Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Sektor Infras truktur

koefisien 0.8398 menunjukkan banyaknya input yang digunakan untuk menghasilkan output dari sektor bangunan sebanyak satu-satuan moneter. Tabe l 54. Keterkaitan ke Belakang Langsung Sektor Infrastruktur dan Sektor-Sektor Lainnya di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 No. Sektor Kaltimsela Kaltimtara Sektor-Sektor Infrastruktur sarana dan prasarana 1. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.6623 0.4986 2. Bangunan 0.3588 0.8398 3. Angkutan Darat 0.5468 0.5750 4. Angkutan Laut, Sungai dan Penyeberangan 0.5018 0.3387 5. Angkutan Udara 0.7692 0.5634 6. Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya 0.2347 0.3878 Sektor-Sektor Lainnya 1. Tanaman Pangan 0.0738 0.0246 2. Tanaman Perkebunan 0.2085 0.0977 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.3027 0.1960 4. Kehutanan 0.0779 0.3662 5. Perikanan 0.1794 0.1076 6. Pertambangan Migas dan Non Migas 0.3239 0.3894 7. Industri Makanan dan Minuman 0.9839 0.9967 8. Industri Tekstil dan Alas Kaki 0.3082 0.6541 9. Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu 0.9389 0.9752 10. Industri Pulp dan Kertas 0.8666 0.2002 11. Industri Lainnya 0.6373 0.4555 12. Hotel, Restoran dan Perdagangan 0.4494 0.1821 13. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank 0.1278 0.2256 14. Jasa-jasa Lainnya 0.2235 0.6272 Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 Meskipun koefisien keterkaitan ke belakang langsung memiliki cara perhitungan yang sangat sederhana, namun informasi ya ng diberika n cukup memadai untuk menjelaskan perilaku dari suatu sektor infrastruktur dalam pereko nomian wilayah. Seba gai contoh, berdasarkan rata-rata angka koefisien keterkaitan langsung ke belakang dalam tabel di atas terlihat bahwa peranan sektor infrastruktur di wilayah Kaltimsela maupun Kaltimtara sangat menonjol dalam menciptakan output pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Pada wilayah Kaltimsela, jika terdapat peningkatan pada permintaan akhir sektor infrastruktur sebesar 1 milyar rupiah, maka diperkirakan dapat menciptakan rata-rata output regional sebanyak 0.5123 milyar rupiah, dimana yang paling tinggi peranannya adalah sektor angkutan udara yang dapat menghasilkan output sekitar 0.7692 milyar rupiah. Pada wilayah Kaltimtara peranan sektor infrastruktur dalam perekonomian wilayah relatif lebih besar dibandingkan Kaltimsela, dengan angka koefisiennya rata-rata sebesar 0.5339. Dengan kata lain untuk 1 milyar rupiah output di sektor infrastruktur dapat menciptakan output secara keseluruhan sebesar 0.5339 milyar rupiah. Berbeda dengan Kaltimsela, peranan sektor infrastruktur yang pa ling menonjol di wilayah Kaltimtara adalah sektor bangunan yang mempunyai koefisien keterkaitan ke belakang sebesar 0.8398. Jika dibandingkan dengan keterkaitan langsung direct effect, koefisien keterkaitan total total effect akan lebih banyak memberi informasi yang memadai. Koefisien keterkaitan total ini diambil dari nilai multiplier yang mampu mendeskripsikan secara komprehensif pengaruh ke belakang atau ke depan pembangunan dari suatu sektor infrastruktur terhadap perekonomian secara menyeluruh. Semakin tinggi angka koefisiennya maka semakin besar daya sebar diffusion effect sektor tersebut dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Seperti yang disajikan pada Tabel 55, sektor infrastruktur yang memiliki pengaruh total ke belakang paling tinggi dalam perekonomian wilayah Kaltimsela adalah sektor angkutan udara yang mempunyai nilai koefisien sebesar 2.1625. Tabel 55. Derajat Penyebaran dan Kepekaan Sektor Infrastruktur dan Sektor Lainnya di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 No. Sektor Kaltimsela Kaltimtara Penyebaran Kepekaan Penyebaran Kepekaan Sektor-Sektor Infrastruktur sarana dan prasarana 1. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.0031 1.2222 1.7816 1.2049 2. Bangunan 1.5468 1.3539 1.7997 1.6541 3. Angkutan Darat 1.8336 1.1958 1.2994 1.2568 4. Angkutan Laut, Sungai dan Penyeberangan 2.0116 2.2187 1.9133 1.1707 5. Angkutan Udara 2.1625 1.2087 1.8234 1.0908 6. Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya 1.3742 1.2107 1.5755 1.1689 Sektor-Sektor Lainnya 1. Tanaman Pangan 1.1235 1.6862 1.0244 1.3955 2. Tanaman Perkebunan 1.3406 1.4929 1.1229 1.2788 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.6810 1.1933 1.3082 1.1540 4. Kehutanan 1.1005 1.4240 1.6079 2.0398 5. Perikanan 1.2811 1.3713 1.1322 1.3870 6. Pertambangan Migas dan Non Migas 1.4740 6.9980 1.5964 4.6703 7. Industri Makanan dan Minuman 2.8066 2.2030 2.1926 1.2446 8. Industri Tekstil dan Alas Kaki 1.5981 1.0169 1.9604 1.0132 9. Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu 2.9644 1.5795 2.8227 1.4864 10. Industri Pulp dan Kertas 2.6032 1.1046 1.2667 1.9479 11. Industri Lainnya 1.9663 1.8983 1.6875 1.6660 12. Hotel, Restoran dan Perdagangan 1.8299 2.2473 1.2159 3.0074 13. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank 1.2033 1.1772 1.3582 1.1208 14. Jasa-jasa Lainnya 1.3705 1.4723 1.7196 1.2509 Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Ka limantan Timu r Tahun 2006 Nilai tersebut memberi makna jika terdapat peningkatan sebesar 1 milyar rupiah pada permintaan akhir komponen konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah, penanaman modal atau ekspor sektor angkutan udara, maka hal tersebut akan berdampak pada kenaikan output perekonomian wilayah Kaltimsela secara keseluruhan sebesar 2.1625 milyar rupiah. Sektor infrastrukt ur berikutnya yang memberi efek ke belakang terbesar adalah angkutan laut, sungai, dan penyeberangan dengan nilai multiplier sebesar 2.0116 yang kemudian diikuti sektor listrik, gas, da n air bersih dengan nilai multiplier sebesar 2.0031. Adapun sektor infrastruktur yang paling rendah memberi efek ke belakang dalam perekonomian wilayah Kaltimsela adalah sektor pos, telekomunikasi, dan jasa penunjangnya yang mempunyai multiplier hanya sebesar 1.3742. Jika dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang lain, terutama sektor industri, kontribusi sektor infrastruktur dalam perekonomian wilayah Kaltimsela termasuk dalam kategori yang tinggi. Seperti yang dipaparkan dalam Tabe l 55, urutan pertama yang paling besar multiplier nya adalah sektor-sektor industri, khususnya industri barang kayu, rotan, dan ba mbu, industri makanan dan minuman, serta industri pulp dan kertas. Ketiga industri ini mempunyai koe fisien keterkaitan ke belakang yang paling tinggi, rata-rata sebesar 2.7914. Perbandingan dengan angka multiplier sektor infrastruktur ternyata tidak begitu jauh. Tiga sektor infrastruktur yang disebutkan pertama yaitu angkutan udara, angkutan laut, sungai, dan penyeberangan serta listrik, gas dan air bersih, mempunyai multiplier rata-rata di atas 2 tepatnya sebesar 2.0591. Kondisi ini mengindikasikan bahwa peranan sektor infrastruktur di wilayah Kaltimsela bersama dengan sektor industri menjadi sangat penting dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah. Selain keterkaitannya ke belakang, peranan sektor infrastruktur di Kaltimsela dapat juga ditelusuri ke depan. Dalam hal ini, angka multiplier yang dijadikan sebagai indikatornya adalah forward linkage effect. Sesuai dengan angka multipliernya yang paling tinggi, terlihat sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan merupakan satu-satunya sektor infrastruktur yang mempunyai peranan ke depan terbesar dalam perekonomian wilayah Kaltimsela. Koefisien forward linkage effect untuk sektor tersebut adalah sebesar 2.2187. Angka ini menunjukkan besarnya daya serap absorption effect dari sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan sebesar 2.2187 milyar rupiah jika terjadi peningkatan output perekonomian di Kaltimsela sebanyak 1 milyar rupiah. Dalam pereko nomian wilayah Kaltimsela, sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan ini menempati urutan ketiga sebagai sektor ekonomi yang mempunyai efek keterkaitan ke depan paling besar. Adapun yang pertama terbesar adalah sektor pertambangan migas dan non migas yakni sebesar 6.9980, kemudian yang kedua adalah sektor hotel, restoran, dan perdagangan sebesar 2.2473. Wilayah Kaltimtara, sektor infrastruktur yang mempunya i keterkaitan ke belakang paling besar adalah sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan dengan nilai multiplier sebesar 1.9133. Angka ini menunjukkan jika ada peningkatan pada permintaan akhir sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan sebesar 1 milyar rupiah, maka diperkirakan output perekonomian wilayah akan bertambah sebesar 1.9133 milyar rupiah. Jika dibandingkan dengan nilai multiplier yang