Disagregasi Multiplier Sektor Infrastruktur
ke sektor-sektor yang terkait. Pada studi kali ini, da mpak yang dijelaskan hanya dampak ke belakang dari sektor-sektor infrastruktur terhadap pertambahan output
sektor itu sendiri dan output sektor-sektor lainnya. Satu persatu hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabe l 56. Disagregasi Multiplier Sektor Bangunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
0.17 0.05
2 Tanaman perkebunan
0.05 0.01
3 Peternaka n da n Hasil- hasilnya
0.05 0.02
4 Kehutanan
0.73 5.23
5 Perikanan
0.05 0.04
6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas
28.69 8.91
7 Industri Makanan dan Minuman
0.28 0.06
8 Industri Tekstil dan Alas Kaki
0.00 0.02
9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu
0.24 0.01
10 Industri Pulp dan Kertas 0.01
0.38 11 Industri Lainnya
0.69 13.89
12 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.09
0.18 13 Bangunan
64.80 56.60
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan 2.01
1.33 15 Angkutan Darat
0.52 8.95
16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyebe rangan 0.51
0.69 17 Angkutan Udara
0.22 0.12
18 Pos, Telekomunikasi dan Jasa Penunjangnya 0.07
0.18 19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank
0.28 2.66
20 Jasa-jasa Lainnya 0.54
0.66 Total
100.00 100.00
Dampak Total Multiplier 1.5468
1.7997
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Tabe l 56 menyajikan berapa besar multiplier atau da mpak total dari sektor bangunan terhadap sektor-sektor produksi regional pada wilayah Kaltimsela dan
Kaltimtara. Dampak total dari sektor bangunan pada perekonomian wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara masing- masing sebesar 1.5468 dan 1.7997 lihat Tabel
56. Hal ini berarti untuk wilayah Kaltimsela apabila terdapat peningkatan sebesar
1 milyar rupiah pada permintaan akhir sektor bangunan, maka akan memberi dampak kenaikan output pada sektor-sektor yang terkait sebagai inputnya, apabila
seluruhnya dijumlahkan maka total pertambahan output perekonomian di wilayah Kaltimsela adalah sebesar 1.5468 milyar rupiah.
Total pertambahan nilai output perekonomian sebesar 1.5468 milyar rupiah tersebut, sektor produksi yang paling banyak menerima dampaknya di
wilayah Kaltimsela seperti dijelaskan pada Tabel 56, adalah sektor bangunan itu sendiri yakni sebesar 64.80. Setelah itu sektor pertambangan migas dan non
migas sebesar 28.69 dan sisanya 6.51 tersebar ke sektor-sektor produksi lainnya, dimana presentase terbanyak diterima oleh sektor hotel, restoran dan
perdagangan yakni sebesar 2.01. Sedangkan di wilayah Kaltimtara, dari total multiplier sektor bangunan sebesar 1.7997 milyar rupiah, sektor produksi yang
paling banyak menerima dampaknya adalah sektor bangunan sebesar 56.60, sektor industri lainnya sebesar 13.89, sektor pertambangan migas dan non migas
sebesar 8.91, sektor angkutan darat sebesar 8.95 dan sektor kehutanan sebesar 5.23, sisanya rata-rata di bawah 1 tersebar ke sektor-sektor produksi lainnya.
