32
Tabel 2 Indikator keberhasilan dalam konsep CO-Management.
No Parameter Indikator
Cara Mengetahui
1. Tingkat Pendapatan
Peningkatan relative dari pendapatan masyarakat
lokal Secara kuantitatif dibandingkan dengan
informasi sumber kegiatan dengan melihat kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder.
2. Pendidikan formal
Peningkatan jumlah masyarakat mengikuti
pendidikan formal dan informal
Perbandingan jumlah relative lulusan masyarakat local pendidikan formal dan
informal.
3. Motivasi Peningkatan
motivasi masyarakat dalam tahapan
dan proses pengelolaan Semakin banyak usulan dan keinginan
masyarakat yang disampaikan dalam rencana pengelolaan. Semakin meningkatnya peranan
masyarakat dalam proses pengelolaan.
4. Kesadaran Masyarakat
Peningkatan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat dalam menjaga dan memelihara
sumberdaya
5. Kreativitas dan
kemandirian Meningkatnya bentuk
variasi pemanfaatan sumberdaya alam yang
lestari oleh masyarakat Jumlah relative dan variasi pemanfaatan
sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat.
6. Program Kemitraan
Terbentuknya program- program kemitraan dalam
pemanfaatan sumberdaya alam
Efesiensi dan intensitas dari program- program kemitraan dalam menunjang
kegiatan masyarakat local
7. Pengakuan hak Diakuinya hukum-hukum
tradisional atau masyarakat local dalam
pelaksanaan pengelolaan Jumlah relative dan intensitas pelaksanaan
dari aturan-aturan lokal atau tradisional.
2.2.1 Strategi pemberdayaan nelayan
Dalam position paper pemberdayaan masyarakat pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan 2002
a
disebutkan, bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat pesisir nelayan dan cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan
nelayan patut dilakukan secara komprehensif. Pembangunan yang komprehensif, yakni pembangunan dengan memiliki ciri-ciri: 1 berbasis lokal melibatkan
sumberdaya lokal sehingga return to local resource dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Sumberdaya lokal yang patut digunakan adalah sumberdaya
manusia dan sumberdaya alam, 2 berorientasi pada peningkatan kesejahteraan menitikberatkan kesejahteraan masyarakat dan bukannya peningkatan produksi,
33 3 berbasis kemitraan kemitraan yang mutualistis antara orang lokal atau orang
miskin dengan orang yang lebih mampu, untuk membuka akses orang miskin terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik atau
profesional, serta pergaulan bisnis yang lebih luas, 4 secara holistik atau multi aspek pembangunan mencakup semua aspek, setiap sumberdaya lokal patut
diketahui dan didayagunakan, dan 5 bekelanjutan keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri, mencakup aspek ekonomi dan sosial.
Disebutkan pula, bahwa khusus pembangunan di kawasan pesisir dan umumnya pembangunan perikanan dan kelautan, masalah kualitas SDM dan
lingkungan sepatutnya mendapat perhatian khusus, karena secara umum masyarakat pesisir memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang masih rendah.
Oleh karena itu dalam investasi SDM masyarakat pesisir sudah sepatutnya mempertimbangkan kedua hal tersebut, walaupun investasi SDM dinilai mahal,
tidak quick yielding dan tidak nyata feasible manfaatnya menurut perhitungan ekonomi konvensional, khususnya bila harus dinilai dengan indikator seperti
benefit cost ratio BC atau internal rate of return IRR. Meskipun demikian
investasi ini perlu dilakukan, dengan pertimbangan khusus atau adanya kebijakan keberpihakan affirmative policy.
Dengan SDM yang memadai, maka di masa yang akan datang pengelolaan sumberdaya, bisnis, organisasi, dan kelembagaan produksi di daerah pesisir dapat
dilakukan dengan lebih baik. Sehingga dampak positif akan dapat dirasakan baik oleh individu, maupun masyarakat pesisir terutama nelayan secara keseluruhan.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa pemberdayaan dapat dilakukan melalui Pendekatan Empat-Daya 4D, yaitu upaya pemberdayaan masyarakat
pada aspek-aspek manusia Daya-Manusia, usaha Daya-Usaha, lingkungan Daya-Lingkungan dan sumberdaya Daya-Sumbedaya. Pendekatan ini
merupakan bagian dari strategi pembangunan komprehensif. Pendekatan 4D juga merupakan modifikasi pendekatan tri-bina yang pernah digunakan dalam program
pengentasan kemiskinan. Komponen tri-bina adalah bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha. Modifikasi dilakukan karena dua hal. Pertama, kata
pembinaan lebih berkonotasi tidak adanya partisipasi dan bersifat top-down.
