118
20 40
60 80
100
X11=Kelembagaan nelayan X12=Koperasi LEPP-M3
X13=LKM Swamitra Mina
P ro
s en
ta se
1=Buruk sekali 2=Buruk
3=Cukup 4=Baik
5=Sangat baik
Gambar 12 Persepsi responden terhadap perekayasaan kelembagaan di
Indramayu
5.3.1.3 Kemampuan berbisnis individu entrepreunership
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa kemampuan manajemen usaha nelayan kecil sangat lemah, yang dibuktikan dengan sudah cukup puas dengan
kondisi social ekonomi yang di bawah standar kehidupan minimal, tidak berani mengambil risiko melakukan diversifikasi usaha walaupun usaha mereka sudah
tidak menguntungkan, dan tidak bisa menyerap teknologi baru karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Pada umumnya pengalaman yang
mereka miliki hanya bersifat turun temurun, dan tidak ada inovasi baru. Oleh karena itu, factor kemampuan berbisnis individu, yang diasumsikan
akan meningkatkan kemampuan pengelolaan bisnis perikanan dalam penelitian ini
dikaji melalui 3 indikator, yaitu pengalaman, pengetahuan dan keberanian mencoba usaha baru.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka untuk menjadi wirausahawan yang tangguh diperlukan pengalaman yang memadai, pengetahuan yang mumpuni, dan
keberanian yang cukup.
Seperti dikemukakan Nikijuluw 2005, bahwa kewirausahaan entrepreunership
adalah kemampuan seseorang untuk memulai bisnis, menata semua urusan bisnisnya, selanjutnya mengambil risiko mencoba dalam rangka
119 memperoleh keuntungan. Orang yang pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, memasarkannya, serta mengatur permodalanan operasinya. Prijosaksono dan Bawono 2004 memperkenalkan
istilah kecerdasan wirausaha entrepreneurial intelligence, yaitu dasar bagi seseorang, siapapun dia, untuk membangun usahanya. Kecerdasan wirausaha
adalah dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi
nilai tambah bagi dirinya. Selanjutnya dikatakan bahwa kecerdasan berwirausaha adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai
peluang maupun sumberdaya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.
Hasil survei menunjukkan, bahwa secara umum responden di Cirebon dan Indramayu mempunyai pengalaman berbisnis rata-rata 9 tahun, dengan rentang
waktu antara 2-22 tahun. Selain profesi nelayan, profesi yang ditekuni adalah bidang perdagangan hasil perikanan, pengolah hasil perikanan, dan jasa
perdagangan sembako atau sarana perikanan. Umumnya mereka melakukan kegiatan bisnis perikanan secara turun temurun atau hanya mencoba
keberuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun belum mempunyai pengalaman yang mencukupi, nelayan di lokasi penelitian mempunyai keberanian
yang cukup tinggi untuk mengambil risiko membuka usaha baru. Selanjutnya data menunjukkan, bahwa secara kumulatif sekitar 40-50 reponden di Cirebon
mempunyai pengalaman, pengetahuan dan keberanian bisnis yang baik.
Penilaian yang lebih baik ditemukan di Indramayu, yaitu sekitar 42-62 responden memberikan penilaian yang baik terhadap 3 indikator yang
dipertanyakan, seperti disajikan pada Gambar 13.
120
20 40
60 80
100
X21=Pengalaman X22=Pengetahuan
X23=Keberanian mencoba usaha baru
P ro
sen tase
1=Buruk sekali 2=Buruk
3=Cukup 4=Baik
5=Sangat baik
Gambar 13. Persepsi responden terhadap kemampuan berbisnis individu di
kabupaten Cirebon
20 40
60 80
100
X21=Pengalaman X22=Pengetahuan
X23=Keberanian mencoba usaha baru
Pr os
en tas
e
1=Buruk sekali 2=Buruk
3=Cukup 4=Baik
5=Sangat baik
Gambar 14. Persepsi responden terhadap kemampuan berbisnis individu di
Indramayu
121
5.3.1.4 Keragaan pembangunan perikanan tangkap