Kerangka Pemikiran KERANGKA TEORITIS

ekonomi adalah model Input-Output. Model ini merupakan model konsistensi yang didasarkan pada sistem antarindustri Leontif. Semua model yang tersedia, mode l I-O yang paling pertama menggunakan pengelompokan sektor ekonomi secara lebih terinci. Struktur keterkaitan antar sektor juga secara eksplisit dijabarkan melalui suatu matriks yang lebih dikenal sebagai tabel I-O. Pada prinsipnya model I-O ini lebih mampu menunjukkan bekerjanya sistem suatu perekonomian. Analisis I-O tidak hanya terbatas pada keterkaitan antar sektor saja melainkan menggunakan koefisien upah dan jumlah tenaga kerja dapat dianalisis juga kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengabsorbsi tenaga kerja. Mengingat pertumbuhan suatu sektor mengakibatkan pula sektor-sektor lainnya meningkat, maka pada gilirannya kemampuan mengabsorbsi tenaga kerja di sektor lain ikut bertambah. Selain itu, model I-O mampu menyajikan dengan lengkap hubungan dan keterkaitan antara input dan output, antara domestik dan impor, serta antara permintaan akhir dengan sektor-sektor produksi. Melalui berbagai hubungan tersebut dapat diukur dampak dari perubahan-peruba han suatu kebijakan terhadap kondisi perekonomian daerah. Contohnya, pengukuran mengenai dampak dari dana stimulus infrastruktur terhadap perekonomian wilayah, pe nyerapa n tenaga ke rja da n pe ndapatan masyarakat. Seandainya penerapan model I-O mencakup beberapa wilayah studi, maka analisis I-O yang dikaji semakin bertamba h luas, buka n hanya mencakup keterkaitan antar sektor saja namun termasuk juga antar wilayah. Dalam hal ini model I-O dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar wilayah untuk sektor yang sama atau antara sektor yang berbeda. Dengan model I-O antar wilayah ini, pengaruh kebijakan pembangunan dari suatu wilayah tertentu terhadap perkembangan ekonomi di suatu wilayah dapat dianalisis melalui angka- angka multiplier spasial. Manfaat yang diberikan oleh model I-O dan dilandasi dengan konsep-konsep pemikiran mengenai pembangunan infrastruktur dan wilayah, berikut ini dipaparkan suatu kerangka pemikiran peranan pembangunan infrastruktur mode l I-O antarwilayah untuk Provinsi Kalimantan Timur, sebagaimana yang disajikan pada Gambar 6. Dalam tabel I-O pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur oleh pemerintah daerah termasuk dalam permintaan akhir. Oleh karena itu jika permintaan akhir yang lain pengeluaran pembangunan sektor lainnya, konsumsi rumahtangga, investasi dan net ekspor di wilayah utara tidak berubah, sedangkan pengeluaran pembangunan infrastruktur bertambah maka secara langsung akan meningkatkan permintaan akhir pada wilayah utara. Dalam wilayahnya sendiri intraregion peningkatan permintaan akhir ini akan menaikan output pada sektor infrastruktur itu terlebih dahulu intraindustry da n intraregion yang diiringi dengan meningkatya permintaan antara bahan baku pada sektor infrastruktur dan sektor-sektor lainnya, serta permintaan input primer pada wilayah sendiri primary input da n intraregion. Oleh karena adanya keterkaitan kebelakang backward linkage sektor infrastruktur dengan sektor-sektor lainnya dalam hal penggunaan bahan baku mengakibatkan naiknya permintaan antara membuat output pada sektor-sektor lainnya akan ikut naik interindustry dan intraregion, yang mana hal ini akan memberi dampak kepada output sektor infrastruktur kembali disebabkan adanya kebutuhan input antara dari sektor-sektor lain terhadap sektor infrastruktur tersebut. Gambar 6. Kerangka Pikir Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Perekonomian Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Pendekatan Model Input–Output Antar wilayah Keterangan : ------- spill-over dari wilayah Utara ke Selatan Selain input antara, pertambahan output di sektor infrastruktur juga memberi dampak terhadap meningkatnya