Pendapatan Regional dan Tipologi Klassen

struktur pertumbuhan ekonomi daerah Kalimantan Timur yang selanjutnya akan dijadikan sebagai landasan utama untuk mengamati ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebagaimana yang selalu dibahas dalam studi mengenai perekonomian regional, data yang digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah perkembangan PDRB. Untuk studi ini PDRB yang digunakan adalah PDRB menurut harga konstan 2000 selama tahun 2006-2009 seperti yang disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor Tahun 2006-2009 Sektor 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1. Pertanian 3.55 6.49 -2.65 0.58 1.99 2. Perta mbangan dan Penggalian 4.10 2.76 5.78 5.73 4.59 3. Industri Pengolahan -2.50 -3.86 3.22 -4.63 -1.94 4. Listrik, Gas Air Bersih 6.17 5.24 5.33 5.66 5.60 5. Bangunan 7.92 12.57 7.45 8.73 9.17 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.54 5.27 6.86 5.62 7.82 7. Pengangkutan Ko munikasi 10.43 8.72 7.87 7.35 8.60 8. Keuangan, Persewaan Js Persh 9.27 15.72 9.72 8.13 10.71 9. Jasa-jasaServices 3.99 4.67 7.62 5.26 5.38 PDRB Kalimantan Timur 2.85 1.88 4.75 2.32 2.95 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Sektor pertanian dapat dikelompokkan sebagai sektor ekonomi yang tumbuh sangat lambat di Provinsi Kalimantan Timur, meskipun di tahun 2007 terdapat lompatan yang cukup tinggi mencapai 6,49 bila dibandingkan tahun 2006, namun pada tahun 2008 pertumbuhannya mengalami kontraksi yang sangat besar sehingga turun drastis menjadi -2.65. Selanjutnya di tahun 2009 dapat tumbuh positip akan tetapi sangat lambat hanya 0.58. Semua kecenderungan ini pada akhirnya mengakibatkan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama tahun 2006-2009 terindikasi sangat kecil yakni sebesar 1.99 per tahun. Adapun sektor produksi yang tergolong paling cepat pertumbuhannya selama ini adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 10.71 per tahun. Termasuk yang cepat juga adalah sektor- sektor yang tergolong sektor infrastruktur yakni sektor bangunan sebesar 9.17 per tahun, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8.60 per tahun, , dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 5.60 per tahun. Dengan demikian selama tahun 2006-2009 rata-rata pertumbuhan sektor infrastruktur di Provinsi Kalimantan Timur adalah 7.79 per tahun. Dengan melihat pertumbuhan sektor infrastruktur yang ada, sangat wajar apabila laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur dapat terangkat lebih tinggi. Namun dalam kenyataannya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur berjalan sangat lambat hanya sebesar 2.95 per tahun selama tahun 2006-2009, jauh tertinggal laju pertumbuhan eko nomi Indo nesia sebesar 5.61 per tahun. Sebenarnya telah dipahami bahwa infrastruktur itu merupaka n trigger atau pemicu dari pergerakan sektor-sektor ekonomi lainnya, sektor infrastruktur adalah mesin pendorong bagi pembangunan ekonomi wilayah, apabila suatu wilayah tidak memiliki akses jalan lalu dibangun jalan, maka akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Contoh lain di suatu komunitas bisnis semula tidak ada listrik, dengan adanya listrik kegiatan ekonomi di komunitas tersebut akan meningkat. Kondisi obyektif di Kalimantan Timur tidak menunjukkan hal yang sesuai dengan fenomena ini. Meski pertumbuhan sektor infrastruktur melaju pesat namun tidak mampu mendorong sektor industri dan pertanian berkembang lebih tinggi, akibatnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah juga berjalan lambat. