63 dan Menengah JPS-Bidang Pendidikan; Program JPS-Bidang Kesehatan;
Program Padat Karya Perkotaan PKP; Program Prakarsa Khusus Penganggur Perempuan PKPP; Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembangunan
Prasarana Subsidi Bahan Bakar Minyak PPM-Prasarana Subsidi BBM; Program Dana Bergulir Subsidi Bahan Bakar Minyak untuk UKM; Program Dana Tunai
Subsidi Bahan Bakar Minyak Hendriwan, 2003.
2.4 Kelembagaan
Menurut Arifin dan Rahbini 2001, definisi kelembagaan mencakup dua demarkasi penting, yaitu konvensi conventions dan aturan main rules of the
games . Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal dan diikuti secara baik
oleh anggota masyarakat, yang membuat naungan liberty dan hambatan constraints
bagi individu atau anggota masyarakat. Kelembagaan kadang ditulis secara formal dan ditegakkan oleh aparat pemerintah, tetapi kelembagaan juga
dapat tidak ditulis secara formal seperti pada aturan adat dan norma yang dianut masyarakat. Kelembagaan ini umumnya dapat diprediksi predictable dan cukup
stabil, serta dapat diaplikasikan pada sutuasi berulang. Kelembagaan dianggap sebagai suatu konvensi atau suatu keteraturan
dalam tingkah laku manusia yang menghasilkan suatu tingkat kepastian prediksi predictable
dalam hubungan antar manusia. Walaupun kelembagaan social sangat peduli pada pemecahan masalah-masalah koordinasi social, kelembagaan
tidak mesti mengawasi dirinya sendiri self-policing. Kelembagaan mungkin perlu otoritas eksternal seperti Negara, untuk menegakkan konvensi dan kebiasaan
di atas, karena seseorang dapat saja mempunyai insentif untuk mencuri hak-hak orang lain.
Kelembagaan adalah kerangka acuan atau hak-hak yang dimiliki individu- individu untuk berperan dalam pranata kehidupan, tetapi juga berarti perilaku dari
pranata tersebut. Setiap perilaku ekonomi juga sering disebut kelembagaan, sehingga setiap yang dinamis atau tidak statis, yang terproses atau tidak semata
komoditas, yang beraktivitas atau tidak semata perasaan dan kepekaan, yang berupa amanajemen atau tidak sekadar keseimbangan, semuanya tercakup dalam
64 ekonomi kelembagaan. Dengan demikian, kelembagaan itu dianggap sebagai
seperangkat aturan main atau tata cara untuk kelangsugan sekumpulan kepentingan a set of working rules of going concerns. Jadi kelembagaan itu
adalah kegiatan kolektif dalam suatu control atau yurisdiksi, pembebasan atau liberasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu, seperti yang telah
disebutkan di atas. Ruang lingkup kelembagaan juga dapat dibatasi pada hal-hal berikut ini:
1 Kelembagaan adalah kreasi manusia human creations. Beberapa bagian
penting dari kelembagaan adalah hasil akhir dari upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar. Apabila manusia itu hanya pasif saja
dalam suatu system, system itu tak ubahnya seperti kondisi alami atau system fisik yang mungkin saja dapat lebih menguasai kelangsungan
kepentingan manusia. 2
Kumpulan individu group of individuals. Kelembagaan hanya berlaku pada sekelompok individu, setidaknya dua orang atau bagi seluruh anggota
masyarakat. Oleh karena itu, kelembagaan dirumuskan dan diputuskan bersama-sama oleh kelompok individu, bukan secara perorangan.
3 Dimensi waktu time dimension. Karakteristik suatu institusi itu adalah
apabila dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang repeated situations dalam suatu dimensi waktu. Kelembagaan tidak diciptakan hanya untuk
satu atau dua momen pada suatu kurun waktu tertentu saja. 4
Dimensi tempat place dimension. Suatu lingkungan fisik adalah salah satu determinan penting dalam aransemen kelembagaan, yang juga dapat
berperan penting dalam pembentukan struktur kelembagaan. Akan tetapi, aransemen kelembagaan juga dapat berperan sangat penting pada perubahan
kondisi atau lingkungan fisik. Hal inilah yang sering dikenal sebagai hubungan timbal balik feed-back relationship.
5 Aturan main dan norma rules and norms. Kelembagaan itu ditentukan
oleh konfigurasi aturan main dan norma, yang telah dirumuskan oleh suatu kelompok masyarakat. Anggota masyarakat harus mengerti rumusan-
65 rumusan yang mewarnai semua tingkah laku dan norma yang dianut dalam
kelembagaan tersebut. 6
Sistem pemantauan dan penegakan hukum monitoring and law enforcement
. Aturan main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang kompeten, atau oleh masyarakat secara internal pada
tingkat individu. Artinya, system pemantauan dan penegakan aturan ini tidak sekadar aturan diatas aturan, tetapi lebih lengkap.