permintaan input primer atau nilai tambah wilayah sendiri wilayah Utara, dimana salah satunya yang paling banyak menerima dampaknya ada lah upa h tenaga kerja yang menjadi sumber pendapatan Pengeluaran Pembangunan Sektor Permintaan Akhir Konsumsi Rumahtangga Permintaan Akhir Lainnya Permintaan Input Antara Input Primer Lainnya : surplus usaha, penyusutan, pajak Upah Tenaga Kerja Output Sektor Infrastruktur Permintaan Antara Konsumsi Rumahtangga Input Primer Lainnya: surplus usaha, penyusutan, Upah Tenaga Kerja Output sektor lain Output Sektor Produksi Wilayah Selatan Permintaan Akhir Kesenjangan Output Antarwilayah Kesenjangan Nilai Tambah Antarwilayah Kesenjangan Tenaga Kerja Antarwilayah Wilayah Utara Nilai Tambah bagi rumahtangga. Hal ini berarti pendapatan rumahtangga akan meningkat, sehingga mampu menambah daya beli yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi rumahtangga. Karena konsumsi rumahtangga meningkat, permintaan akhir akan bertambah, yang kemudian mempengaruhi kembali peningkatan output di sektor infrastruktur dan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian wilayah Utara sendiri. Ada nya keterkaitan antara wilayah Utara dan wilayah Selatan, maka secara langsung kenaikan output di sektor infrastruktur di wilayah Utara akan mendorong pertambahan permintaan antara juga pada sektor-sektor produksi di wilayah Selatan yang selanjutnya menciptakan peningkatan output sektor-sektor produksi di wilayah ini intra dan interindustry, serta interregion, efek tersebut biasanya disebut spill-over. Hal ini mempunyai dampak langsung juga terhadap pertambahan input primer di wilayah Selatan primary input da n interregion. Sama seperti dampak yang terjadi di wilayah Utara, di wilayah Selatan mempunyai alur dampak sebagai akibat adanya spiil over effect dari pembangunan infrastruktur di wilayah Utara, dimulai dari kenaikan output sektor produksi ke input tenaga kerja. Dari inp ut tenaga kerja menuju ke konsumsi rumahtangga yang selanjut nya akan berdampak pada permintaan akhir. Setelah itu alur dampak akan kembali mempengaruhi output sektor produksi. Agar dapat diketahui apakah spill- over effect mempuny ai da mpak atau tidak terhadap peruba han ke senjangan pembangunan antarwilayah, maka kita dapat menghitung tingkat kesenjangan beberapa indikator makroregional, diantaranya adalah kesenjangan output, kesenjangan nilai tambah dan kesenjangan jumlah tenaga kerja antarwilayah. Alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Utara akan meningkatkan permintaan akhir sektor infrastrukur pada wilayah sendiri, hal ini akan menyebabkan permintaan input antara dari sektor infrastruktur terhadap sektor-sektor produksi lainnya semakin bertambah, sehingga mengakibatkan output perekonomian wilayah Utara aka n meningkat. Dengan adanya peningkatan tersebut maka akan memberi dampak juga terhadap peningkatan input primer atau nilai tambah, serta input tenaga kerja. Hal ini dapat dikarenakan dalam nilai tambah terdapat komponen upah yang merupakan pendapatan rumahtangga yang dapat digunakan untuk menambah konsumsi rumahtangga, sehingga permintaan akhir secara total akan meningkat kembali. Sisi lain, adanya stimulus fiskal sektor infrastruktur di wilayah Utara juga akan menaikkan permintaan input antara terhadap wilayah Selatan. Kondisi ini disebabkan ketersediaan sumberdaya yang sangat terbatas menyebabkan pemenuhan input antara untuk proses produksi juga didatangkan dari wilayah Selatan. Aktiviitas tersebut akhirnya menciptakan spill-over effect dari wilayah Utara terhadap wilayah Selatan yang dapat dilihat pada peningkatan output perekonomian, penyerapan tenaga kerja dan nilai tambah. Berdasarkan perubahan-perubahan nilai tambah, tenaga kerja dan output pada wilayah bersangkutan dan wilayah lain dapat diukur seberapa besar efek pembangunan infrastruktur terhadap ke timpa