paling tinggi dalam perekonomian wilayah Kaltimtara tampak tidak beda jauh dengan wilayah Selatan, dimana yang paling tinggi multipliernya adalah sektor industri barang kayu, rotan dan bambu yakni sebesar 2.8227. Peranan sektor angkutan laut, sungai dan penyeberangan di Kaltimtara tergolong cukup tinggi bersama-sama dengan sektor industri. Sedangkan untuk keterkaitannya ke depan berdasarkan indikator koefisien forward linkage effect terlihat bahwa sektor infrastruktur yang mempunyai keterkaitan ke depan paling tinggi dalam perekonomian wilayah Kaltimtara adalah sektor bangunan dengan nilai multiplier sebesar 1.6541. Angka ini mempunyai makna bahwa jika output perekonomian Kaltimtara naik sebesar 1 milyar rupiah, maka besarnya daya serap sektor bangunan terhadap pertambahan output perekonomian tersebut adalah sebesar 1.6541 milyar rupiah. Berdasarkan seluruh fenomena keterkaitan ekonomi dari sektor-sektor infrastruktur di atas, dapat digeneralisasikan bahwa peranan sektor infrastruktur dalam perekonomian wilayah Kalimantan Timur, ba ik di wilayah Selatan maupun Utara terlihat cukup tinggi. Selanjutnya apabila diperhatikan dengan seksama peranan sektor infrastruktur tersebut lebih cenderung kepada keterkaitan ke belakang. Ini berarti peranan terbesar dari sektor infrastruktur di Kalimantan Timur lebih kepada sisi input dibandingkan output.

8.2. Disagregasi Multiplier Sektor Infrastruktur

Terjadinya keterkaitan eko nomi yang kuat, menyeluruh dan berkelanjutan diantara semua sektor ekonomi menjadi kunci keberhasilan pembangunan wilayah, keterkaitan ekonomi akan terlihat jelas dalam interaksi di pasar input. Misalkan untuk membuat jalan dibutuhkan input aspal, batu koral dan pa sir yang berasal dari sektor penggalian, kemudian dibutuhkan juga kayu yang berasal dari sektor kehutanan, mesin- mesin yang berasal dari sektor industri mesin dan sebagainya. Selanjutnya, jika jalan telah dibangun, dapat menjadi input bagi sektor-sektor yang lain dalam kaitannya untuk mengangkut bahan baku ataupun output ke pasar. Alur keterkaitan ini terlihat adanya hubungan ekonomi antara sektor jalan dengan sektor-sektor lainnya yang bersifat ke belakang input dan ke depan output, dengan kata lain terjadinya peningkatan output di sektor jalan akan memberi dampak terhadap pertambahan output pada sektor-sektor lainnya baik itu terjadi akibat pengaruhnya ke belakang maupun ke depan. Seberapa besar pengaruh yang ditimbulka n, dapat dihitung dengan cara mendisagregasi multiplier ke sektor-sektor yang terkait. Pada studi kali ini, da mpak yang dijelaskan hanya dampak ke belakang dari sektor-sektor infrastruktur terhadap pertambahan output sektor itu sendiri dan output sektor-sektor lainnya. Satu persatu hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Tabe l 56. Disagregasi Multiplier Sektor Bangunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 No. Sektor Kaltimsela Kaltimtara 1 Tanaman Pangan 0.17 0.05 2 Tanaman perkebunan 0.05 0.01 3 Peternaka n da n Hasil- hasilnya 0.05 0.02 4 Kehutanan 0.73 5.23 5 Perikanan 0.05 0.04 6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas 28.69 8.91 7 Industri Makanan dan Minuman 0.28 0.06 8 Industri Tekstil dan Alas Kaki 0.00 0.02 9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu 0.24 0.01 10 Industri Pulp dan Kertas 0.01 0.38 11 Industri Lainnya 0.69 13.89 12 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.09 0.18 13 Bangunan 64.80 56.60 14 Hotel, Restoran dan Perdagangan 2.01 1.33 15 Angkutan Darat 0.52 8.95 16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyebe rangan 0.51 0.69 17 Angkutan Udara 0.22 0.12 18 Pos, Telekomunikasi dan Jasa Penunjangnya 0.07 0.18 19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank 0.28 2.66 20 Jasa-jasa Lainnya 0.54 0.66 Total 100.00 100.00 Dampak Total Multiplier 1.5468 1.7997 Sumber : I-O Antar Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 Tabe l 56 menyajikan berapa besar multiplier atau da mpak total dari sektor bangunan terhadap sektor-sektor produksi regional pada wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara. Dampak total dari sektor bangunan pada perekonomian wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara masing- masing sebesar 1.5468 dan 1.7997 lihat Tabel 56. Hal ini berarti untuk wilayah Kaltimsela apabila terdapat peningkatan sebesar