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama ini belum dapat mengurangi ketimpangan sektoral yang terjadi. Sebagai indikatornya dapat dilihat struktur PDRB yang dipaparkan pada Tabel 30. Tabe l 30. Strukt ur Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor Tahun 2006-2009 Sektor 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Pertanian 6.76 7.07 6.57 6.46 6.72 Pertambangan dan Penggalian 38.60 38.93 39.32 40.63 39.37 Industri Pengolahan 34.40 32.46 31.98 29.81 32.16 Listrik, Gas Air Bersih 0.30 0.31 0.31 0.32 0.31 Bangunan 3.07 3.39 3.48 3.70 3.41 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.73 7.99 8.15 8.41 8.07 Pengangkutan Komunikasi 4.81 5.13 5.29 5.55 5.19 Keuangan, Persewaan Js Persh 2.45 2.79 2.92 3.08 2.81 Jasa-jasaServices 1.88 1.93 1.98 2.04 1.96 PDRB Kalimantan Timur 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Tabel 30 dapat dijelaskan ba hwa sepa njang tahun 2006-2009 sektor pertambangan dan industri selalu mendominasi struktur perekonomian wilayah. Dalam periode itu rata-rata kontribusi sektor industri terhadap penciptaan nilai tambah atau PDRB Kalimantan Timur rata-rata mencapai 32.16 per tahun, sedangkan sektor pertambangan sekitar 39.37 per tahun. Dengan demikian secara total kedua kelompok sektor ekonomi ini mampu menguasasi pangsa nilai tambah regional sebesar 71.53 per tahun, sisanya sebanyak 28.47 tersebar merata ke beberapa sektor ekonomi lainnya, diantaranya yang cukup tinggi kontribusinya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran kurang lebih sebesar 8.07 per tahun. Terkonsentrasimya perekonomian Kalimantan Timur pada sektor pertambangan dan industri migas saja menunjukkan bahwa struktur perekonomian yang tercipta selama ini berjalan sangat timpang. Hal ini menyebabkan pondasi pereko nomian wilayah sangat rentan terhadap perubahan-perubahan drastis dari kedua sektor tersebut, naik turunnya pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi sangat tergantung terhadap trend sektor pertambangan dan industri migas. Sedikit saja terjadi gejolak dalam pasar migas dunia, dipastikan akan cepat mempengaruhi perekonomian wilayah, sehingga pondasi pe reko nomian menjadi muda h goyah dan labil. Situasi ini akhirnya memberi dampak buruk terhadap keberlanjutan perekonomian Kalimantan Timur di masa mendatang. Tabel 31. Struktur PDRB Provinsi Kalimantan Timur Menurut KabupatenKota Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2009 KabupatenKota 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Paser 3.54 3.97 4.09 4.30 3.97 Kutai Barat 2.40 2.54 2.61 2.73 2.57 Kutai Kartanegara 26.03 24.82 24.98 24.96 25.20 Kutai Timur 13.09 14.05 13.39 13.81 13.59 Berau 2.66 2.79 2.81 2.91 2.79 Malinau 0.46 0.49 0.51 0.54 0.50 Bulungan 0.99 1.04 0.90 0.92 0.96 Nunukan 1.15 1.18 1.18 1.20 1.18 Penajam Paser Utara 1.56 1.61 1.63 1.64 1.61 Balikpapan 12.59 12.77 13.79 13.81 13.24 Samarinda 9.35 9.57 9.65 9.85 9.60 Tarakan 1.96 2.08 2.13 2.20 2.09 Bontang 24.22 23.10 22.33 21.12 22.69 Total KabupatenKota 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Tidak semua wilayah di Kalimantan Timur mempunyai sumberdaya pertambangan atau industri migas, hanya beberapa daerah saja yang memiliki potensi tersebut. Tabel 31 dipaparkan bagaimana daerah-daerah yang kaya dengan sumberdaya pertambangan migas dan non migas, seperti Kutai Kartanegara, Balikpapan dan Bontang dapat menguasai pangsa PDRB Kalimantan Timur rata- rata sekitar 61.13 per tahun sepanjang periode 2006-2009. Wilayah lainnya yang relatif besar dalam menciptakan PDRB provinsi adalah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Timur, untuk periode yang sama masing- masing memberi kontribusi terhadap PDRB provinsi rata-rata sekitar 9.60 da n 13.59 per tahun, selanjutnya untuk wilayah yang terletak di sebelah Utara Kalimantan Timur, yakni Kabupaten Bulungan, Nunukan, Malinau dan Tarakan hanya dapat memberi kontribusi dalam komposisi PDRB provinsi rata-rata di bawah 3 per tahun. Tabel 32. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Provinsi Kalimantan Timur Menurut KabupatenKota Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2009 juta rupiahtahun Wilayah KabupatenKota 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Selatan Pasir 20.71 23.15 24.55 26.21 23.65 Kutai Barat 16.19 17.01 17.94 18.95 17.52 Kutai Kartanegara 53.67 50.51 51.88 52.09 52.04 Kutai Timur 75.52 79.44 76.71 78.92 77.65 Penajam PU 13.25 13.61 14.14 14.49 13.87 Balikpapan 27.09 27.11 29.88 30.05 28.53 Samarinda 16.60 16.93 17.56 18.16 17.31 Bontang 201.33 187.53 182.94 171.98 185.94 Utara Berau 17.74 18.02 18.20 18.55 18.13 Tarakan 12.32 12.51 12.71 12.78 12.58 Malinau 9.13 9.19 9.41 9.73 9.36 Bulungan 9.09 9.27 9.93 10.09 9.59 Nunukan 10.16 9.94 9.77 9.55 9.86 Provinsi Kalimantan Timur 32.69 32.53 33.32 33.33 32.97 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Sektor pertambangan migas dan non migas mempunyai sifat yang sangat eksklusif, hal ini dapat diartikan bahwa apabila sumberdaya tersebut tidak dioptimalkan akan membuat ketimpangan pendapatan regional antar wilayah semakin besar. Contohnya di Provinsi Kalimantan Timur, pembangunan sektor pertambangan migas dan non migas yang dijalankan selama ini tampaknya tidak memberi trickle down effect terhadap wilayah-wilayah lainnya. Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 32, dimana Kabupaten Bontang yang sangat kaya dengan pertambangan migas dan non migas memiliki pendapatan per kapita yang paling tinggi diantara semua wilayah, yakni rata-rata Rp. 185.94 juta per tahun. Berbeda sangat jauh apabila dibandingkan dengan Kabupaten Malinau, Bulungan dan Nunukan, dimana ketiga kabupaten tersebut mempunyai pendapatan per kapita hanya sekitar 9.36 - 9.86 juta per tahun. Tabel 33. Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Kalimantan Timur Menur ut KabupatenKota Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2009 Wilayah KabupatenKota 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Selatan Paser 7.82 12.92 7.10 7.73 8.89 Kutai Barat 8.21 6.45 6.83 6.89 7.10 Kutai Kartanegara 2.67 -4.02 4.67 2.27 1.40 Kutai Timur 8.86 8.08 -0.86 5.58 5.41 Penajam PU 4.16 3.79 4.99 3.39 4.08 Balikpapan 3.21 2.08 12.37 2.46 5.03 Samarinda 8.05 3.11 4.82 4.47 5.11 Bontang -0.26 -3.97 0.53 -3.19 -1.72 Utara Berau 5.11 5.70 4.97 5.95 5.43 Tarakan 7.63 6.92 6.83 5.70 6.77 Malinau 3.44 6.31 8.03 8.96 6.69 Bulungan 2.92 6.08 -9.46 4.66 1.05 Nunukan 9.58 3.77 4.08 3.58 5.25 Provinsi Kalimantan Timur 2.85 1.88 4.75 2.32 2.95 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Melengkapi analisis tentang perkembangan ekonomi daerah, berikut ini akan dibahas laju pertumbuhan ekonomi pada masing- masing wilayah kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih jauh mengenai struktur pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur dalam kaitannya dengan kabupaten dan kota, hasil perhitungan yang diperoleh ditampilkan pada Tabel 33. Mengacu pada data pertumbuhan ekonomi yang disajikan menurut kota dan kabupaten di atas, dapat dijelaskan ba hwa secara rata-rata ada sembilan wilayah yang mengalami pertumbuhan cepat di atas laju pertumbuhan ekonomi provinsi. Wilayah-wilayah yang dimaks ud ada lah Kabupaten Paser, Kutai Barat, Kutai Timur, Berau, Malinau, Nunukan, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda dan Tarakan. Daerah yang paling cepat pertumbuhan ekonominya selama periode 2006-2009 adalah Kabupaten Paser yang melaju pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8.89 per tahun, menyusul kemudian Kabupaten Kutai Barat sebesar 7.10 per tahun, Kota Balikpapan sebesar 6.69 per tahun, dan Kabupaten Bulungan sebesar 6.77 per tahun. Walaupun Kota Bontang dikenal sebagai daerah sangat kaya dengan sumberdaya pertambangan migas dan mendominasi struktur perekonomian wilayah Kalimantan Timur selama ini, ternyata dalam periode 2006-2009 menjadi daerah yang paling buruk kinerja pertumbuhan ekonominya di wilayah Selatan karena mengalami kontraksi setiap tahun sebesar -1.72 per tahun. Termasuk juga yang dianggap buruk adalah Kabupaten Kartanegara, dimana selama tahun 2006 - 2009 tersebut tingkat pertumbuhan yang berhasil dicapai rata-rata hanya 1.40 per tahun. Sedangkan untuk wilayah sebelah Utara yang mengalami pertumbuhan lambat hanya Kabupa ten Bulungan de ngan laju pertumbuhan di bawah rata-rata provinsi sebesar 3.83 per tahun. Banyak faktor yang menyebabkan suatu wilayah mengalami perlambatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi regional. Salah satu diantaranya karena kegiatan lapangan usaha utama daerah saat itu mengalami penurunan atau lambat tumbuh. Kota Bontang misalnya, dalam periode 2006-2009 aktifitas industri migas yang menjadi tumpuan perekonomian wilayah tampak selalu mengalami tumbuh negatif de ngan rata-rata sekitar -1.46 per tahun BPS Kalimantan Timur, 2006. Sektor industri migas sangat dominan da lam struktur perekonomian wilayah, sehingga pe nurunan ind ustri tersebut meneka n laju pertumbuhan ekonomi kabupaten ke bawah sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kota Bontang tampak mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Kabupaten Kutai Kartanegara yang sarat de ngan sektor pertamba ngan non migas, pada saat sektor dominan tersebut tumbuh lambat, rata-rata 2.92 per tahun BPS Kalimantan Timur, 2010, menyebabkan pertumbuhan ekonomi wilayah juga menjadi lambat. Fenomena yang berbeda terjadi di Kabupaten Bulungan, faktor- faktor yang menyebabkan pertumbuhan wilayah menjadi lambat karena kegiatan ekonomi di Kabupaten Bulungan sebagian besar adalah sektor pertanian tradisional yang cenderung tidak stabil baik dari segi harga maupun produksinya sehingga mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan, dimana untuk periode 2006 - 2009 rata-rata hanya mengalami pertumbuhan 1.72 per tahun. Berdasarkan data-data mengenai pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan ekonomi regional yang telah dijelaskan di atas, dapat dianalisis mengenai pengelompokan suatu daerah dengan menggunakan metode Klassen Tipology. Metode ini akan membagi empat kelompok daerah menjadi 1 daerah berkembang yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pe ndapatan per kapita di atas rata-rata provinsi, 2 daerah maju yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita keduanya di atas rata-rata provinsi, 3 daerah maju tetapi tertekan yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata provinsi namun pendapatan per kapita di bawah rata-rata provinsi, dan terakhir 4 daerah relatif terbelakang yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita keduanya di bawah rata-rata provinsi. Selanjutnya untuk mengamati bagaimana keberhasilan pembangunan ekonomi wilayah yang dilakukan pemerintah daerah selama ini, model Klassen Tipology yang disajikan adalah untuk periode 2006 - 2009, perhatikan Tabel 34. Tabe l 34. Tipologi Klassen Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 - 2009 Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Per Kapita Di Bawah Rata-rata Di Atas Rata-rata Di Atas Rata-rata Kutai Kartanegara, Bontang Kutai Timur Di Bawah Rata-rata