Dibandingkan wilayah Kaltimsela, dampak sektor bangunan terhadap output perekonomian Kaltimtara lebih banyak menyebar ke sektor-sektor produksi
yang lain. Wilayah Kaltimsela hanya ada dua sektor yang paling dominan menerima dampak multiplier tersebut yakni sektor bangunan, serta sektor
pertambangan migas dan non migas. Sementara di wilayah Kaltimtara dampak pengembangan sektor bangunan dapat disebar lebih banyak lagi ke sektor-sektor
ekonomi lain yakni sektor bangunan, sektor industri lain, sektor pertambangan migas dan non migas, sektor angkutan darat dan sektor kehutanan. Keadaan ini
menunjukkan bahwa peranan sektor bangunan di wilayah Kaltimtara lebih opt imal dibandingkan di Kaltimsela, dalam rangka mendorong pertumbuhan output
pereko nomian. Tabe l 57. Disagregasi
Multiplier Sektor Angkutan Darat Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
0.07 0.07
2 Tanaman Perkebunan
0.04 0.02
3 Peternakan dan Hasil- hasilnya
0.03 0.03
4 Kehutanan
0.02 0.13
5 Perikanan
0.03 0.09
6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas
7.87 34.46
7 Industri Makanan dan Minuman
0.20 0.11
8 Industri Tekstil dan Alas kaki
0.01 0.02
9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu
0.01 0.01
10 Industri Pulp dan Kertas
0.02 1.31
11 Industri Lainnya
0.38 0.56
12 Listrik, Gas dan Air Bersih
0.52 0.54
13 Bangunan
1.43 1.39
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan
0.30 2.93
15 Angkutan Darat
81.08 52.15
16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyeberangan
0.61 0.97
17 Angkutan Udara
0.07 0.22
18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya
1.01 0.97
19 Lembaga keuangan Bank dan Non Bank
0.80 0.34
20 Jasa-jasa Lainnya
5.50 3.67
Total 100.00
100.00 Dampak Total Multiplier
1.8336 1.2994
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Sektor infrastruktur yang penting untuk dibahas dan juga diketahui dampaknya adalah sektor angkutan darat. Pada Tabel 57 terlihat bahwa dari total
multiplier sektor angkutan darat di Kaltimsela sebesar 1.8336, sektor-sektor ekonomi yang paling banyak menerima dampaknya tersebut adalah sektor
angkutan darat dan sektor pertambangan migas dan non migas, masing- masing sebesar 81.08 dan 7.87. Sisanya sebesar 11.05 tersebar kepada sektor-
sektor ekonomi lainnya. Sedangkan di wilayah Kaltimtara, dampak multiplier sektor angkutan darat sebesar 1.2994 diberikan kepada sektor angkutan darat itu
sendiri sebesar 52.15, serta sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 34.46. Sektor-sektor ekonomi lainnya hanya memperoleh dampak multiplier
output kurang lebih sekitar 0.02 paling rendah dan 3.67 paling tinggi. Dalam kaitannya dengan dampak pembangunan sektor angkutan darat
antara wilayah Kaltimsela dengan Kaltimtara, tidak terjadi perbedaan yang mencolok. Pada kedua wilayah tersebut pembangunan sektor angkutan darat
memberi dampak paling besar terhadap sektor angkuatan darat itu sendiri, dan sektor pertambangan migas dan non migas. Namun, untuk sektor pertambangan
migas dan non migas di Kaltimtara tampaknya menerima dampak yang lebih besar di bandingkan Kaltimsela.
Topo grafi Kalimantan Timur yang banyak memiliki sungai menyebabkan peranan sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan di wilayah ini tidak dapat
diabaikan begitu saja. Terlebih lagi jangkauan ke pedalaman selama ini lebih banyak mengandalkan transportasi air tersebut, oleh karena itu keberadaan sektor
ini dipastikan akan memberi dampak juga terhadap pertambahan output bagi sektor-sektor produksi yang lain, untuk hal itu dapat dilihat pada Tabel 58.
Dampak sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan di wilayah Kaltimsela lebih besar dibandingka n Kaltimtara. Pada wilayah Kaltimsela untuk
setiap peningkatan sebesar 1 milyar rupiah pada permintaan akhirnya akan memberi dampak terhadap pertambahan output pereko nomian wilayah sebesar
Tabe l 58. Disagregasi Multiplier Sektor Angkutan Laut, Sungai dan Penyebe rangan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
1.78 3.53
2 Tanaman Perkebunan
1.11 0.35
3 Peternakan dan Hasil- hasilnya
0.11 0.06
4 Kehutanan
0.04 0.11
5 Perikanan
0.93 0.76
6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas
24.77 8.76
7 Industri Makanan dan Minuman
6.15 2.70
8 Industri Tekstil dan Alas Kaki
0.01 1.07
9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu
0.03 0.01
10 Industri Pulp dan Kertas
0.06 1.43
11 Industri Lainnya
0.52 0.58
12 Listrik, Gas dan Air Bersih
0.37 0.29
13 Bangunan
1.14 5.62
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan
1.53 2.61
15 Angkutan Darat
0.48 0.28
16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyeberangan
54.75 67.94
17 Angkutan Udara
0.16 0.11
18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya
0.52 1.89
19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank
0.55 0.08
20 Jasa-jasa Lainnya
4.99 1.82
Total 100.00
100.00 Dampak Total Multiplier
2.0116 1.9133
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
2.0116 milyar rupiah, dimana yang paling banyak menerima dampak tersebut
adalah sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan sebesar 54.75 dan sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 24.77. Sedangkan di wilayah
Kaltimtara, dampak total yang diberikan oleh sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan terhadap pertambahan output perekonomian adalah sebesar 1.9133
milyar rupiah, yang disebar lebih banyak ke sektor itu sendiri sebanyak 67.94, sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 8.76, sektor bangunan 5.62
dan sektor tanaman pangan sebesar 3.53. Meskipun dampaknya lebih rendah dibandingkan Kaltimsela, namun dampak sektor transportasi air di Kaltimtara
terasa lebih menyebar ke beberapa sektor. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pembangunan sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan di wilayah
Kaltimtara lebih efektif di dalam mendorong pertumbuhan output perekonomian, dibandingkan di wilayah Kaltimsela.
