Dampak Te rhadap Nilai Tambah, Pendapatan dan Tenaga Kerja

Tabe l 66. Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Pendapatan di Kalimantan Timur Tahun 2006 Indikator Wilayah Base Line Skenario-1 Skenario-2 Skenario-3 Skenario-4 Skenario-5 Skenario-6 Skenario-7 Nilai Tambah juta rupiah Selatan 140 170 527.75 2.11 1.15 1.40 0.72 4.60 0.90 2.44 Utara 9 046 581.87 3.73 15.60 9.95 19.80 0.18 58.52 11.21 Kaltim 149 217 109.62 2.21 2.03 1.92 1.87 4.33 4.39 2.97 Tenaga Kerja orang Selatan 1 309 199.00 0.95 0.94 0.37 0.23 1.49 1.06 1.32 Utara 267 288.00 3.27 13.63 2.84 5.62 0.14 27.94 9.81 Kaltim 1 576 487.00 1.35 3.09 0.79 1.15 1.26 5.61 2.76 Pendapatan juta rupiah Selatan 17 874 488.86 4.81 2.53 1.91 0.99 8.49 1.92 5.52 Utara 1 613 463.34 5.64 23.72 12.15 24.21 0.18 77.31 17.03 Kaltim 19 487 952.20 4.87 4.29 2.76 2.91 7.80 8.16 6.47 Output juta rupiah Selatan 231 148 877.87 2.06 1.24 1.75 0.89 5.05 1.04 2.44 Utara 19 596 045.86 6.10 25.69 9.16 18.21 0.18 67.83 18.43 Kaltim 250 744 923.73 2.37 3.15 2.33 2.25 4.67 6.26 3.69 Sumber : I-O Antar wilayah Kalimantan Timur Tahun 2006 210 Keterangan : Skenario Base : Tanp a ada injeksi dana pembangun an Skenario-1 : Pengeluaran pembangunan di sektor bangunan untuk Kalimantan Timur wilayah Selatan sebesar Rp. 2.794.846.45 juta dan wilayah Utara sebesar Rp. 657.375.78 juta. Skenario-2 : Pengeluaran pembangunan di sektor bangunan untuk Kalimantan Timur wilayah Selatan sebesar Rp. 657.375.78 juta dan wilayah Utara sebesar Rp. 2.794.846.45 juta. Skenario-3 : Pengeluaran pembangunan di sektor listrik, gas dan air bers ih untuk Kalimantan Timur wilayah Selatan sebesar Rp. 2.000.000 juta dan wilayah Utara sebesar Rp. 1.000.000 juta. Skenario-4 : Pengeluaran pembangunan di sektor listrik, gas dan air bers ih untuk Kalimantan Timur wilayah Selatan sebesar Rp. 1.000.000 juta dan wilayah Utara sebesar Rp. 2.000.000 juta. Skenario-5 : Pengeluaran pembangunan infrastruktur yang didistribusikan seluruhnya hanya untuk Kalimantan Timur wilayah Selatan seanda iny a dilakukan realok asi dana sebesar Rp. 6.452.222.23 juta penambahan untuk sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan. Skenario-6 : Pengeluaran pembangunan infrastruktur yang didistribusikan seluruhnya hanya untuk Kalimantan Timur wilayah Utara seandainy a dilakukan realokasi dana sebesar Rp. 6.452.222.23 juta penambahan untuk sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan. Skenario-7 : Pengeluaran pembangunan untuk sektor infrastruktur seandainya pemekaran Provinsi Kalimantan Timur direalisasikan yakni wilayah Selatan sebesar Rp. 2.794.846.45 juta dan wilayah Utara sebesar Rp. 2.000.000 juta. prasyarat agar aktivitas ekonomi masyarakat dapat berlangsung. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai. Menjustifikasi dari konsep pemikiran ini maka dampak dari kebijakan pembangunan infrastruktur terhadap perubahan pendapatan, nilai tambah, output dan penyerapan tenaga kerja sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 66. Terlihat dengan jelas bahwa pada Tabel 66, alokasi dana pembangunan infrastruktur pada sektor bangunan Ske nario-1, Skenario-2, Skenario-5, Skenario-6 dan Skenario-7 memberi dampak positif sangat besar dibandingkan sektor listrik, gas dan air bersih Skenario 3 dan Skenario-4 terhadap peruba han- perubahan indikator makroregional Kalimantan Timur. Terutama sekali nilai pendapatan penerimaan upah, rata-rata mengalami kenaikan sebesar 6.32 dari nilai base untuk setiap simulasi kebijakan di sektor bangunan yang diterapkan. Wilayah ya ng paling banyak merasakan manfaat kenaikan pendapatan adalah Kalimantan Timur wilayah Utara dengan rata-rata kenaikan sebesar 24.78 dari nilai base, seda ngka n wilayah Selatan hanya memperoleh manfaat kenaikan pendapatannya sebesar 4.65 dari nilai base. Sesudah pendapatan upa h, perubahan cukup besar juga terjadi unt uk nilai output perekonomian. Kebijakan pembangunan infrastruktur di sektor bangunan mampu memberi efek terhadap kenaikan output perekonomian Kalimantan Timur rata-rata sebesar 4.03 dari nilai base. Wilayah Utara terlihat menerima dampak kenaikan yang lebih tinggi dibandingka n wilayah Selatan, dengan rata-rata kenaikan sebesar 23.65, sedangkan wilayah Selatan sebesar 2.37 dari nilai base. Perubahan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, pada