7 Hirarki dan jaringan nested levels and institutions. Suatu kelembagaan
bukanlah struktur yang terisolasi, melainkan merupakan bagian dari hirarki dan jaringan atau sistem kelembagaan yang lebih kompleks. Pola hubungan
ini sering menimbulkan keteraturan yang berjenjang dalam masyarakat, sehingga setiap kelembagaan pada masing-masing tingkatan dapat mewarnai
proses evolusi dari setiap kelembagaan yang ada. 8
Konsekuensi kelembagaan consequences of institutions. Disini umumnya dikenal dua tingkatan konsekuensi. Pertama, kelembagaan meningkatkan
rutinitas atau keteraturan atau tindakan manusia yang tidak memerlukan pilihan yang lengkap dan sempurna. Tetapi kelembagaan dapat
mempengaruhi tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif. Kedua, kelembagaan memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu
pola interaksi yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu. Hal inilah yang menimbulkan suatu ekspektasi keteraturan di masa mendatang,
tentunya dalam batas-batas aransemen kelembagaan structural. Oleh karena itu, kelembagaan dapat menurunkan ketidakpastian.
Dari uraian definisi dan ruang lingkup kelembagaan di atas, kelembagaan menentukan “bagaimana seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus
mengerjakan sesuatu kewajiban atau tugas, bagaimana mereka boleh mengerjakan sesuatu tanpa intervensi dari orang lain kebolehan atau liberty,
bagaimana mereka dapat mampu mengerjakan sesuatu dengan bantuan kekuatan kolektif kemampuan atau hak, dan bagaimana mereka tidak dapat memperoleh
kekuatan kolektif untuk mengerjakan sesuatu atas namanya. Arifin 2001 secara tegas mengatakan bahwa kelembagaan itu adalah serangkaian hubungan
66 keteraturan ordered relationships antara beberapa orang yang menentukan hak,
kewajiban atau tepatnya kewajiban menghargai hak orang lain, dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat atau kelembagaan tersebut.
Ekonomi kelembagaan lahir karena para penemunya sangat peduli concerned
tentang penelusuran bagaimana suatu sistem ekonomi disusun, dijalankan dan digerakkan, serta bagaimana struktur dalam sistem ekonomi itu
berubah karena adanya respons terhadap kegiatan kolektif. Ekonomi kelembagaan melihat individu atau seseorang sebagai anggota dari perusahaan, anggota dari
suatu keluarga, atau anggota dari suatu organisasi tertentu. Hal ini jelas sangat berbeda dengan ekonomi neo-klasik atau ekonomi ortodoks, karena persepsi dan
metodologi individualisme, memperlakukan individu atau seseorang sebagai autonomous maximizer
yang cukup rasional dan ingin memuaskan keinginannya, dan sebagai satu unit analisis ekonomi yang komplet yang dapat naik atau turun
tingkat kepuasannya apabila mengkonsumsi satu tambahan barang atau jasa. Sejak awal kelahirannya, ekonomi kelembagaan dimaksudkan sebagai
salah satu bentuk alternative pemecahan masalah-masalah ekonomi. Ekonomi kelembagaan dapat memberikan rekomendasi penting untuk para perumus
kebijakan karena seringkali permasalahan ekonomi justru hanya dapat dilihat dari sisi kelembagaan sebagai penghambat konstrain dalam perekonomian. Dengan
demikian, titik persamaan dan perbedaan antara ekonomi kelembagaan dan dalam ekonomi neo-klasik atau ekonomi ortodoks akan digunakan untuk
membedakannya dengan ekonomi kelembagaan. Suatu lembaga dapat berjalan apabila ada : 1. Aparatur yang bekerja di
lembaga tersebut, dan 2. Fasilitas ruang, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan lembaga tersebut Dahuri 2001. Ada tiga unsur di
dalam kelembagaan, seperti yang diungkapkan oleh Adiwibowo 2000, bahwa ciri kelembagaan sosial yaitu: 1 ada batas yuridiksi, 2 kepemilikan yang
sebenarnya property right , dan 3 aturan representasi. Batas yuridiksi menentukan apa dan siapa yang tercakup dalam suatu
institusi dalam suatu masyarakat, yang berperan dalam mengatur lokasi sumberdaya. Batas yuridiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas
67 otoritas yang dimiliki. Konsep kepemilikan property right adalah pengatur
hubungan antar anggota masyarakat dalam menyatakan kepentingannya terhadap sumberdaya. Sedangkan aturan yang repsentasi mengatur permasalahan siapa saja
yang berhak berpartisipasi terhadap proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibat terhadap performance, akan ditentukan oleh
kaidah repsentasi yang digunakan. Lembaga sosial biasanya lebih mengakar pada masyarakat. Hal tersebut
disebabkan oleh proses tumbuhnya suatu lembaga sosial di masyarakat telah melalui beberapa tahapan ujian dari masyarakat itu sendiri Adiwibowo 2000.
Lembaga sosial pada awalnya hanya merupakan kelakuan antar individu, tetapi karena kelakuan antar undividu tersebut sering dilakukan maka akan menjadi
sebuah kebiasaan. Apabila kebiasaan ini disertai dengan sanksi hukum bagi anggota yang melanggar, maka kebiasaan ini akan menjadi sebuah sistem hukum
yang pada akhirnya menjadi norma yang bisa tertulis atau tidak. Norma akan membudaya dalam sistem nilai budaya masyarakat setempat dan dilakukan secara
spontan atau semacam gerak refleks. Apabila semacam ini sudah tercapai berarti kebiasaan tersebut telah melembaga.
68
Gambar 4 Proses pertumbuhan lembaga sosial Adiwibowo, 2000
2.5 Kewirausahaan Entrepreneurship