Kutai Barat, Bulungan Paser, PP Utara, Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Berau,Malinau Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2007 data diolah Selama periode 2006-2009 berdasarkan metode Klassen Tipology ada dua wilayah yang diindikasikan sebagai daerah yang relatif terbelakang pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita di bawah rata-rata provinsi yakni Kabupaten Kutai Barat dan Bulungan. Seda ngkan daerah yang tergolong sangat maju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita di atas rata-rata provinsi hanya satu yakni Kabupaten Kutai Timur. Hampir sebagian besar daerah yang terletak di wilayah Utara termasuk dalam kategori wilayah maju tetapi tertekan pertumbuhan di atas rata-rata dan pendapatan per kapita di bawah rata-rata provinsi, daerah-daerah yang dimaks ud adalah Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kabupaten Tarakan, Kabupaten Berau, da n Kabupaten Malinau. Sedangkan untuk daerah-daerah yang tergolong berkembang pertumbuhan di bawah rata-rata dan pendapatan per kapita di atas rata-rata adalah Kabupaten Kutai Kartanegara da n Kota Bontang.

6.3. Sarana dan Prasarana

Transpo rtasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan, terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun perkotaan. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Selain itu transportasi juga untuk membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Transportasi di Kalimantan Timur saat ini masih banyak bertumpu pada dua moda angkutan yakni sungai dan udara. Ketergantungan terhadap angkutan sungai membuat arus transpor tasi perintis sering mengalami hambatan, diantaranya berupa keterlambatan dalam pendistribusi barang dan jasa antardaerah kabupaten akibat lamanya waktu perjalanan dan terputusnya pelayanan karena terjadi pendangkalan aliran sungai di musim kemarau. Adapun pemanfaatan moda angkutan udara sebagai alternatif memiliki konsekuensi biaya yang relatif mahal Pemprov Kalimantan Timur, 2007. Provinsi Kalimantan Timur telah lama mengupayakan pengembangan infrastruktur jalan sebagai satu-satunya alternatif untuk memperlancar arus transpo rtasi untuk mengurangi beban dalam masalah transpor tasi tersebut, namun demikian upaya untuk meningkatkan moda transportasi angkutan jalan sepertinya belum berjalan. Kondisi faktual menunjukkan bahwa perkembangan jalan di Provinsi Kalimantan Timur bergerak sangat lambat. Selama tahun 2006 - 2009 panjang jalan yang berhasil dibangun pemerintah daerah rata-rata meningkat sebesar 8.51 per tahun. Itupun yang bertambah sebe narnya hanya jalan kabupa ten, seda ngka n jalan negara dan provinsi mulai tahun 2006 hingga 2009 sama sekali tidak mengalami perubahan yakni sepanjang 1 539.70 km untuk jalan negara dan 1 762.07 km untuk jalan provinsi. Sedangkan untuk jalan kabupaten rata-rata bertambah 12.55 per tahun, dimana pada tahun 2009 jalan kabupaten yang berhasl dibangun telah mencapai 11 414.89 km, lihat Tabel 35. Tabe l 35. Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi Kalimantan Timur Menurut Status Jalan Tahun 2006-2009 km Tahun Status Jalan Total Negara Provinsi Kabupaten 2006 1 539.70 1 762.07 4 463.31 7 765.08 2007 1 539.70 1 762.07 5 283.05 8 584.82 2008 1 539.70 1 762.07 5 702.04 9 003.81 2009 1 539.70 1 762.07 8 116.13 11 414.89 Sumber : BPS Kalimantan Timur 2010 Selain perkembangan panjang jalan yang sangat lambat, permasalahan berikutnya yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur selama ini adalah ketidakmerataan pembangunan jalan. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Tabel 4 sebelumnya, pembangunan jalan di Provinsi Kalimantan Timur lebih