simulasi kebijakan di sektor bangunan terlihat kurang signifikan mempengaruhinya. Hal ini dapat dilihat dari efek yang dipancarkan, perubahan nilai tambah rata-rata hanya naik 3.19, dan penyerapan tenaga kerja rata-rata 2.81 dari nilai base. Kebijakan pembangunan infrastruktur di sektor listrik, gas dan air bersih, sepertinya tidak begitu besar memberi dampak terhadap perubahan-perubahan indikator makroregional Kalimantan Timur. Namun demikian, jika ditelusuri untuk masing- masing wilayah, kebijakan ini terlihat lebih besar mempengaruhi perekonomian Kalimantan Timur wilayah Utara dibandingka n wilayah Selatan, baik itu diperhatikan pada perubahan nilai tambah, tenaga kerja, pendapatan maupun out put. Misalkan dampaknya terhadap kenaikan nilai tambah, kebijakan pembangunan infrastruktur di sektor listrik, gas dan air bersih dapat meningkatkan nilai tambah wilayah Utara sebesar 14.88 dari nilai base, sedangkan di wilayah Selatan dampaknya hanya sebesar 1.06 dari nilai base. Masing- masing skenario kebijaka n yang dilakuka n dapat dilihat, bahwa Skenario-2 menggambarkan konsentrasi alokasi dana infrastruktur sektor bangunan yang lebih ba nyak di wilayah Utara mempunyai dampak lebih besar terhadap perekonomian Kalimantan Timur dibandingkan skenario-ske nario kebijakan lainnya. Melalui Skenario-2, kebijakan pembangunan infrastruktur sektor bangunan yang lebih besar di wilayah Utara dapat memberi dampak kenaikan nilai tambah Kalimantan Timur sebesar 2.03 dari nilai base, kemudian terhadap tenaga kerja akan bertambah sebesar 3.09, pendapatan upah masyarakat sebesar 4.29, dan nilai output perekonomian sebesar 3.15 dari nilai base. Keterkaitan ekonomi antar wilayah merupakan salah satu prasyarat dalam rangka mendorong pertumbuhan eko nomi regional, hal ini dikarenakan bahwa pemenuhan kebutuhan pembangunan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh wilayah sendiri, karena keterbatasan dari sumberdaya yang tersedia. Keterkaitan antar wilayah yang semakin kuat dapat menciptakan spesialisasi yang mengarah kepada peningkatan produktifitas regional pada suatu wilayah. Meskipun sumberdaya yang dibutuhkan tersedia, apabila spesialisasi tampak lebih menguntungkan maka pemenuhan input pembangunan akan lebih bermanfaat jika didatangkan dari luar wilayah sendiri. Sebagaimana halnya yang dijelaskan dalam teori perdagangan internasional bahwa impor dapat menguntungkan bagi sebuah negara walaupun negara itu mampu menghasilka n prod uk yang diimpo r de ngan biaya yang lebih rendah. Hal ini merupakan prinsip keunggulan komparatif yang melandasi terjadinya spesialisasi melalui pembagian tenaga kerja, baik antarindividu, antar wilayah maupun antarnegara. Pada dasarnya setiap wilayah mempunyai kekhususan local specific, dimana kekhususan tersebut dapat diperoleh secara alamiah seperti sumberdaya alam yang dimiliki dan bisa juga diperoleh karena buatan, seperti wilayah sentra produksi kerajinan. Agar efisiensi dan keberlanjutan pembangunan wilayah dapat ditingkatkan, maka masing- masing wilayah ya ng mempunyai kekhususan tersebut harus melakukan interaksi satu sama lainnya interregional interaction. Semakin kuatnya interaksi antar wilayah maka tingkat spesialisasi akan bertambah besar dan luas, sehingga setiap wilayah akan memperoleh manfaatnya masing- masing. Seberapa besar manfaat yang diperoleh wilayah-wilayah tersebut dalam melakukan interaksi antar wilayah akan sangat tergantung pada tingkat spesialisasi yang dilaksanakan pada wilayah-wilayah tersebut dan kadar interaksi yang aka n dijalanka nnya. Terjadinya interaksi antar wilayah memang sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi pada wilayah-wilayah kecil yang sedang berkembang. Keterbukaan yang dibangun melalui interaksi akan membuat dampak pembangunan pada wilayah-wilayah besar menetes ke wilayah-wilayah kecil tersebut, fenomena semacam ini lazim disebut trickle down effect. Dampak dari trickle down effect yang diharapkan adalah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut. Sebagai contoh adalah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan Berau yang berada di Provinsi Kalimantan Timur. Selama ini Kutai Kartanegara yang dikenal sebagai wilayah penghasil tambang terbesar di Kalimantan Timur selalu memberi kontribusi dana pembangunan yang cukup banyak terhadap