan S adalah matriks diagonal n x n, da n A ada lah matriks be rukuran n x n yang menunjukka n
banyaknya sektor industri. Metode RAS pada prinsipnya merupakan metode estimasi koefisien I-O non survey. Dengan menggunakan metode RAS ini dapat
dilakuka n updating suatu matriks I-O di masa mendatang berdasarkan matriks koefisien input I-O pada tahun sebelumnya yaitu I-O yang menjadi dasar untuk
melakukan estimasi. Melakukan update I-O Kalimantan Timur dengan metode RAS diperlukan
konstruksi data sebagai berikut : 1.
Matriks transaksi I-O Kalimantan Timur tahun 2003. Data ini diperoleh dari BPS Kalimantan Timur.
2. Final demand tahun 2006 yang dirinci menurut komponen: 1 pengeluaran
konsumsi, 2 pengeluaran pemerintah, 3 investasi, 4 perubahan modal atau stok kapital, 5 ekspor, dan 6 impor. Data investasi sektoral dan perubahan
stoknya di dapat dari BKPMD dan BPS Kalimantan Timur, sedangkan data- data ekspor dan impor, baik secara sektoral maupun komoditi, secara lengkap
diperoleh dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Data-data
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperoleh dari BPS yang kemudian didisagregasi secara sektoral. Dimana untuk data konsumsi
ditelusuri melalui survey konsumsi rumahtangga dan SUSENAS. Selanjutnya data pengeluaran pemerintah dikumpulkan melalui Realisasi APBN dan
APBD pada tahun 2006. 3.
Total permintaan input antara dan total penggunaan input antara untuk tahun 2006. Kedua data ini secara sektoral bisa didapatkan pada Neraca Produksi
yang dikeluarkan oleh BPS Kalimantan Timur. 4.
Nilai Tambah atau Value Added tahun 2006, yang diperoleh dari data PDRB secara sektoral yang telah dipublikasikan oleh BPS Kalimantan Timur.