Tabe l 59. Disagregasi Multiplier Sektor Angkutan Udara Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
0.40 0.18
2 Tanaman Perkebunan
0.16 0.07
3 Peternakan dan Hasil- hasilnya
0.13 0.11
4 Kehutanan
0.05 0.13
5 Perikanan
0.13 0.29
6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas
41.52 23.59
7 Industri Makanan dan Minuman
0.90 0.39
8 Industri Tekstil dan Alas Kaki
0.01 0.05
9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu
0.03 0.02
10 Industri Pulp dan Kertas 0.09
3.54 11 Industri Lainnya
0.31 0.75
12 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.15
0.21 13 Bangunan
0.75 1.26
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan 3.52
11.19 15 Angkutan Darat
0.81 0.24
16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyeberangan 0.40
0.86 17 Angkutan Udara
46.47 54.26
18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya 0.26
0.33 19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank
0.78 0.20
20 Jasa-jasa Lainnya 3.13
2.32 Total
100.00 100.00
Dampak Total Multiplier 2.1625
1.8234
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Tabe l 59 menyajikan dampak pembangunan sektor angkutan udara terhadap perekonomian wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara. Berdasarkan
penjelasan pada tabel tersebut, bahwa penyebaran dampak sektor angkutan udara di Kaltimsela lebih tinggi dibandingkan Kaltimtara. Wilayah Kaltimtara, dari total
dampak sebesar 1.8234 terdapat tiga sektor produksi yang menerima dampak
lebih dari 10 yakni sektor angkutan udara itu sendiri sebanyak 54.26, sektor pertambangan migas dan non migas sebanyak 23.59 dan sektor hotel, restoran
dan perdagangan sebesar 11.19. Sedangkan pada wilayah Kaltimsela, dari total dampak sebesar 2.1625, hanya terdapat dua sektor yang menerima dampak di atas
10, yakni sektor angkutan udara sebesar 46.47 dan sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 41.52, sedangkan untuk sektor-sektor lainnya
berkisar di bawah 5.
Tabel 60. Disagregasi Multiplier Sektor Pos, Telekomunikasi dan Jasa Penunjangnya
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
0.16 0.09
2 Tanaman Perkebunan
0.05 0.02
3 Peternakan dan Hasil-hasilnya
0.06 0.04
4 Kehutanan
0.09 0.72
5 Perikanan
0.05 0.09
6 Pertambangan Migas dan Non Migas
9.95 4.78
7 Industri Makanan dan Minuman
0.31 0.10
8 Industri Tekstil dan Alas Kaki
0.02 0.02
9 Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu
0.08 0.04
10 Industri Pulp dan Kertas
0.35 10.68
11 Industri Lainnya
0.30 1.93
12 Listrik, Gas dan Air Bersih
0.98 0.98
13 Bangunan
6.17 7.51
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan
1.63 3.65
15 Angkutan Darat
0.79 1.15
16 Angkutan Laut, Sungai dan Penyeberangan
1.11 1.52
17 Angkutan Udara
0.78 0.82
18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya
75.56 64.79
19 Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
1.02 0.53
20 Jasa-jasa Lainnya
0.54 0.54
Total 100.00
100.00 Dampak Total Multiplier
1.3742 1.5755
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Sektor infrastruktur lainnya yang cukup penting dikaji dampak multiplier terhadap sektor-sektor produksi dalam perekonomian wilayah adalah sektor pos,
telekomunikasi dan jasa penunjangnya. Pada Tabel 60 dampaknya dapat dilihat lebih besar di wilayah Kaltimtara, dimana untuk setiap peningkatan sebesar 1
milyar rupiah pada permintaan akhir sektor pos, telekomunikasi dan jasa penunjangnya diperkirakan akan memberi dampak terhadap pertambahan output
wilayah sebesar 1.5755 milyar rupiah. Dari total dampak sebesar ini, sektor produksi yang paling besar menerima dampaknya adalah sektor itu sendiri sebesar
64.79, kemudian sektor industri pulp dan kertas sebesar 10.68, sektor bangunan sebesar 7.51 dan sektor pertambangan migas dan non migas sebesar
4.78. Sedangkan di wilayah Kaltimsela, dampak yang diberikan oleh sektor pos, telekomunikasi dan jasa penunjangnya adalah sebesar 1.3742, dimana yang paling
banyak menerima dampak tersebut adalah sektor itu sendiri sebesar 75.56, kemudian sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 9.95 dan terakhir
sektor bangunan sebesar 6.17. Dampak total sektor listrik, gas dan air bersih terhadap output
perekonomian Kalimantan Timur. Berdasarkan Tabel 61, dampak total sektor listrik, gas da n air bersih adalah sebesar 2.0031 untuk wilayah Kaltimsela yang
terdistribusi untuk sektor itu sendiri sebe sar 51.79, dan sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 45.54. Dengan demikian kedua sektor produksi
tersebut telah menyerap hampir seluruh dampak total sektor listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 97.33, berarti sisanya 2.63 tersebar ke delapan belas
sektor lainnya. Sama halnya dengan wilayah Kaltimtara, sektor listrik, gas dan air bersih
juga memberi dampak total yang tersebar hanya pada dua sektor yakni sektor itu sendiri dan sektor pertambangan migas dan non migas. Kedua sektor tersebut
menyerap dampak total sebesar 91.95 dari multiplier yang dipancarkan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1.7816. Sektor listrik, gas dan air bersih
menyerap 59.16, dan sektor pertambangan migas dan non migas 32.79. Sektor-sektor produksi lainnya menyerap dampak total sangat rendah dimana
yang lebih dari 1 hanya sektor hotel, restoran dan perdagangan sebesar 3.98, sektor industri pulp dan kertas sebesar 1.31, dan sektor bangunan sebesar 1.
