Ekspor STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN
Tabe l 48. Struktur Ekspor Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Kode Sektor
Nila i juta rupiah
Kontribusi 1
Tanaman Pangan 612.71
0.00 2
Tanaman Pe rkebunan 14 159.11
0.01 3
Peternakan dan Hasil-hasilnya 1 034.17
0.00 4
Kehutanan 138.13
0.00 5
Perikanan 474 751.16
0.41 6
Perta mbangan Migas dan Non Migas 105 991 159.75
90.62 7
Industri Makanan dan Minu man 189 484.44
0.16 8
Industri Te kstil dan Alas Ka ki 2 866.20
0.00 9
Industri Barang Kayu, Rotan dan Ba mbu 1 512 733.93
1.29 10
Industri Pu lp dan Kertas 95 309.70
0.08 11
Industri La innya 5 195 397.31
4.44 12
Listrik, Gas dan Air Bersih 0.00
0.00 13
Bangunan 0.00
0.00 14
Hotel, Restoran dan Perdagangan 1 102 827.35
0.94 15
Angkutan Darat 37 443.04
0.03 16
Angkutan Laut, Sungai dan Penyebrangan 1 938 893.07
1.66 17
Angkutan Udara 380 463.73
0.33 18
Pos, Teleko munikasi dan Jasa Penunjangnya 908.98
0.00 19
Le mbaga Keuangan Bank dan Non Bank 17 677.09
0.02 20
Jasa-jasa La innya 423.23
0.00 Total
100.00
Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Terdapat indikasi bahwa pondasi ekspor Kalimantan Timur sangat rentan terhadap gejolak perekonomian. Hal ini dikarenakan: 1 ekspor Kalimantan
Timur setiap tahunnya bertumpu terhadap satu komoditi tertentu yang berasal dari sektor pertambangan migas dan non migas terutama batu bara, sehingga
penerimaan ekspornya sangat tergantung kepada komoditi yang dimaksud, 2 segmentasi pasar ekspor Kalimantan Timur masih terkonsentrasi ke sedikit luar
wilayah da n negara, yang menyebabka n pe nerimaan ekspo rnya muda h terpe ngaruh dengan ko ndisi pereko nomian da n situasi po litik di wilayah atau
negara tersebut, dan 3 ketergantungan lainnya yang juga signifikan adalah ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah primer. Ketiga jenis
ketergantungan ekspor tersebut, apakah itu yang bersifat komoditikal ataupun
konsentrasi pasar, jelas tidak menguntungkan perkembangan penerimaan ekspor Kalimantan Timur pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Paling
tidak risiko yang mungkin dihadapi dalam jangka pendek adalah kerawanan penerimaan ekspor. Perolehan devisa sangat rentan terhadap fluktuasi yang terjadi
pada perubahan ketergantungan tersebut, akibatnya penerimaan ekspor menjadi tidak stabil. Penerimaan ekspor yang tidak stabil pada akhirnya akan membawa
pengaruh buruk terhadap kinerja perekonomian daerah.