ngan antarwilayah. Berdasarkan alur dampak konseptual di atas, stimulasi dana pembangunan infrastruktur di wilayah Utara akan mempunyai pengaruh berupa: 1 dampak terhadap kenaikan output sektor infarstruktur di wilayah sendiri intarindustry dan intraregion, 2 dampak terhadap kenaikan output di sektor-sektor produksi lain pada wilayah sendiri interindustry da n intraregion, 3 dampak terhadap kenaikan nilai tambah, upah dan penyerapan tenaga kerja di wilayah sendiri, 4 dampak terhadap kenaikan output sektor produksi, nilai tambah, upah dan penyerapan tenaga kerja di wilayah Selatan spill-over effect.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tahap Penyusunan Mat riks Transaksi antar wilayah

Analisis yang digunakan dalam studi ini menggunakan metode I-O antar wilayah Kalimantan Timur yang dibagi atas dua wilayah, yakni Kalimantan Timur wilayah Utara Kaltimtara dan Kalimantan Timur wilayah Selatan Kaltimsela. Dengan demikian secara teknis kerangka dasar I-O yang digunakan merupakan tabe l I-O yang terdiri atas dua wilayah yaitu Kaltimtara dan Kaltimsela. Berdasarkan wacana pemekaran yang sedang diisukan saat ini Kaltimtara tersebut merupakan gabungan dari beberapa kabupaten yang terletak di sebelah Utara Kalimantan Timur yakni KabupatenKota Bulungan, Nunukan, Malinau, Berau dan Tarakan. Sedangkan Kaltimsela terdiri atas kabupaten-kabupaten yang berada di Kalimantan Timur sebelah Selatan yaitu KabupatenKota Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Pasir da n Bontang. Referensi utama dari penyusunan I-O antar wilayah dalam studi ini adalah I-O tunggal Kalimantan Timur yang telah dibuat oleh BPS Kalimantan Timur pada tahun 2003. Selain itu, untuk melakukan pemutakhiran updating dan penyusunan I-O antar wilayah ke tahun 2006 disamping menggunakan data-data ekonomi Kalimantan Timur, juga memanfaatkan tabel I-O antar wilayah Indo nesia yang disusun oleh Bada n Perancanaan Pembangun an Nasional Bappenas pada tahun 2005, dimana salah satu di dalamnya terdapat tabel I-O antar wilayah untuk P rovinsi Kalimantan Timur yang terintegrasi de ngan wilayah- wilayah Indo nesia lainnya . Dengan demikian referensi mengenai tabel I-O antar wilayah Kalimantan Timur dengan wilayah lain di Indo nesia sudah tersedia yang sangat membantu dalam menyusun data-data mengenai impor dan ekspor antara Kalimantan Timur dengan wilayah-wilayah lainnya di Indo nesia. Tersedianya tabel I-O tunggal Kalimantan Timur dan I-O antar wilayah yang bersumber pada studi Bappenas 2006, sangat membantu pekerjaan untuk menyusun tabel I-O antar wilayah dalam studi ini. Dimana untuk tahap berikutnya khusus untuk Provinsi Kalimantan Timur akan didisagregasi menjadi dua wilayah yakni Kaltimtara dan Kaltimsela. Proses ini dilakukan melalui beberapa langkah yang dapat dijelaskan singkat sebagai berikut : Pertama , menyusun tabel I-O tunggal untuk Kaltimtara dan Kaltimsela melalui teknik non survey. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menyusun tabel I-O tunggal tanpa melalui survey, dimana salah satunya yang paling banyak digunakan adalah metode LQ atau Location Quotient Harrigan, 1982; McCann and Dewhurst, 1988; Flegg, et al., 1995; Thomo, 2004. Metode ini sangat praktis diterapkan untuk menyusun sebuah tabel I-O, karena hanya membutuhkan dua data dasar yakni tabel I-O yang menjadi referensi utama dan data PDRB Produk Domestik Regional Bruto untuk wilayah yang akan dibuat tabe l I-O. Dalam studi ini yang menjadi referensi utamanya adalah I-O Provinsi Kalimantan Timur tahun 2006 yang di update dari tahun 2003 dengan menggunakan metode RAS, kemudian oleh karena Kaltimtara dan Kaltimsela itu merupakan kumpulan dari masing- masing wilayah kabupaten maka data PDRB yang digunakan dalam penyusunan I-O tunggal dengan metode LQ ini merupakan PDRB gabungan dari masing- masing wilayah kabupaten yang telah ditetapka n