Kabupaten Berau sebagai wilayah tetangganya. Kondisi faktual tersebut telah menunjukkan bagaimana manfaat yang dirasakan sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dengan terjadinya interaksi antar wilayah. Namun demikian, disisi lain interaksi ini tidak selamanya akan menghasilkan keuntungan yang sama besar antara dua wilayah. Faktanya dapat dilihat pada interaksi antara wilayah Utara dan Selatan di Provinsi Kalimantan Timur. Seandainya konsentrasi pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada wilayah Selatan maka spill-over effect terhadap perekonomian wilayah Utara sangat kecil, sebaliknya apabila konsentrasi pembangunan infrastruktur di fokuskan ke wilayah Utara, maka akan menciptakan spill-over effect yang lebih tinggi untuk wilayah Selatan. Sebagai indikator dapat diperhatikan pada Tabel 66, apabila realokasi dana pembangunan infrastruktur dilaksanakan pada wilayah Selatan Ske nario-5 maka dampaknya terhadap kenaikan jumlah tenaga kerja di wilayah Utara hanya sebesar 0.14. Namun sebaliknya jika realokasi dana pembangunan infrastruktur dilaksanakan pada wilayah Utara Skenario-6, maka jumlah tenaga kerja yang terserap wilayah Selatan akan meningkat sebesar 1.06. Hal yang sama juga terjadi pada efek pendapatan, realok asi dana pembangunan infrastruktur di wilayah Utara Skenario-6 akan memberi dampak kenaikan pendapatan terhadap wilayah Selatan sebesar 1.92, sebaliknya wilayah Selatan hanya dapat menciptakan kenaikan pendapatan di wilayah Utara sebesar 0.18. Nilai tambah dan output kondisinya juga sama, wilayah Utara akan memberi spill- over effect terhadap wilayah Selatan yang lebih besar diba ndingkan spill-over effect dari wilayah Selatan terhadap wilayah Utara

9.2. Dampak Te rhadap Ketimpanga n Antar Wilayah

Keseimbangan antarkawasan menjadi penting karena keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu mengurangi disparitas antar wilayah dan pada akhirnya mampu memperkuat pembangunan ekonomi wilayah secara menyeluruh. Diibaratkan bahwa pertumbuhan yang terjadi adalah ba gian tubuh manusia, maka ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah akan mengakibatkan kondisi yang tidak stabil. Disparitas antar wilayah telah menimbulkan banyak permasalahan sosial, ekonomi dan politik, untuk itu dibutuhkan kebijakan program yang mampu mengatasi permasalahan disparitas antar wilayah atau kawasan dan perencanaan yang mampu mewujudka n pe mba ngun an wilayah atau kawasan yang berimba ng Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, 2003. Dalam berbagai studi empiris maupun pandangan dari kalangan ekonom praktis dan birokrat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur mempunyai pengaruh yang besar terhadap ketimpangan pembangunan antar wilayah. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut dapat positif maupun negatif. Pengaruh tersebut dapat dikatakan pos itif apabila, spill-over effect dari pembangunan infrastruktur tersebut dapat mendorong terjadinya trickle down effect dari wilayah yang maju ke wilayah sedang berkembang atau terbelakang, sehingga pada akhirnya ketimpangan antar wilayah dapat dikurangi. Namun pengaruh infrastruktur menjadi ne gatif apabila spill-over effect menghasilkan backwash effect dari wilayah maju terhadap wilayah-wilayah sekitarnya. Pada keadaan ini wilayah yang maju akan semakin maju, sedangkan wilayah yang terbe laka ng aka n semakin tertinggal, sehingga menyebabkan ketimpangan antar wilayah semakin meningkat. Berdasarkan konsep pemikiran tersebut, dalam studi kali ini telah dilakukan simulasi mengenai dampak kebijakan pengeluaran pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah terhadap ketimpangan antar wilayah di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya pembangunan infrastruktur yang terkait dengan konstruksi atau bangunan jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, pemukiman, irigasi dan lain- lain, serta listrik, gas dan air bersih. Dalam kajian studi kali ini sudah ditetapka n bahwa kebijakan yang dianggap paling tepat untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah di Provinsi Kalimantan Timur adalah melalui pembangunan infrastruktur yang seimbang antara wilayah Selatan dan Utara. Sebagai bahan analisis telah dilakukan beberapa simulasi kebijakan pembangunan infrastruktur khususnya yang menyangkut