Tabe l 61. Disagregasi Multiplier Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
No. Sektor
Kaltimsela Kaltimtara
1 Tanaman Pangan
0.06 0.02
2 Tanaman Perkebunan
0.02 0.01
3 Peternakan dan Hasil- hasilnya
0.01 0.04
4 Kehutanan
0.02 0.12
5 Perikanan
0.02 0.09
6 Pertambangan Migas da n Non Migas
45.54 32.79
7 Industri Makanan dan Minuman
0.09 0.05
8 Industri Tekstil dan Alas Kaki
0.00 0.00
9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu
0.01 0.01
10 Industri Pulp dan Kertas
0.02 1.31
11 Industri Lainnya
0.39 0.40
12 Listrik, Gas dan Air Bersih
51.79 59.16
13 Bangunan
0.55 1.00
14 Hotel, Restoran dan Perdagangan
0.70 3.98
15 Angkutan Darat
0.20 0.11
16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyeberangan
0.16 0.40
17 Angkutan Udara
0.12 0.19
18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya
0.06 0.10
19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank
0.17 0.10
20 Jasa-jasa Lainnya
0.09 0.12
Total 100.00
100.00 Dampak Total Multiplier
2.0031 1.7816
Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Telah dipahami bahwa infrastruktur itu merupakan trigger dari pergerakan sektor-sektor ekonomi lain, dengan kata lain sektor infrastruktur itu merupakan
mesin pendorong bagi pembangunan ekonomi wilayah. Seandainya dibangun
sebuah jalan di wilayah yang semula tidak ada, maka dengan adanya akses tersebut akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Contoh lain, di suatu
wilayah semula tidak ada listrik dengan adanya listrik kegiatan ekonomi di wilayah tersebut akan meningkat. Fungsi strategis infrastruktur sangat terasa
sekali dalam menunjang ekonomi wilayah, tanpa adanya pembangunan infrastruktur tidak akan ada investasi pembangunan di sektor lainnya, seperti
kegiatan produksi tidak akan dapat berjalan dengan lancar, sehingga peningkatannya tidak akan signifikan.
Kondisi obyektif di Kalimantan Timur ternyata tidak menunjukka n hal yang sesuai de ngan ko nsep-konsep pemikiran tersebut. Meskipun pembangunan
infrastruktur terus dilakukan dan ditingkatkan, namun pada kenyataannya tidak mampu mendorong sektor industri dan pertanian berkembang lebih tinggi.
Sebagaimana yang terlihat pada analisis multiplier sektor-sektor infrastruktur di atas, mulai dari sektor bangunan, angkutan, hingga jasa-jasa pos dan
telekomunikasi, semuanya tidak banyak memberi dampak terhadap pertambahan output sektor pertanian dan industri baik itu di wilayah Kaltimsela maupun
Kaltimtara. Rata-rata dampak yang diberikan terhadap sektor pertanian dan industri di
kedua wilayah tersebut dapat dikatakan sangat kecil, nilainya tidak lebih dari 5. Bahkan untuk sektor bangunan dan angkutan dampaknya kurang dari 1. Kondisi
ini menggambarkan bahwa fungsi mediasi sektor infrastruktur sebagai penggerak kegiatan ekonomi di sektor pertanian dan industri tidak berjalan baik di wilayah
Kaltimtara maupun Kaltimsela.