34
Untuk itu diubah dengan kata pemberdayaan yang lebih bernuansa bottom-up dan
pelibatan masyarakat. Kedua, ditambahkannya aspek sumberdaya karena pembangunan di pesisir sangat bergantung pada ketersediaan sumberdaya alam,
termasuk sumberdaya ikan, yang keberadaannya sangat rentan terhadap tindakan manusia dan oleh sebab itu perlu diperhatikan secara khusus. Untuk itu maka
dimunculkan aspek sumberdaya dalam bentuk Daya-Sumberdaya. Penjelasan keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
Daya Manusia,
adalah pendekatan pemberdayaan masyarakat kecil melalui pengembangan SDM. Aspek-aspeknya mencakup 1 investasi pada
human capital , khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan, 2
peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok dalam upaya membentuk dan menumbuhkan collective action, 3 memperluas dan mengintegrasikan mandat
agar supaya collective action makin sinergis, 4 menumbuhkan budaya kerja keras dan hemat, serta 5 mengurangi sikap dan perilaku negatif.
Daya Usaha,
adalah pemberdayaan masyarakat melalui pencipataan usaha yang dimiliki dan dikuasai oleh masyarakat sendiri. Aspek-aspeknya
mencakup 1 meningkatkan keterampilan teknis dan analisis dengan berdasarkan pengetahuan dasar dan pengetahuan teknis, 2 meningkatkan akses terhadap
teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan, 3 membangun kemitraan mutualistis antara pengusaha kuat dan lemah, 4 membangun sistem insentif
sebagai basis pengembangan usaha, 5 menyediakan peraturan yang kondusif bagi usaha dan meniadakan peraturan yang tidak relevan dan tidak perlu.
Daya Lingkungan, merupakan pendekatan pemberdayaan dan pembinaan
masyarakat melalui perbaikan lingkungan tinggal, lingkungan dan prasarana produksi serta peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan
hidupnya. Pendekatan ini mencakup aspek-aspek 1 membangun infrastuktur yang menjadi faktor penarik investasi, 2 meningkatkan perencanaan dan
pembangunan kawasan dengan mempertimbangkan daya dukung dan kesesuaian lingkungan, 3 mengenal sumberdaya serta faktor yang mempengaruhi
eksistensinya, 4 memperkaya sumberdaya melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi, mitigasi bencana, pengendalian pencemaran serta restocking.
35
Daya Sumberdaya,
pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pelibatan mereka dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang
mencakup aspek-aspek 1 mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pengelolaan sumberdaya sehingga akan terwujud sistem pengelolaan sumberdaya
yang berbasis masyarakat, 2 memberikan konsesi pengelolaan laut bagi masyarakat lokal sehingga ada perhatian dan rasa memiliki akan sumberdaya
tersebut, 3 menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya, 4 menerapkan sistem monitoring,
pengendalian dan pengawasan lapangan atau MCS sistem, 5 menerapkan teknologi ramah lingkungan dan sumberdaya, 6 membangun kesadaran akan
pentingnya merawat dan menjaga keberlanjutan sumberdaya. Campbell 2000 mengenalkan konsep Kerangka Mata Pencaharian yang
Berkelanjutan The Sustainable Livelihoods Framework. Dalam kerangka tersebut dikatakan bahwa untuk membangun mata pencaharian yang
berkelanjutan, perlu diperhatikan asset-aset yang dimiliki oleh masyarakat pesisir nelayan, diantaranya 1 human assets, meliputi pengetahuan, kecakapan dan
kemampuan; 2 natural assets, aset sumberdaya yang ada disekitarnya; 3 social assets
, dukungan yang di dapat dari masyarakat sekitar dan keluarga; 4 physical assets
, infrastruktur yang dapat dimanfaatkanseperti jalan, suplai air bersih, pelabuhan dan sebagainya; serta 5 financial assests, modal yang dapat diperoleh
untuk aktivitas usaha yang dijalankan. Berdasarkan konsep dan pendekatan di atas, maka sasaran pemberdayaan
masyarakat pesisir, khususnya nelayan diformulasikan sebagai berikut: 1 Terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. 2 Tersedianya prasarana dan sarana produksi lokal yang memungkinkan
masyarakat dapat mengakses dengan harga murah dan berkualitas yang baik.
3 Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif collective action untuk mencapai tujuan-tujuan individu.
36 4 Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki
ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal resource-based, pasar yang jelas market-based, berkelanjutan berdasarkan kapasitas sumberdaya
environmental-based, dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal local society-based, dan dengan menggunakan
teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian scientific-based.
5 Terciptanya jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai, sebagai basis jaringan ekonomi, baik antar kawasan pesisir maupun antara pesisir
dan pedalaman. 6 Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam laut.
2.2.2 Tingkat kesejahteraan